Perjalanan Bisnis Parfum Lokal EITR Fragrance, Kini Berhasil Jaring Puluhan Mitra

Leap
Leap Telkom
Published in
5 min readJul 27, 2023

Renaissance, tidak sekadar dikenal sebagai abad lahirnya zaman keemasan dan fase transisi zaman kegelapan menuju zaman pencerahan saja di Prancis. Venesia sebagai kota kosmopolitan Prancis saat itu giat memproduksi aneka rempah, pasta, kosmetik, dan pakaian beraroma wangi. Pembuatan wewangian terus dikembangkan bahkan sampai abad-abad setelahnya. Bahkan, istana raja Louis XV pada abad ke-18 disebut sebagai ‘la cour parfumee’ atau istana wangi. Seolah menguatkan gelar yang dinisbatkan kepadanya, ‘le Bien-Aime’ (yang Dicintai).

Meski Prancis bukan negara pertama pembuat parfum, tapi tengoklah citranya hingga detik ini. Parfum Prancis senantiasa menjadi trendsetter di dunia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa sensualitas dan kemewahan aroma menjadi ciri khas parfum Prancis. Di sana, ada satu wilayah yang disebut sebagai ibu kota parfum dunia. Akh, barangkali Leapers pernah menonton film Perfum: The Story of a Murderer, ya! Grasse adalah tempat yang dimaksud dan dijadikan setting cerita film tersebut.

Alasan Merilis Parfum Lokal EITR Fragrance

Kalau dulu, penikmat parfum hanyalah kalangan terbatas semata, sekarang siapapun bisa menikmati aneka jenis wangi sesuai selera dan kemampuan merogoh kocek. Tidak sedikit yang tergila-gila, Mariska Agustina dan Syafii Sugara adalah salah satunya.

“Kami termasuk konsumtif membeli parfum original import yang harganya relatif mahal hingga jutaan rupiah, dan itu lumayan menguras kantong. Lalu, kami berpikir bagaimana caranya agar bisa memiliki parfum sendiri yang menyerupai wangi dan kualitas parfum dunia, tapi dengan harga yang affordable,” buka Mariska, pemilik brand EITR Fragrance ketika diwawancara Leap.

Bermula dari pemikiran itulah, Mariska dan Syafii Sugara mulai belajar dan menekuni bagaimana mengolah formula-formula parfum dengan benar. Mulai dari pengalaman sebagai pengguna, meraup pendapat dari teman-teman yang lebih mengerti, berseluncur di mesin pencari google dan berguru kepada video-video yang ada di youtube. Ia pun tak segan menggelontorkan dana yang tidak sedikit sebagai bagian dari riset. Bukan hanya meracik aroma yang ideal, tetapi Mariska juga mempelajari segala aspek bisnis dunia parfum. Dari pengemasan hingga strategi pemasaran. Maka pada November 2020, ia bersama rekan bisnisnya Syafii Sugara merilis brand EITR Fragrance sebagai rekomendasi parfum lokal, karya anak bangsa.

Nama EITR berasal dari Bahasa Arab yang artinya wewangian atau harum. Ia percaya nama tersebut kelak menjadi doa ketika disebutkan terus menerus, “karena kami percaya ucapan adalah doa dan kami berharap ini menjadi doa untuk EITR agar benar-benar harum sesuai namanya”.

Lika Liku Perjalanan Bisnis EITR Fragrance

Tentulah, ada doa maka ada pula ikhtiar yang menyertai. Menjalankan bisnis ini bukan hal yang mudah seperti membalik telapak tangan. Terlebih di awal-awal, ia harus berhadapan dengan orang-orang yang skeptis terhadap produk EITR. Bahkan, sekedar mencoba pun mereka enggan. Tantangan berikutnya adalah menjaring mitra seperti distributor yang masih ragu apakah produk ini mampu menembus pasar, belum lagi kendala distribusi atau pengiriman barang ke mitra antar pulau yang cukup lama. Sekali antar bisa memakan waktu 10 harian. Intinya, tantangan utama adalah penetrasi pasar demi membangun ‘kerajaan bisnis’ EITR Fragrance.

