Mengupas Arah Perjalanan Telkom dari Masa ke Masa
Benarkah teknologi mampu mengubah pola hidup seseorang?
Jawabannya adalah ‘banget’!
Ambillah contoh kehadiran aplikasi transportasi online yang saat ini dilengkapi dengan berbagai macam fiturnya. Kehadiran transportasi online ini ternyata telah berhasil mengubah mindset dan perilaku orang-orang.
Dulu, cara mudah mendapatkan taksi yaitu dengan mencegat di pinggir jalan, karena pemesanan via telepon acap membuat menunggu tanpa kepastian armada datang, kalau mau aman pesan jauh-jauh waktu. Menghemat lema, sebut saja makan waktu!
Hadirnya aplikasi taksi online memberi kejelasan yang jauh lebih membuat tenang dan nyaman, pengguna bisa tahu siapa driver, sudah di posisi mana, dan estimasi waktu pun tertera terang, terpenting pemesanan bisa dilakukan kapanpun di manapun.
Selain memberi kemudahan, teknologi juga mampu membawa kebermanfaatan sehingga orang mau mengubah kebiasaannya.
Menilik sejarah, teknologi khususnya digital memang selalu memberi solusi dalam tatanan kehidupan. Dimulai sejak revolusi 1.0 di mana tenaga manusia dan hewan tergantikan oleh mesin, berlanjut menjadi revolusi digital di tahun 80an kala komputer mula ditemukan, terus berkembang dengan penemuan ponsel sampai dengan saat ini yang berlangsung demikian pesatnya. Teknologi terus bergulir tanpa bisa dielakkan. Siapapun yang bisa menguasai teknologi adalah mereka yang akan memberi peran terhadap perubahan.
“Perubahan adalah sebuah keniscayaan dan transformasi adalah sesuatu yang harus terjadi”
Demikian kalimat Saiful Hidajat, Executive Vice President Digital Business & Technology Leap Telkom ketika menceritakan bagaimana kegigihan Telkom menghadirkan mancaragam solusi untuk masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia sejak awal berdiri hingga detik ini. Ia menyebut, jika perubahan yang terjadi di Telkom saat ini merupakan transformasi yang ke empat.
Transformasi pertama yaitu saat Perumtel berubah menjadi PT. Telkom yang menjadi hal fundamental, bagaimana Telkom yang tadinya perusahaan monopolistik menjadi tidak monopolistik dan berorientasi profesional. Kemudian transformasi kedua adalah lahirnya mobile di mana Ia sendiri pun terlibat dalam proses melahirkan Telkomsel kala itu di Batam. Saat itulah dunia berubah, telepon rumah segera bergeser menjadi mobile.
Selanjutnya transformasi ketiga dan yang sekarang juga masih berjalan yaitu transformasi komunikasi data, “kalau dulu data menggunakan saluran voice, sekarang justru terbalik, voice yang menggunakan saluran data sampai akhirnya telepon rumah tidak dipakai lagi voice-nya dan di-convert menjadi IndiHome, demikian juga di mobile semua berbicara komunikasi data,” papar Saiful.
Transformasi Keempat Telkom
Seiring perjalanan harga data yang semakin murah dan menjadi komoditas, Telkom harus masuk ke transformasi ke empat yaitu transformasi digital.
Saiful menjelaskan jika transformasi digital Telkom terdiri atas tiga hal yakni digital connectivity, digital platform, dan digital services. Digital connectivity merupakan satu sisi bisnis cashcow Telkom yang harus beroperasi jauh lebih efisien dan efektif sehingga peran digital adalah melakukan digitisasi, “bukan sekedar meng-online-kan saja, tetapi juga menyederhanakan bisnis proses dan bisnis model atas bisnis-bisnis konektivitas atau bisnis eksisting Telkom”.
Semuanya kembali kepada bagaimana customer bisa menikmati layanan-layanan yang ada sekarang, seperti bagaimana bisa on demand, hustle free yang kesemuanya itu merupakan peran digital yang pertama. Contohnya, penggunaan aplikasi MyIndihome, MyTelkomsel, dan MyTenS untuk pelanggan enterprise.
Pertanyaannya adalah bagaimana dari sisi bisnis yang sudah berjalan?
