Ternyata Tak Segampang Itu Menjadi Brand Activation di Leap Telkom Digital!

Amr Ubaidillah
Leap Telkom
Published in
8 min readAug 7, 2023

--

Ilustrasi Brand Activation

Beberapa sejarawan menyebutkan abad ke-17 sebagai zaman paling mengerikan dalam peradaban. Sejenak mari kita putar balik waktu menuju abad tersebut. Apa yang terjadi di Nusantara kala itu?

Melansir dari Wikipedia, sebuah kongsi dagang dari Belanda bernama VOC atau akronim dari Verenigde Oostindische Compagnie (Perusahaan Hindia Timur Belanda) mendapat hak monopoli terhadap aktivitas perdagangan di daerah Nusantara dari Parlemen Belanda. Datang sejak akhir abad ke-16, VOC melancarkan aksinya dengan senang hati. Berpusat di Batavia (kini bernama Jakarta), waktu itu VOC asyik sekali meluluhlantakkan kehidupan ekonomi dan sosial di Nusantara menyisakan air mata di seluruh penjuru kota. Merampok rempah di tanah Jawa sambil tertawa. Menyuguh kuasa sana-sini, menunduk paksa manusia sampai tak satupun berani.

Di belahan dunia lain, sebut saja Eropa, dianugerahi banyak penemuan anyar: kapal selam tenaga manusia, panci presto, hingga mesin penghitung pertama dan berkembang menjadi kalkulator yang kita gunakan hari ini. Sementara di Amerika sedang terjadi pergolakan dan kekacauan antara penduduk setempat dengan penjajah, mendorong lahirnya sebuah revolusi akbar. Namun, tepat di Massachusetts, George Herbert Mead lain kisah. Adalah seorang filsuf di bidang sosiologi dan ahli utama dalam Teori Interaksionisme Simbolik, masa itu mempublikasi karyanya berjudul Jacula Prudentum, mengandung banyak frasa puitis yang fantastis. Salah satu frasa dalam karyanya adalah “To him that will, ways not wanting.” lalu diubah pada tahun 1820-an menjadi “Where there’s a will, there’s a way.” yang merupakan ekspresi idiomatik umum fenomenal hingga detik ini.

Fadel Nelsmana memang tidak lahir di abad ke-17. Tetapi dalam perjalanan menjadi seorang Story Alignment dan Brand Activation di unit Digital Market Management (DMM) Leap Telkom Digital, Fadel menerapkan makna frasa zaman itu sama seperti para pejuang Nusantara, juga rakyat pembebas Amerika. Semangat yang sama di momen berbeda. Melalui interview yang dilakukan Hezra — sosok Content Writer Leap — dalam acara “Workshop Digital Marketing, Jurnalistik, Copywriting, dan Storytelling” di Telkom Landmark Tower pada 18 Juli 2023, Fadel mengisahkan perjuangan heroiknya sebelum berdedikasi di pekerjaannya saat ini.

Safari Profesi Pasca Inagurasi dari Ilmu Komunikasi

Mulai kuliah tahun 2012, Universitas Padjadjaran di Jatinangor (Jawa Barat) meluluskan Fadel pada tahun 2016 sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi. Seperti mahasiswa umumnya — yang belum menemukan jati diri — Fadel juga memiliki bayangan kosong tentang pekerjaan seperti apa yang akan dia kerjakan setelah lulus dari dunia pendidikan. “Gua nggak tau akan menjadi apa,” tegasnya. Bahkan, sebenarnya dirinya tidak tahu pasti alasan masuk ke jurusan Ilmu Komunikasi. Tetapi ingatlah bahwa Hukum Newton III mengajarkan bahwa suatu reaksi timbul karena adanya aksi. Maknanya Fadel mau tidak mau harus bergerak meskipun kondisinya tak punya arah gerak.

Fadel pun menjajal posisi Brand Development di salah satu media nasional terkemuka di Indonesia. Menggali habis-habisan ilmu dan aplikasi pemasaran digital, menerbitkan kontribusi penuh dalam tumbuh kembang usaha, khususnya kesadaran merek dan pendapatan perusahaan. Kentara progresif, Fadel diamanahkan untuk mengurus penjualan dari seluruh e-commerce tempat kantornya berjualan. Dia juga banyak berinovasi dalam bentuk program promosi, semata meningkatkan transaksi. Tujuh bulan yang menjadi batu loncatan bagi lintas pekerjaannya.

