Tantangan Bekerja di Industri Digital

Talitha Yumna Nurina
Leap Telkom
Published in
5 min readOct 23, 2023

Tahukah Anda bahwa Shinkansen, kereta cepat asal Jepang yang juga disebut bullet train baru saja berulang tahun, tepatnya pada tanggal 1 Oktober? Berangkat pertama kali dengan kecepatan 220 km/jam, kereta cepat ini bahkan direncanakan mencapai kecepatan 505 km/jam pada tahun 2027 mendatang!

Ketika berbicara mengenai cepatnya kereta cepat asal Jepang yang satu ini, perkembangan industri digital memiliki kesamaan yang sama: Cepat, efisien, dan memberikan kemudahan di berbagai sektor kehidupan.

Seperti bagaimana kereta cepat melintasi Jepang dengan kecepatan tinggi, industri digital juga terus berkembang dengan pesatnya. Teknologi yang terus berkembang membuat kehadiran Artificial Intelligence (AI) yang memiliki arti kecerdasan buatan, hingga Internet of Things (IoT) yang memberikan berbagai manfaat dalam kehidupan manusia.

Teknologi Memudahkan Manusia

Hadirnya IoT dalam kehidupan manusia membuat pekerjaan terasa lebih mudah dan efisien. Sebut saja pemanfaatan IoT yang digunakan di sektor industri. Dengan IoT, sebuah pabrik dapat memantau adanya kemungkinan malfungsi mesin secara real-time, sehingga dapat diatasi dengan segera untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Lalu, ada juga implementasi IoT seperti smart lighting hingga moda transportasi yang terintegrasi dalam smart cities yang membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih mudah.

Di sisi lain, sebagian orang mungkin juga telah merasakan kemudahan AI, baik dalam berbisnis atau kehidupan sehari-hari. Sebut saja penggunaan chatbot yang memungkinkan pengguna mendapatkan informasi dan layanan 24/7 tanpa harus menunggu keesokan harinya saat hari aktif bekerja. Singkatnya, dapat kita katakan bersama bahwa hadirnya teknologi dapat membantu pekerjaan manusia agar lebih efisien.

Hadirnya teknologi di tengah kehidupan juga aktif berpartisipasi dalam membawa angin segar tentang bagaimana seseorang berkomunikasi, hingga menjalankan sebuah bisnis. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa hadirnya teknologi memberikan kemudahan dan membuat hidup menjadi lebih efisien. Namun, tak sedikit pula yang berpikir bahwa hadirnya teknologi memungkinkan disrupsi yang dikhawatirkan dapat mengancam eksistensi manusia.

Menghadapi Tantangan dalam Industri Digital

Berbagai kemudahan telah terhidang di depan mata. Namun, benarkah tiada tantangan yang membersamainya? Selain menjadi ‘pintu’ yang mengantarkan setiap individu untuk mengambil berbagai peluang, seiring itu pula datang tantangan baru yang menunggu untuk dihadapi, tak terkecuali bagi industri digital.

Sebelumnya kita telah membahas sedikit bagaimana AI dimanfaatkan dalam berbagai bidang yang memudahkan manusia. Meskipun pekerjaan menjadi lebih cepat dan efisien, bagi sebagian orang, teknologi yang menjanjikan ini juga menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya yaitu bagaimana AI dapat menggeser peran manusia dalam sebuah pekerjaan.

Tantangan lain yang terjadi di industri digital yaitu adanya serangan siber yang menyerang privasi dan keamanan data pengguna. Mungkin sebagian dari kita masih ingat bagaimana Bjorka, seorang peretas yang meramaikan jagat dunia maya sejak tahun 2022 silam.

Berbekal klaim bahwa ia membocorkan berbagai data pengguna serta dokumen konfidensial lainnya, publik dibuat geger dan khawatir akan kerahasiaan data mereka. Meskipun pemerintah Republik Indonesia menyatakan bahwa apa yang disampaikan Bjorka tidak benar, sulit disangkal bahwa tak sedikit orang yang merasa was-was.

Selain itu, digital dan teknologi membuat banyak perusahaan harus beradaptasi dengan beralih ke model kerja yang berbeda. Misalnya, pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam jaringan (daring) atau remote. Model kerja yang berkembang mau tidak mau menuntut bagaimana sebuah perusahaan dapat memberlakukan manajemen kolaborasi pekerjaan secara daring. Salah satunya dengan cara berkomunikasi saat melakukan kolaborasi dalam sebuah pekerjaan.

