Telkom dan Pengembangan Aplikasi Kesehatan

Leap
Leap Telkom
Published in
8 min readDec 29, 2022
Head of Digital Vertical Ecosystem — Health Telkom, Joddy Hernady

Tahun lalu institut riset dan data IQVIA, merilis laporan terkait pertumbuhan aplikasi kesehatan. Laporan ini menggambarkan gelembung besar ekosistem kesehatan. Menurut IQVIA pada tahun 2020 tercatat 250 aplikasi kesehatan diluncurkan tiap hari. Itu merupakan angka rata-rata dari total 90.000 aplikasi kesehatan digital yang mengorbit di tahun tersebut. Laporan IQVIA juga menyebut hingga pertengahan tahun 2021 ada lebih dari 350.000 aplikasi kesehatan digital yang tersedia untuk konsumen. Jumlah yang eksponensial.

Aplikasi kesehatan yang ditawarkan kepada pengguna terbilang beragam. Aplikasi yang berfokus pada penanganan penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, tahun lalu mencapai 47% dari total aplikasi. Sementara aplikasi terkait kesehatan mental, diabetes, dan penyakit kardiovaskular mencakup hampir setengah dari total aplikasi dalam kelompok tersebut. Laporan ini juga mengidentifikasi pertumbuhan terapi digital dan produk perawatan digital yang dipakai para pengguna.

Dari tinjauan bisnis, investasi kesehatan digital mencapai rekor pada tahun 2021. Di Kuartal I, MobiHealthNews melaporkan pendanaan kesehatan digital menembus nilai $7,1 miliar. Ini merupakan lompatan besar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar $2,9 miliar. Di Kuartal II angka investasinya mencapai $6,2 miliar, masih merupakan nominal ekonomi yang fantastis. Tren ini tak bisa dipisahkan oleh akselerasi kebutuhan akses digital untuk kesehatan, sebagai respon langsung terhadap pandemi Covid-19.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Sejauh apa perkembangan ekosistem kesehatan digital di negeri ini. Lebih khusus, bagaimana Telkom sebagai perusahaan digital telco terkemuka mengambil peran? Jawaban ringkasnya, pekerjaan pengembangan eHealth jelas masuk dalam daftar agenda penting BUMN ini. Tidak mungkin selain itu.

Aplikasi Kesehatan di Indonesia dan Inisiatif Telkom

Di Indonesia beberapa tahun belakangan ini, ekosistem kesehatan digital tumbuh pesat. Aplikasinya bertebaran secara masif. Beberapa diantaranya demikian populer diantara para pengguna. Secara garis besar pengembang aplikasi kesehatan ini berkonsentrasi pada dua hal utama: preventif dan kuratif; pencegahan dan pengobatan. Di kolom preventif muncul pemain-pemain pasar yang berfokus pada manajemen gaya hidup. Ini mencakup pemantauan kesehatan, analisa resiko dan manajemen kebugaran.

Untuk kuratif, cakupannya meliputi diagnosa penyakit, penanganan penyakit melalui rawat jalan, dan penanganan penyakit via rawat inap. Sejauh ini penyedia aplikasi kesehatan untuk diagnosa penyakit memberi layanan pencarian dokter dan rumah sakit, janji temu dengan dokter dan tele-consultation. Adapun menyangkut rawat jalan, ia terdiri dari jasa resep online, pembelian obat online, pengiriman obat online dan pengingat jadwal konsumsi obat. Sedangkan untuk lini rawat inap meliputi pemesanan bangsal rumah sakit dan janji operasi.

Sementara aplikasi kesehatan makin marak, Telkom memiliki pendekatannya sendiri. Dalam kacamata Telkom, terdapat tujuh elemen fundamental pada ekosistem kesehatan. Ketujuh elemen ini kerap disingkat 7 P. Maksud dari 7 P yaitu Patient (pasien), Providers (penyedia layanan kesehatan), Payor (pembayar), Pharmacy (farmasi sebagai penyedia obat) Pharmaceutical Industry (Industri farmasi), Platform dan Policy (kebijakan).