Niat Mencari Angin Segar, Dapat Pekerjaan yang Bikin Tegar

Selanjutnya, Fadel memasuki ladang berbeda. Dirinya bak pendaki yang ingin menaklukkan semua pegunungan, pun Fadel keluar mencari tantangan. Mendapat peran baru di sebuah perusahaan konsultasi manajemen dan outsourcing multinasional menjadi Community Operations Specialist. Pekerjaan yang terasa menyenangkan hati, nyatanya bisa membuat mati budi pekerti. Deskripsi pekerjaannya sebagai content reviewer. Kliennya adalah pelopor layanan jejaring sosial asal Negeri Paman Sam, meminta bantuan untuk filtering konten yang layak tayang di Indonesia sesuai kebijakan berlaku.

Tatkala proses menyaring konten-konten di media sosial itu dia terkejut. Tercengang, kaget bukan kepalang karena konten terlarang berlalu-lalang. Pornografi? Lebih dari itu. Dadanya berdegup kencang melihat tayangan child abuse, pembunuhan, dan semua yang mengakibatkan moral berguncang. Irasional, tetapi apalah arti profesional jika terlampau emosional. Justru peran Fadel inilah yang berdampak besar bagi terciptanya media sosial yang ideal. Benar-benar pengalaman tak terlupakan!

“Agak sedikit ngilu, sih. Tapi lama-lama menikmati,” gurau Fadel.

Terdengar seakan meyakinkan peserta tentang beratnya tanggung jawab yang ia pikul. Serius, sebab banyak menatap peristiwa penyebab jiwa terpukul. Namun, apa boleh buat demi nasi sebakul.

Satu tahun Fadel bersemayam dalam tugas itu.

Masuk Telkom: Awalnya Berselisih, Akhirnya Terima Kasih

Again and again, Fadel mencari tantangan. Meneruskan gores tinta pengalaman kerjanya, pria pecandu mi ayam itu diterima di BLANJA.com — salah satu platform digital di bawah naungan Telkom — sebagai Senior Business Partnership & Acquisition. Tadinya, ia mengaku menghindari bekerja di instansi yang berkaitan dengan pemerintahan karena work culture yang dirasa kurang fit in dengan pribadinya. Apalagi, Telkom merupakan BUMN yang mana erat kaitannya dengan rezim.

Lucunya, Fadel menjilat ludahnya sendiri. “Walaupun under Telkom, tapi culture-nya anak muda, startup, dan lain-lain,” pembelaannya saat ditanya apa yang membawamu ke Telkom. Tak banyak mengisahkan, 2 tahun di BLANJA.com diwarnai dengan amanah yang ia emban untuk menangani urusan dengan variasi pihak kunci: penjual, mitra, serta kolega. Fadel juga berkoordinasi dengan banyak departemen untuk membangun dan mengeksekusi proyek yang strategis untuk bisnis kantornya. Terkesan seperti pekerjaan yang adem ayem, seolah duduk santai di padang rumput, tak ada beban semaput.

Tenang, datar, tapi roda kehidupan terus berputar. Nahas, pandemi menyingsing — Fadel pusing. Roda bisnis tempat dirinya bekerja berhenti perlahan, tak sejalan dengan roda kehidupan. Platform itu akhirnya bubar, mengharuskan Fadel dan semua karyawan bersabar. Hanya satu yang bertahan, yaitu beban pikiran berwujud pertanyaan kemana lagi mengais pendapatan. Pasalnya, mencari kerja dalam kondisi kehidupan normal saja melewati kesulitan abnormal; sulit yang melilit. Pasrah tak bergairah, apakah ini waktunya menyerah? Oh tidak, bukanlah Fadel jika hanya diam mematung menunggu dewi pembawa untung.