“Satu per satu kami selesaikan, seperti kendala awal pengenalan produk, kami terbantu dengan metode gethok tular atau informasi dari mulut ke mulut dari pengalaman mereka yang sudah mencoba,” jelas Mariska.

Sementara terkait pasar, ia membuat beberapa strategi bisnis. Menjaring mitra seperti distributor, ia tak segan memberi garansi retur barang dan buyback atau garansi uang kembali. Untuk masalah distribusi yang memakan waktu, ia siapkan solusi dengan stok yang senantiasa tersedia sehingga mitra bisa langsung melakukan restock jika stok mereka sudah tersisa 30%.

“Sistem jual beli kami bersifat online, dan karena pembeli tidak secara langsung dapat mencium aroma parfum, maka perlu membangun persepsi dan imajinasi mereka. Maka, yang kami lakukan adalah membuat deskripsi dengan menggunakan teknik storytelling,” ungkap dia.

Setahun melenggang, EITR yang awalnya hanya memproduksi 30 botol per hari, sekarang telah mampu memproduksi 100 hingga 200 kali lipat dari itu. Dalam enam bulan terakhir, permintaan tiap bulannya antara 3.000 sampai 5.000 botol. Total produksi sejak launching bulan November 2022 hingga Juni 2023 mencapai tidak kurang 28.000 botol. Bermodal dulu belasan juta, kini EITR berhasil mencetak omset hingga ratusan juta. Tentu ini adalah pencapaian yang fantastis!

Mariska membanderol produknya dari 99.000 sampai 150.000 per botol. Sistem kemitraan dibangunnya dengan dua sistem, yaitu distributor dan reseller. Ketika di awal ia masih menjual door to door, maka sekarang ia sudah berhasil menjaring 32 distributor dengan banyak reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. Bukan sekedar di Pulau Jawa saja, tetapi juga telah mencengkeram Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Barat (Mataram), dan Papua.

Mariska membagikan satu rahasia kesuksesan EITR, yakni manakala ia berkesempatan mengikuti bazar yang disponsori oleh Kementerian BUMN dan PaDi UMKM di Sarinah beberapa bulan silam dan PaDi UMKM Expo 2023 di Juni kemarin.

“Kegiatan ini sangat berpengaruh sebagai sarana promosi dan pengenalan produk serta memperluas jaringan pemasaran. Terbukti dengan meningkatnya omset penjualan selama bazar dan selanjutnya melalui aplikasi marketplace PaDI UMKM,” ucap Mariska di sela senyumnya.

Mariska sendiri bergabung sebagai seller di PaDi UMKM pada bulan April 2023. Ia juga menyatakan bahwa dengan hadirnya platform PaDI UMKM, integrasi antara UMKM dengan berbagai BUMN menjadi lebih mudah, “akses kerjasama dengan BUMN merupakan hal penting yang selama ini didambakan oleh banyak UMKM di Indonesia dan PaDi UMKM bisa menjembatani itu semua”.

Mariska juga terang-terangan mengatakan bahwa melalui PaDi UMKM, maka pihaknya bisa menghemat biaya pemasaran dalam promosi daring dan memperluas jaringan pemasaran.

“Ada 216 transaksi yang berlangsung di PaDi dan sebanyak 258 produk terjual selama beberapa hari di bazar dengan total omset hampir mencapai 40 juta rupiah,” kata Mariska lagi.

Ketika Leap menanyakan bagaimana rencana EITR ke depan, dengan optimis ia menyebut bahwa produksi parfum yang dikerjakan baik oleh home industry dan pabrikan di Bandung ini, kelak dalam waktu dekat akan merilis signature parfume atau wewangian kreasi mereka sendiri pada pertengahan Agustus mendatang.

“Harapan kami, usaha parfum yang digemari segala usia ini bisa menjadi salah satu usaha yang saling menguntungkan untuk jangka panjang dan kami bisa memberi manfaat kepada lebih banyak orang yang bermitra dengan kami,” tutup Mariska.

Ingin membantu para usahawan bangkit bersama PaDi UMKM? Temukan peluang dan lowongan yang tersedia di Careers Telkom.

--

--

Leap
Leap Telkom

Telkom Indonesia kembangkan banyak produk digital di bawah Leap. Temukan rangkaian cerita mendigitalisasi bangsa lewat solusi digital yang Kami hadirkan!