Pada dasarnya tetap, digital bisnis melakukan peran utama digitisasi dimana ukurannya adalah berapa benefit yang bisa diberikan pada saat proses digitisasi. Benefit yang dimaksud adalah bagaimana unit yang di-digitisasi berhasil cost saving, bisa reducing loss, meningkatkan quality of sales, meningkatkan customer experience, dan lain-lain yang mana benefit ini pun harus diukur, “jangan sampai kita dalam rangka menghasilkan benefit tadi melakukan digitisasi at any cost makanya meskipun melakukan digitisasi internal, benefit over cost harus tetap dihitung, sehingga kita yakin betul kita operate at optimum cost and delivering high impact”.
Connect the Dots dengan Platform Digital
Tidak sekedar dari sisi konektivitas saja, Telkom pun diminta untuk membangun digital platform dan digital services di arah vertikal lainnya. Digital platform disiapkan menjadi produk digitalisasi yang sifatnya horizontal bisa dipakai untuk berbagai services atau mudahnya bisa dijual sebagai platform saja sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan yang diinginkan customer.
Saiful memberikan contoh mengenai platform pertama Telkom yaitu Big Data, “di atas Big Data kita bisa create any kind of services for example, dari Big Bata kita pakai untuk Big Data Vaksin, dari Big Data kita pakai untuk digitalisasi SPBU Pertamina, dari Big Data kita juga pakai untuk membantu Sekretariat Negara mengharmonisasi berbagai aturan, dari Big Data kita bisa pakai Satu Big Data dalam hal ini data Pemerintah Kota dan Pemerintah Provinsi, any kind of services can use big data platform”.
Sementara contoh lain yang dipakai untuk horizontal platform yang bisa menggunakan berbagai vertikal lainnya seperti Internet of Things (IoT), yang mana IoT ini juga bisa ditawarkan secara terpisah. IoT sendiri menawarkan konektivitas seperti mengkoneksikan berbagai device, konektivitas dari IoT itu sendiri, dan IoT Solution berikut device-nya. Sehingga kerjasama dan pemanfaatannya bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan customer, kalau sekiranya hanya membutuhkan IoT-nya saja tanpa device itu bisa-bisa saja, jadi customer tidak perlu repot dengan internal capability-nya, tinggal meng-connect-kan ke platform dengan memanfaatkan fasilitas IoT tadi.
Pemanfaatan IoT juga bisa diimplementasikan pada solusi vertikal di suatu ekosistem digital. Misal ekosistem pertanian, bisa dimanfaatkan untuk pengecekan kadar air di jagung misalnya atau penyemprotan hama menggunakan drone atau pengairan secara otomatis. Contoh lain, pada blockchain yang bisa diaplikasikan ke banyak hal seperti point exchange atau yang lebih hype untuk platform NFT atau transaksi-transaksi di atas metaverse.
“Itu salah tiga dari contoh platform kita dan masih banyak platform lain yang mendasar seperti platform cloud dan data center yang saya rasa itu sudah obvious ya, everybody should know that at the end after connectivity, we are need a cloud untuk menaruh transaksi atau data kita,” jelas Saiful.
Ekosistem Digital dan Platform Services
Dalam hal platform services, Saiful yang bergabung di Telkom sejak tahun 1992 ini menyatakan bahwa pada akhirnya yang customer inginkan adalah pelayanan bisa dinikmati. Dalam digital tidak lagi berbicara mengenai produk, justru yang diusung adalah apa yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
“Di dalam digital services kita men-solve itu!”
Sebagaimana yang berlangsung di ekosistem pertanian di mana persoalan yang terjadi telah dimulai sejak dari hulu sampai ke hilir. Diawali dengan bagaimana mendapatkan bibit, bagaimana mendapatkan pupuk, bagaimana mengelola tanah dan sarana pertanian lain, petani sudah berhadapan dengan ragam masalah itu. Belum lagi kebutuhan modal dan pembiayaan yang mana akses mereka terbatas ke lembaga keuangan. Mengapa? Karena petani tidak memiliki sesuatu yang bisa dijaminkan dengan historical data yang kurang memadai hingga akhirnya mereka terjebak pada tengkulak.
“Di situlah mereka memerlukan akses kepada para pemodal atau offtaker yang berkenan memberikan modal, sekaligus juga offtaker tersebut menampung produk mereka dengan harga yang disepakati atas spesifik quality yang sudah ditentukan. Terakhir pasti dibutuhkan akses pasar. Bagaimana petani ini bisa direct kepada pengguna sehingga mereka memperoleh harga terbaik yang bisa menutup ongkos produksi dan memberikan keuntungan, sementara di sisi lain pasar pun akan mendapat harga yang kompetitif karena langsung dari petani. Nah, Agree bergerak di tiga bidang itu!” tambah Saiful.
