NUON by Telkom Besut Film 2045, jadi Kampiun Di Tanah Sendiri
Imam Tantowi sutradara yang tengah mengkilap di masa dekade 1980-an. Nama dia melambung tinggi di atas awan perfilman nasional. Film-filmnya memberi energi pikat bagi penggemar. Seusai memulai debut yang menggeret animo tonton lewat ‘Pasukan Berani Mati’ (1982), ia menghadirkan rentetan karya yang seluruhnya bergenre laga. Tahun 1983 ia mengemas cerita bertitel ‘Lebak Membara’. Setahun berselang hadir ‘Dia Sang Penakluk’. Hingga tahun 1985 menghasilkan dua kop penyutradaraan, ‘Carok’ dan ‘Residivis’.
Imam Tantowi lantas mengangkut novel menjadi tayangan layar lebar, mengalih visualkan karya sastra Motinggo Boesje berjudul ‘7 Manusia Harimau’. Tetapi, ‘Saur Sepuh’ mungkin yang paling fenomenal. Bagi tak sedikit generasi di zamannya, film ini seperti memori emas nan abadi, hampir tak tercerabut. Utuh tak retak. Sukar digeser oleh judul-judul lain yang datang setelahnya. Akar ‘Saur Sepuh’ memang terlampau kuat. Cengkramannya nyaris tak punya padan. ‘Saur Sepuh’ datang dari acara radio yang menjadi legenda terbesar sandiwara radio di Indonesia yang pernah ada.
Pada dekade 1980-an, siaran radio swasta memang berada di periode pasang naik kepopuleran. Ketika itu hanya ada satu stasiun televisi yang disebut TVRI. Penduduk mengincar alternatif. TVRI di masa Orde Baru terlampau beraroma pemerintah. Membosankan. Kebanyakan orang jenuh. Siaran radio menjadi angin segar di kepala, diantaranya karena adanya interaksi penyiar dan pendengar. Di tengah gelombang pasang popularitas radio, drama radio menjadi mutiara berkilau. Sangat memikat pengikut siaran radio. Biasanya drama radio diputar singkat. Durasinya 15–30 menit saja. Karena pendek, itu akan melahirkan ratusan episode yang dinanti-nanti. Kesetiaan nir ujung para pencintanya waktu itu tak kalah dengan militansi penggemar K-Pop masa kini. Disanalah ‘Saur Sepuh’ menjadi raja, digdaya, tak tersentuh mahkotanya.
Sukses besar sebagai sandiwara radio, Saur Sepuh difilmkan pada 1988. Mudah untuk ditebak, film ini niscaya meledak. Penonton mengular. Karcis terjual gampang bak gorengan yang dijajakan pedagang di sudut-sudut gang. Kesuksesan ini membuat Saur Sepuh diproduksi berulang-ulang, hingga lima sekuel. Tiga yang pertama masuk peringkat film terlaris. Rasanya tak banyak film dunia yang mampu membuat sekuel sepanjang itu seperti apa yang pernah ditorehkan Saur Sepuh. Fantastis, atau frasa hiperbolik lain pantas disematkan pada pencapaian film ini.
Saur Sepuh menunjukkan sisi lain keterikatan penonton Indonesia dengan tayangan lokal. Orang Indonesia demen film Indonesia. Tiga dekade setelah ‘Istana Atap Langit’, sekuel kelima dari Saur Sepuh tayang, kemesraan penonton Indonesia dan film-filmnya makin intim belaka. Teramat intim, melebihi sebelum-sebelumnya, bahkan. Menurut data filmindonesia.or.id hingga September 2022, ada 10 film Indonesia yang berhasil meraih jutaan penonton. Mereka diantaranya “KKN di Desa Penari” (9.233.847), “Pengabdi Setan 2” (6.390.970), “Miracle In Cell No 7” (3.543.856 dan masih tayang), “Ngeri-ngeri Sedap” (2.886.122) serta “Ivanna” (2.793.775).
