PaDi UMKM Bantu Allana Sulap Kain Perca Jadi Cuan!

Devara Wardhana
Leap Telkom
Published in
4 min readSep 8, 2023

Kain perca yang secara harfiah diketahui sebagai kain limbah atau kain sisa dari pembuatan produk-produk berbahan dasar kain dianggap tidak bernilai dan hanya dianggap sebagai limbah, namun nyatanya kain perca memiliki banyak manfaat dan fungsi dari sekedar limbah. Sejarah mengatakan bahwa kerajinan kain perca merupakan salah satu kerajinan paling tua di dunia, di mana teknik menggabungkan kain-kain sisa menjadi suatu kesatuan kain yang bermotif. Di abad pertengahan di Eropa kain perca digunakan untuk membuat selimut dan pakaian hangat untuk menahan musim dingin. Pada abad pertengahan itu pula kain perca digunakan sebagai pelapis baju perang prajurit yang terbuat dari baja. Berkembang mengikuti era akhirnya kain perca ini digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti selimut, pakaian dan sebagainya.

Kain perca yang mengalami evolusi dalam penggunaannya dan fungsinya semakin kesini semakin banyak orang yang mengkreasikan keberadaan kain perca ini. Pada zaman ini kreasi dari kain perca sangat bermacam-macam, bisa menjadi apa saja sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas sang pengrajin. Kreasi dan motif ikut ditambahkan oleh sang pengrajin untuk menambah unsur keindahan dalam suatu kerajinan kain perca. Pada awalnya hanyalah limbah dan kain sisa sekarang bisa menjadi salah satu kerajinan paling unik dan indah yang dapat diciptakan dengan berbagai kreasi.

Kain perca bahkan bisa menciptakan ladang industri bagi siapapun yang bisa melihat peluang dan membuat peluang itu semakin nyata. Toko Rumah Baju Allana merupakan salah satu bentuk perpaduan antara kreativitas dan visi yang digabungkan, dan saya menjadi saksi langsung akan keberlangsungan pengrajin kain perca ini. Dalam liputan, kami mendapat banyak inspirasi, motivasi, dan insight yang baru akan industri ini, mengetahui bagaimana susahnya industri ini dibentuk pada masa pandemi.

Rumah Baju Allana adalah sebuah home industri pengrajin kain perca, mereka menciptakan produk-produk unik dengan ciri khas mereka sendiri. Mereka membangun industri ini ketika pandemi melanda dan tidak tau harus berbuat apa guna menghadapi pandemi. Dengan keisengan, ilmu dan kreativitas yang dimiliki Ibu Titin akhirnya beliau membuat kerajinan tangan kecil-kecilan akhirnya yang malah membuka kesuksesan untuk Rumah Baju Allana dan Ibu Mita di masa pandemi. Suatu momen yang tak pernah diduga dan tanpa disadari pada awalnya, sekarang justru berkembang dengan pesat membesar.

Letak usaha ini berada di kota Tangerang yang berjarak sekitar 30 km dari kantor Telkom. Perjalanan kami kesana memakan waktu sekitar satu setengah jam hingga dua jam perjalanan menggunakan mobil melewati jalur tol. Sesampainya disana kami langsung disuguhi dengan makanan-makanan ringan, bahkan kami ditawari untuk makan siang di sana, namun bagi kami makanan ringan itu sudah lebih dari cukup bagi kami. Lantas kami langsung memulai wawancara, dan wawancara ini berlangsung cukup lama yang memakan waktu hingga dua jam setengah. Beliau banyak menceritakan kisahnya membangun Rumah Baju Allana ini.

Keadaan yang tercipta bukan hanya keberuntungan semata, juga dibarengi dengan visi yang dimiliki oleh Ibu Titin, menemukan momentum yang pas dan di ruang sempit itu Ibu Titin membesarkan usahanya. Pesanan yang terus berdatangan dan menumpuknya pekerjaan, akhirnya Ibu Titin melakukan ekspansi dalam hal produksi. Beliau ber-partner dengan beberapa penjahit yang berada di daerah sekitar rumahnya, dan atas usaha beliu ini beberapa penjahit tersebut mendapatkan proyek yang besar dan tentunya penghasilan mereka pun meningkat.

Ibu Titin benar-benar memanfaatkan keadaan sekitar untuk membangun usahanya ini. Bahkan dalam liputan kami diajak berkeliling ke tempat rekan-rekan penjahitnya. Memang harus diakui penjahit yang bekerja dengan Ibu Titin memanglah penjahit berbakat. Mereka bisa mengerjakan jahitan dengan cepat dan hasilnya sangat bagus, sangat minim kecacatan dari hasil jahitan mereka. Kami disana pun ditunjukan demo pengerjaan produk, dan kami melihat langsung hasilnya. Memang hasilnya tersebut merupakan sebuah karya seni bukan hanya produk handmade semata.

Ibu Titin tidak berhenti hanya dengan keadaan ini saja, beliau terus menerus melakukan ekspansi dengan usahanya. Beliau mengikuti bazar-bazar UMKM untuk mengenalkan produknya kepada dunia. Dengan visinya tersebut akhirnya beliau bisa merangkul market internasional. Dihubungi oleh Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa lainnya kini menjadi hal yang biasa untuk Ibu Titin karena memang produknya ini sangat digemari di kancah internasional. Bahkan Ibu Titin membuat produk khusus segmen market internasional.

Kartu peserta bazar yang diikuti Ibu Titin layaknya medali yang bertumpuk digantung di rumahnya. Beliau sangat antusias untuk membesarkan Rumah Baju Allana ini, yang saat ini beliau menyasar market online. Beliau memulai dan mulai mendalami market online ini semenjak mengikuti bazar UMKM yang diadakan PaDi UMKM. Pada titik itu, Ibu Mita telah menjaring lebih banyak customer untuk Rumah Baju Allana. Sekarang pun beliau mulai aktif menjalankan penjualan produknya di PaDi UMKM. Menurut beliau sendiri PaDi UMKM menjadi jawaban bagi Ibu Titin yang kesulitan menjaring market online, beliau bercerita bahwa persaingan di online memanglah sangat sulit dikarenakan banyak produk serupa namun display hanya sebuah gambar, dan itu hal yang sulit karena sebuah kualitas tidak bisa dilihat dari hanya gambar.

Pada akhirnya keberuntungan saja tidaklah cukup untuk melebarkan sayap dalam sebuah usaha. Visi, inovasi, dan teknologi merupakan perpaduan yang cukup krusial untuk membesarkan membesarkan usaha hingga sebesar ini, dan Ibu Titin masih memiliki cita-cita yang lebih tinggi untuk Rumah Baju Allana.

--

--