Mengenai hal ini, Joddy Hernady selaku Head of Digital Vertical Ecosystem — Health Telkom membeberkan penjelasan panjangnya,

“‘P’ pertama patient, ini sebetulnya ultimate user dari health ecosystem. Bagaimana kita bisa memberikan layanan sebaik mungkin. Providers itu ya ada rumah sakit, puskesmas, klinik praktek dokter, laboratorium. Jadi orang berobat pasti ke dokter atau ke rumah sakit atau tadi ngecek ke laboratorium gitu. Selanjutnya payor, pembayar ya asuransi, bpjs atau yayasan kesehatan. Jadi kita ini ada yang memiliki asuransi sehingga kalau berobat ke rumah sakit atau dokter dibayarkan asuransi. Nah ‘P’ ke-4 yang tidak kalah penting adalah Pharmacy, yaitu penyedia obat. Nah inilah sebetulnya 4 P utama yang kita coba solusikan secara digital dan kita kolaborasikan dengan tujuan utama agar P pertama patient mendapatkan layanan kesehatan terbaik.”

Diyakini, pada akhirnya para pengembang aplikasi untuk memberikan layanan kepada patient di ekosistem kesehatan ini berkehendak sama yaitu mewujudkan super apps, termasuk aplikasi yang dibangun Telkom. Hanya bagaimana aplikasi kesehatan ini mulai dibangunnya yang berbeda. Ada yang memulai dengan layanan preventif dan ada yang memulai dengan layanan kuratif. Unjung-ujungnya, aplikasi ini akan menjadi Aplikasi Super di ranah kesehatan yang merupakan penggabungan dua pendekatan pokok layanan: preventif dan kuratif atau lebih lengkapnya lagi meliputi layanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sebuah aplikasi yang nantinya ditunjang data besar. Mereka yang tidak sakit dan sedang sakit terintegrasi dalam satu aplikasi yang bisa menjawab ragam kebutuhan. Mulai dari monitoring kesehatan dan kebugaran, hingga memastikan ketersediaan obat yang paling dibutuhkan, serta kepastian bangsal rumah sakit yang dituju.

“Ya kita tahu lah semua transformasi ke arah digital gitu ya. Nah bicara di ekosistem kesehatan itu player-nya banyak. Ada rumah sakit, klinik, puskesmas, laboratorium. Kemudian juga kita bicara ada asuransi juga, ada apotek, perusahaan farmasi yang mendeliver obat, ada pasiennya sendiri. Semua itu bila diintegrasikan arahnya itu, super apps di healthcare”, terang Joddy Hernady.

Integrasi Data dan Satu Sehat

Pada pertengahan tahun 2022 Kementerian Kesehatan meluncurkan Road Map digitalisasi industri kesehatan di Indonesia. Road Map ini pertama akan mengambil langkah mengintegrasikan data kesehatan. Kedua, mengintegrasikan aplikasi-aplikasi kesehatan dan ketiga pengembangan ekosistem teknologi kesehatan. Telkom saat ini terlibat dalam pembuatan platform B to B untuk menunjang rencana Kementerian Kesehatan tersebut.

Platform ini dibentuk guna menyatukan semua players kesehatan ke dalam satu sistem. Hal pokok yang akan disatukan pada tahap ini berupa data kesehatan. Cakupan data kesehatan ini bersifat luas, namun dorongan prioritasnya menyangkut Electronic Medical Record (EMR). Bila platform ini terwujud rekam medis antar rumah sakit bisa saling dipertukarkan. Ini akan sangat berguna, tidak saja untuk pasien, pun bagi dokter dan rumah sakit dalam melakukan diagnosa dan pemerintah dalam melakukan pembuatan kebijakan yang nantinya berdasarkan data sehingga lebih akurat.