Jumlah penonton tersebut menjelaskan kemenangan total film-film Indonesia, benar-benar superior menjungkalkan produk mancanegara. Market share penonton film di bioskop, 61 persen didominasi film Indonesia. Sisanya 31 persen untuk film asing. Chand Parwez, Ketua Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), bilang, apa yang terjadi ini merupakan pencapaian pertama dalam sejarah perfilman Indonesia. Orang-orang yang sepanjang waktu giat mengadvokasi produk-produk dalam negeri boleh bertepuk tangan sembari berdiri melihat fakta tersebut. Huraaa! Bravo!! Film Indonesia menjadi nyonya besar di negeri sendiri.
Di lain halaman, langkah zaman tak pernah beristirahat. Peradaban senantiasa berkutik dan teknologi menjadi salah satu aktor utamanya. Cara menikmati sesuatu sepuluh tahun silam, sebagian menjadi tak lagi cukup di era kini atau bahkan tak relevan sama sekali. Dewasa ini manusia makin tersangkut dengan internet. Hari-harinya adalah itu, itu dan itu. Pola tonton manusia modern pun beringsut tiba ke etape baru. Media OTT (over-the-top) lantas hadir, layanan streaming berlangganan menjamur. Preferensi sarana menonton menjadi lebih beragam. Film bisa hadir di tanganmu, lewat ponsel pintar semisal. Akting terbaik dengan plot rumit dapat dipelototi dimana saja internet berada.
Di kawasan Asia Tenggara saja angka penggunaan OTT serupa endemik. Studi The Trade Desk tahun 2021 menyebut, dalam sebulan durasi menonton OTT di seluruh Asia Tenggara menembus 9,7 miliar jam. Disebut pula 82% penonton OTT Asia Tenggara menggunakan lebih dari satu platform OTT. Kepemirsaan OTT di wilayah ini didorong oleh meningkatnya adopsi platform tersebut di kalangan generasi Z dan millennial muda. Mereka merupakan 44 persen dari total populasi pemirsa. Ibu-ibu di seluruh Asia Tenggara juga telah menggunakan OTT selama setahun terakhir, berangsur-angsur beralih dari TV tradisional.
Pertumbuhan pengguna tahunan untuk layanan video berlangganan over-the-top dalam skala global tengah memasuki fase eksplosif. Pandemi Covid-19 berandil memperkuat kecenderungan ini. Sekarang hampir 2 miliar orang di seluruh dunia menggunakan layanan tersebut. Menurut salah satu prediksi, pendapatan media dari OTT diperkirakan akan melampaui USD 210 miliar pada tahun 2026. Kita sedang memperbincangkan bisnis raksasa yang lain. Walau saat ini, seiring pudarnya pandemi tren penurunan OTT tengah menyapa pelaku bisnisnya.
Di tengah kesemarakan baru lahirnya aneka OTT lokal, lewat satu dekade silam muncul platform meramaikan pasar. Dia bernama MELON.
“12 tahun lalu Melon didirikan, Melon adalah singkatan dari Melody Online. Jadi, dulu kita dibentuk untuk menyediakan solusi layanan digital musik buat Telkomsel, ada dua layanan yaitu NSP1212 dan Langit Musik. Kemudian setelah sekian lama menangani bisnis musik digital, di tahun 2018 barulah kita mulai dengan pengembangan portofolio bisnis ke vertical games. Diantaranya termasuk pengembangan bisnis, seperti ticketing management system TiketApaSaja.com, Cloud Gaming Gameqoo, dan membangun layanan konten untuk anak lewat KidiGo, hingga jadi aggregator payment untuk semua aplikasi di PlayStore” ungkap Aris Sudewo, CEO Melon Indonesia yang kini telah berubah nama menjadi Nuon Digital Indonesia.
Nuon menjadikan digital entertainment dan digital lifestyle selalu dekat dengan masyarakat Indonesia. Menyatukan layanan game melalui Upoint.ID, musik di aplikasi Langit Musik dan beli tiket konser musik di Tiketapasaja.com. Dan untuk mendukung pengembangan Ekonomi digital kreatif, Nuon melalui platform Langitku.id memberikan kemudahan untuk musisi dan content creator bisa upload kayanya langsung lewat single portal. Termasuk Nuon juga membina banyak komunitas dan menaungi kompetisi eSport melalui YouTube channel @UpointEsports yang telah jadi channel eSports non-publisher terbesar di Indonesia.