Agree hadir untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dari hulu ke hilir di samping juga penerapan fungsi-fungsi semacam IoT atau fungsi knowledge lainnya terkait masalah pertanian dan sebagainya. Hal yang sama juga terjadi di ekosistem logistik yang diketahui bersama bahwa ongkos logistik Indonesia termasuk yang termahal di dunia. Geografis negara kita yang kepulauan menjadi faktor utama selain juga tidak ada integrasi matchmaking antara supply dan demand.
Lagi, Saiful memberi contoh kasus harga semen di Indonesia Timur yang harganya bisa mencapai 2 juta per sak padahal di Pulau Jawa hanya di kisaran 200 ribu. Hal ini disebabkan karena kapal yang berangkat mengantar semen ke Indonesia Timur pulang dengan kondisi kosong. Di sisi lain orang-orang yang menghasilkan produksi dari Indonesia Timur sendiri kadang kesulitan mencari kapal dan truk untuk memasarkan ke Indonesia Barat, “itu pain problem yang ingin diselesaikan oleh Logee kita dan nanti dari aspek last mile-nya sampai ke aspek distribusi ke toko-toko atau warung-warung”.
Ekosistem berikutnya adalah dunia pendidikan. Leap Telkom memiliki ekosistem edukasi yang memberikan akses edukasi lebih mudah untuk sekolah juga untuk keahlian tertentu melalui Pijar Mahir, termasuk menyelesaikan permasalahan di Travel and Tourism dan seterusnya, seperti skill up bahasa asing dan lain sebagainya.
“Jadi di digital services ini kita bicara untuk solving the problem selain juga di digital services ini pun kita mendapat penugasan-penugasan yang alhamdulillah bisa kita selesaikan secara profesional. Menurut saya ini happy problem, happy karena kita (Telkom) dipercaya tetapi akan menjadi big problem dan backfire jika kita gagal,” ungkap Saiful.
Ia yang gemar mengisi waktu senggangnya dengan membaca artikel-artikel pendek di berbagai platform ini mengungkap bahwa pengerjaan dan pengelolaan aplikasi Peduli Lindungi dan Satu Data Vaksin merupakan contoh dari happy problem di atas. Kesuksesan membantu Kementerian Pendidikan dengan membuat platform khusus Kemendikbud bernama Govtechedu adalah contoh lain dengan mempersiapkan dan membangun sistem Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan sekarang dalam proses menyiapkan Merdeka Mengajar.
Kesuksesan di atas membawa pada kesuksesan selanjutnya terkait Big Data peraturan Setneg, di mana sekarang Telkom mendapat tugas baru membenahi sistem online di One Submission System (OSS) di Kementerian Investasi BKPM yang bisa dilihat dari sosial media LKPP RI, Telkom ditugaskan membantu proses transformasi LKPP, “bukan cuma memperbaiki sistem LKPP (e-catalog dan toko daring) saja, tetapi bahkan sampai menyederhanakan bisnis prosesnya dari semula 8 tingkatan menjadi 2 tingkatan bisnis proses”.
Saiful memandang perintah-perintah kerja ini sebagai suatu hal yang positif yang bisa diartikan bahwa Telkom dipercaya dapat menjalankan secara profesional dan mampu men-deliver dengan baik. Adapun secara bisnis tetap harus dijalankan model bisnisnya.
“Jadi berbeda dengan bisnis telekomunikasi yang saya geluti sebelumnya, kalau dulu tahun 90an kita bicara capex intensive, seperti sentral telepon atau IndiHome adalah bicara capex dimana kita kuat-kuatan implementasi capex, kuat-kuatan teknologi baru dan kekuatan area layanan, tetapi di digital; kekuatan kita justru ada di ‘orang’, bagaimana kita bisa attract, bagaimana kita bisa menarik orang-orang terbaik untuk bergabung ke Telkom tidak semata hanya membawa misi bisnis, tetapi juga misi NKRI. Arah digital Telkom sudah berada pada track yang tepat, terpenting adalah core of the core dari digitasi dan digitalisasi ini adalah bagaimana Telkom sanggup meng-onboarding-kan dan mengembangkan digital talent yang terbaik untuk membangun bangsa, this is beyond the business!” pungkas Saiful. (hzr)
Jika Leapers merupakan digital talent dan ingin berkarir serta mengambil peran dalam digitalisasi bangsa, inilah kesempatan untuk bergabung bersama kami. Siapkan CV dan Portofolio terbaikmu dan ikuti proses rekrutmen di Careers Telkom.