Selama ini, jamaknya pasien bila berpindah rumah sakit mesti meminta rekam medis ke rumah sakit sebelumnya secara manual. Biasanya rekam medis itu dalam bentuk fisik (print). Lalu dibawa guna ditunjukkan ke dokter di rumah sakit baru yang dituju. Ini merupakan alur yang tidak efisien baik bagi pasien maupun rumah sakit. Menyita waktu serta tenaga bagi pasien. Sesuatu yang makin terasa ribet di era di mana segalanya berjalan cepat dan praktis. Ini bukan layanan maksimum yang seharusnya bisa diterima. Pertukaran EMR akan memangkas dan mengubah itu.

Platform yang tengah dikembangkan ini sendiri bernama Satu Sehat. Satu Sehat merupakan brand dari inisiatif Indonesia Health Services (IHS) yang tengah dikembangkan Kemenkes. Dalam pengembangan Satu Sehat, Telkom nantinya akan membantu integrasi data medical record antar rumah sakit. Telkom akan mengembangkan SIM-RS (Sistem Informasi Manajemen-Rumah Sakit) yang berfungsi sebagai feeder data EMR ke SatuSehat. SIM-RS ini akan mengacu kepada standar internasional HL7-FHIR dan comply dengan PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) №24/2022 yang dikeluarkan Kemenkes sehingga bisa terintegrasi dengan Satu Sehat.

Pertukaran data kesehatan dilangsungkan melalui standar HL7-FHIR berbasis API. Saat ini, Health Level Seven International — Fast Healthcare Interoperability Resources (HL7-FHIR) adalah standar terkini dalam pertukaran dan interoperabilitas data kesehatan. HL7-FHIR telah digunakan oleh berbagai negara termaksud badan PBB World Health Organization (WHO). Pendekatan FHIR memungkinkan informasi perawatan kesehatan (healthcare), termasuk data klinis dan administratif, tersedia secara aman bagi pemberi jasa layanan kesehatan.

Kedepan, selain data rekam medis, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perluasan data yang akan diintegrasikan dan dipertukarkan meliputi berbagai hal. Diantaranya, data asuransi, penggunaan obat di masing-masing rumah sakit, dan lainnya. Semakin luas data yang bisa dipertukarkan semakin baik manajemen data antar rumah sakit yang mendorong pengelolaan layanan kesehatan di rumah sakit semakin efektif dan efisien.

Data-data kesehatan juga akan membantu kebutuhan farmasi. Akan terlacak jelas dan akurat jenis obat yang harus diproduksi lebih banyak dan obat yang sebaliknya harus dikurangi. Pengetahuan atas data tersebut tak ayal akan membentuk secara presisi supply dan demand kebutuhan obat. Industri farmasi bisa bekerja berbasiskan kebutuhan riel sehingga bisa lebih efektif. Satu Sehat juga membantu pemerintah menganalisa jenis penyakit yang paling bertumbuh dalam masyarakat. Pengetahuan itu akan berguna mendapatkan gambar besar problem kesehatan nasional. Selanjutnya ia berguna untuk pengambilan kebijakan pencegahan yang diperlukan. Analisa dan evaluasi terhadap penyakit, penanggulangannya dan pencegahannya akan semakin efektif dilakukan pemerintah sehingga bisa menciptakan masyarakat Indonesia yang semakin sehat.

Telkom dan NHIE-BUMN

Selain Satu Sehat, Telkom juga turut menyokong pembangunan BUMN Health Ecosystem. Ini merupakan kerjasama lintas BUMN yang luas di bawah tajuk NHIE-BUMN. Bio Farma ditunjuk sebagai perusahaan induk (holding). Berbagai pihak yang terlibat selain Bio Farma adalah Telkom Indonesia, Pertamina Bina Medika IHC (PBM) dan Asuransi Jiwa Health Indonesia (Mandiri In Health). Ke depannya untuk sisi aruransi akan melibatkan juga BNI Life dan BRI Life.