Memungkinkan sistem kerja yang lebih fleksibel dan menjanjikan karena akan terus berkembang, banyaknya orang yang tergiur untuk terjun ke dunia digital juga membuat persaingan semakin ketat. Kemampuan untuk cepat beradaptasi dan belajar menjadi salah satu hal yang perlu ditonjolkan.

Agar tak ketinggalan, maka setiap individu didorong untuk sigap beradaptasi jika tidak ingin ‘ketinggalan kereta’. Adaptasi ini dilakukan dengan terus belajar dan tetap mengikuti perkembangan teknologi yang ada agar kemampuan yang dimiliki tetap terasah dan terus ter-update.

Tantangan Copywriter di Era Digital

Di tengah hiruk-pikuk industri digital, tantangan menjadi tak terlewatkan. Saya menjadi salah satu orang yang merasakan langsung hal tersebut. Setelah membahas bagaimana tantangan di industri digital pada paragraf sebelumnya, izinkan saya bercerita sedikit bagaimana tantangan di industri digital tak ketinggalan untuk menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan saya sehari-hari, utamanya saat bekerja.

Menjadi salah seorang Copywriter dalam tim digital marketing yang memanfaatkan teknologi dan digital untuk bekerja setiap harinya, kemudahan sekaligus juga tantangan telah saya rasakan. Industri digital yang semakin mengandalkan kecerdasan buatan membuat Copywriter harus mampu tetap fleksibel dan berinovasi.

Tak hanya kemampuan menulis, seorang Copywriter yang bergerak langsung untuk mendukung kegiatan pemasaran di dunia digital juga dituntut untuk terus mengikuti tren terkini. Seakan berkompetisi dengan AI yang dapat menghasilkan konten secara otomatis, Copywriter juga dituntut untuk tetap kreatif dan memberikan ‘nilai tambah’ berupa emosi ke dalam tulisan.

Hal ini lah yang dapat membedakan tulisan hasil karya manusia dan teknologi kecerdasan buatan. Diciptakan Sang Pencipta dengan berbagai macam emosi yang penuh ‘warna’, sebagai manusia kita dapat memanfaatkan hal ini untuk memberi value dalam setiap tulisan. Pengalaman subjektif yang berbeda dan dimiliki setiap individu pun melahirkan tulisan yang ‘kaya’.

Daripada ancaman yang mungkin menggeser pekerjaan manusia, sebagai Copywriter, saya pribadi lebih memilih untuk melihat kecerdasan buatan sebagai alat bantu. Misalnya, menggunakan kecerdasan buatan untuk mencari ide-ide yang relevan dengan konten. Saya bisa mendapatkan banyak ide hanya dengan satu perintah, dan di saat itulah saya bisa memilih mana yang sesuai untuk tulisan yang hendak dibuat. Dengan ini, waktu yang digunakan untuk mencari ide dapat lebih dipangkas dan difokuskan untuk pekerjaan yang lain.

Singkatnya, adaptasi diperlukan untuk dapat menghadapi tantangan bekerja di industri digital. Tak hanya Copywriter, saya rasa teman-teman yang bergerak di industri digital dan memiliki tantangannya sendiri pun akan setuju untuk hal ini. Di sinilah setiap individu didorong untuk terus belajar dan berkembang dan memanfaatkan teknologi.

Dalam kesimpulannya, keberadaan teknologi dan digital memberikan kemudahan sekaligus tantangan bagi manusia menjadi sebuah hal yang tak terhindarkan. Apa yang dianggap sebagai inovatif pada hari ini bisa saja harus mengalami perubahan dan menjadi usang untuk hari esok. Jika dahulu belajar bisa menjadi pilihan, teknologi membuat belajar hal baru dan meningkatkan keterampilan menjadi sebuah keharusan.

Ketakutan akan teknologi yang seakan tak bisa menunggu mungkin hinggap di hati sebagian orang. Penting bagi kita bersama untuk tidak mengartikan hal tersebut sebagai ancaman, hingga adanya kemungkinan untuk kehilangan pekerjaan. Sebaliknya, akan lebih baik untuk menanamkan mindset bagaimana teknologi membuka banyak peluang baru. Mari hadapi tantangan ini bersama dan terus ambil peluang seiring dengan pesatnya teknologi! (tal)

--

--

Talitha Yumna Nurina
Leap Telkom

I tried to write because I wanted to know what I was going to say.