Nuon menghadirkan layanan musik digital sejak tahun 2010. Dengan dukungan lebih dari 200 mitra bisnis, saat ini Nuon telah menghadirkan 9 juta katalog musik dari pasar domestik maupun internasional, 400 ribu konten RBT, 5 ribu konten video karaoke, 30 konten artis, ragam film domestik. Jika Anda gamer, rutin menyimak musik, sesekali berkaraoke, dan doyan menonton film Indonesia, Nuon hadir untuk melayani semua kebutuhan digital lifestyle.
Lepas dari itu, sepanjang tahun bioskop masih merawat daya gaetnya bagi banyak orang. Menonton bersama-sama di gedung yang nyaman, sensasinya belum sepenuhnya dapat digusur. Selalu ada perasaan spesifik yang dirindu. Sekian abad lamanya bioskop menjadi medium tabula rasa perjalanan peradaban manusia. Dan di penghujung tahun ini, satu lagi film nasional akan mengunjungi layar-layar besar dan bangku-bangku penonton di sekujur nusantara. Ada film baru yang siap tayang di awal Desember. Judulnya, ‘2045 Apa Ada Cinta’.
Film 2045 Apa Ada Cinta yang diproduksi oleh Max Pictures akan tayang serempak di bioskop nasional mulai 1 Desember 2022. Film ini menyodorkan kisah cinta dengan berlatar belakang Indonesia ketika berumur seabad. 2045 Apa Ada Cinta dibintangi Yasmin Napper yang berperan sebagai Renata. Cinta Brian memerankan Marshal. Terlibat pula pendatang anyar dalam diri Indah Kusuma yang didapuk sebagai Meara. Di departemen penyutradaraan muncul nama Indra Gunawan. ‘2045 Apa Ada Cinta’ akan membawa penonton pada romansa futuristik, bagaimana cinta tumbuh dan kisut di era teknologi makin mengerubungi tiap inchi kehidupan manusia. Anda yang berminat menutup tahun dengan cinta, rasa-rasanya layak memasukkan judul ini sebagai salah satu opsi guna memenuhi maksud tersebut.
Menariknya, Joddy Hernady, produser eksekutif film 2045 Apa Ada Cinta mengungkap jika pemilihan ide-ide dalam film ini berasal dari puluhan ribu ide gen-z dan milenial yang membayangkan seabad Indonesia. Tak kurang 32.000 ide yang kemudian disaring menjadi 10 dan tertuang ke dalam film bertema futuristik ini.
“Film 2045 sebenarnya adalah gambaran Indonesia setelah 100 tahun merdeka. Puluhan ribu ide terkumpul dan kita ambil 10 kita taruh di film itu. Kesepuluh ide ini sebenarnya menggambarkan evolusi teknologi dari sekarang sampai 2045, kurang lebih 23 tahun lagi ya akan seperti itu. Sebagaimana kita tahu evolusi teknologi berjalan sangat cepat. Film ini memberi gambaran itu. Tanpa meninggalkan hal paling esensial, bahwa secanggih apapun teknologi, manusia ya tetap manusia, makhluk sosial. Masih memiliki emosi, tetap ada cinta,” tandas Joddy.
Sudah 34 tahun berlalu, sejak Imam Tantowi menggebrak blantika bioskop nasional lewat lakon Brama Kumbara. Film-film Indonesia terus berdaya upaya menabur kecintaan pada apa yang istimewa di film kita. Bioskop masih penuh. Jutaan orang menonton judul-judul film Indonesia terpilih tiap tahun. OTT hadir, teknologi menjadikan perlombaan seni peran tambah meriah dan mengesankan. Baik Aris maupun Joddy sepakat bahwa hadirnya film 2045 Apa Ada Cinta adalah komitmen nyata Telkom dalam berkontribusi pada industri kreatif, sekaligus terus mengupayakan Indonesia berdaulat digital. Kabar baiknya, film Indonesia sudah menjadi jawara di tanah sendiri. Ia terbang tinggi bagai rajawali raksasa yang ditunggangi satria madangkara dalam dongeng epik Saur Sepuh. Kelak, bertambah film baik serupa. Sebutlah 2045 Apa Ada Cinta! (hzr)
Telkom Indonesia juga membuka kesempatan untuk para generasi Millenial dan Gen Z untuk bergabung menciptakan Indonesia Emas 2045. Yuk, cari lowongan yang tersedia untukmu di Careers Telkom!