Kerjasama multi perusahaan ini dengan tajuk NHIE-BUMN ini akan berada di staging pertama dari arsitektur digital kesehatan nasional. Di staging ini akan disusun Satu Data Kesehatan BUMN. Seperti namanya, ini juga merupakan upaya pengintegrasian data kesehatan secara luas. Serupa dengan Satu Data milik Kemenkes, Satu Data Kesehatan BUMN juga menggunakan standar HL7-FHIR. Mudahnya ini akan menjadi Data Besar kesehatan yang dikelola BUMN. Sementara staging kedua, tak lain Satu Data yang dinaungi oleh Kementerian Kesehatan itu sendiri dibawah nama Satu Sehat.

Kedua lini pekerjaan tersebut harapannya akan bermuara ke satu aplikasi Citizen Health App. Jika dilihat saat ini, banyak aplikasi yang berpotensi untuk menjadi Citizen Health Apps. Di dalam proyek ekosistem kesehatan BUMN saja ada beberapa aplikasi seperti FitAja, IHC telemed, KF Mobile dan Medevo. Idealnya ini nanti dilebur menjadi satu aplikasi saja dan tantangannya adalah bagaimana mengintegrasikan aplikasi-aplikasi ini sehingga bisa sinergi. Tampaknya yang paling berpeluang menjadi pemenangnya FitAja karena memiliki captive market dan model bisnis B2B2C. “Captive market-nya lumayan besar ini. Mandiri in Health aja udah 1,6 juta. Bicara Mandiri, Telkom, BRI, BNI, pegawai dan keluarga pensiunan ada 600 ribuan ya. Sehingga kalau yang ini aja bisa kecapai itu (sudah) 2,2 juta members. Paling tidak dalam tahun pertama ini udah dapet, ya. Belum lagi BRI Life, BNI Life, apalagi kalau ada Admedika dan ada juga 5 juta pegawai dan family BUMN lainnya”, ujar Joddy Hernady.

Adapun kelompok data yang hendak dicakup dalam BUMN Health Ecosystem terbilang cukup luas. Ada banyak kelompok data yang hendak diintegrasikan. Data-data itu meliputi: sumber daya manusia, radiologi, kamus dan terminologi, rawat jalan, pendaftaran, laboratorium, eForm, rawat inap, billing, logistik, farmasi, rekam medis elektronik, gawat darurat dan lain-lain. Tentu saja proyek ini bukan pekerjaan mudah, tetapi selain itu juga tergambar potensi pasar yang besar dan menjanjikan. Melihat hal ini Joddy Hernady berpendapat:

Dalam mitologi Yunani tersebutlah Hygieia yang diyakini sebagai Dewi Kesehatan. Hygieia memiliki cawan yang kemudian dikenal sebagai patera alias mangkuk obat. Kelak mangkuk ini akan menjadi perlambang bagi dunia medis, pengobatan dan apotek. Nama Hygieia juga diadopsi dalam kosakata masyarakat modern sebagai ‘higeinis’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata itu bermakna Arti higienis di KBBI adalah: berkenaan dengan atau sesuai dengan ilmu kesehatan; bersih; bebas penyakit.

Telkom kini juga turut bekerja menciptakan dunia yang lebih sehat melalui pendekatan teknologi yang ia kuasai. Sebuah ekosistem digital kesehatan yang besar, sebutlah ia akan berujung pada super apps health, sebutlah citizen heath apps yang akan hadir di tanah air. Telkom tak perlu menjadi Hygieia, tak usah masuk menjadi kisah mitologi, untuk menjadi berguna merawat kesehatan bangsa. (hzr)

Mau ikut berkontribusi mengembangkan aplikasi kesehatan bersama Telkom Indonesia? Persiapkan diri kamu dan temukan lowongan yang tersedia di Careers Telkom!

--

--

Leap
Leap Telkom

Telkom Indonesia kembangkan banyak produk digital di bawah Leap. Temukan rangkaian cerita mendigitalisasi bangsa lewat solusi digital yang Kami hadirkan!