Antusiasme dalam komitmen kerjanya selama ini berbuah hasil. Telkom berbaik hati menawarkan segenap ex-karyawan BLANJA.com seutas oportunitas di balik realitas. Fadel ditempatkan di unit Telkom lainnya. Unit kerja pelabuhannya bernama DSM (Digital Scale Up Marketing) dan masih bersama beberapa rekan kerja sebelumnya, mengisi kebutuhan posisi Digital Marketing. Tahun itu adalah tahun 2020. Sampai artikel ini dipublikasi pun Fadel masih melimpahkan sumbangsih di unit tersebut. Sebagai informasi, DSM kini sudah berubah namanya menjadi Digital Market Management atau DMM yang membawahi Leap — payung brand produk dan layanan digital Telkom.

Nama unit berganti, role Fadel juga diganti. Melewati banyak penyesuaian, sekarang dirinya kokoh di posisi Brand Activation. Sungguh kebahagiaan tak terbatas, rasa syukur mencuat paling atas. Ternyata Herbert benar! Frasa “ketika ada kemauan, pasti ada jalan” terbukti di kehidupan Fadel. Pantas saja pengikutnya memberi julukan “Holy Mr. Herbert” atau “Tuan Herbert yang Suci”.

Sekali lagi, semangat yang sama di momen berbeda. Bravo!

Haus Akan Tantangan, Fadel Kerap Kepal Tangan

KBBI mendefinisikan “tantangan” sebagai: (1) ajakan berkelahi (berperang dsb), (2) hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya). Mengacu dari pengertian tersebut, kali ini cerita Fadel tidak membahas dirinya menjadi sosok gladiator atau Power Ranger yang siap berkelahi. Dia menggambarkan rintangan yang dihadapi dalam peran barunya, Brand Activation.

Terence A. Shimp (1977) dalam bukunya berjudul “Advertising, promotion, and supplemental aspects of integrated marketing communications“ mengartikan Brand Activation adalah salah satu bentuk promosi merek yang mendekatkan dan membangun interaksi merek dengan penggunanya melalui aktivitas pertandingan olahraga, hiburan, kebudayaan, sosial, atau aktivitas publik yang menarik perhatian lainnya. Umumnya peran ini juga disebut sebagai Marketing Event. Penyelenggara agenda dan penyedia wadah bagi customer untuk berinteraksi langsung dengan brand.

“Kita membuat sebuah kegiatan offline activation yang impact-nya menjadikan brand-brand kita terdengar di luar. Kita juga melakukan pendekatan kepada pemerintah dan swasta agar kegiatan berjalan lancar,” ucap Fadel tengah menjelaskan apa yang ia kerjakan.

Peran ini sangat erat kaitannya dengan event, langkah tepat untuk penetrasi pasar bagi produk dengan skema B2B (business-to-business). Fadel mencontohkan salah satu studi kasus dalam pekerjaannya, ketika dirinya mengadakan event bersama Agree yang merupakan salah satu produk digital Telkom di bidang agrikultur. Sumatera Barat menjadi titik pilihannya, membawa misi mengenalkan Agree di sana. Bersama tim Agree, Fadel mempresentasikan produk tersebut kepada pemerintah setempat, bergerak cepat ibarat Ronaldo atau Messi yang menjemput bola selagi sempat.

Brand Activation Leap — Fadel Nelsmana

Ketika ditanya tantangan terbesarnya, Fadel mengaku bahwa tidak ada tantangan yang besar. Tetapi, biasanya masalah ada di tahap koordinasi dengan berbagai pihak demi kesuksesan jalannya kegiatan. Mulai dari internal seperti lintas divisi dan direktorat, hingga eksternal di tingkat pusat maupun daerah. Hal fundamental dalam peran ini, tutur Fadel, adalah baiknya komunikasi dan koordinasi, sebagai langkah utama dalam mengimplementasikan salah satu nilai dari core value BUMN “AKHLAK” terkini: kolaborasi. Perkara itu tak lagi beku. Fadel didukung Senior Manager tiada kaku, juga sistem kerja tidak terlalu baku. Terpenting menuntaskan kewajiban yang dipangku.

“Untuk culture-nya sih asyik, Mbak,” ungkapnya pada Hezra.

Pria berkepala tiga ini juga menegaskan keutamaan story yang dibangun pada brand produk digital Telkom. Berterima kasih atas adanya workshop penulisan yang diselenggarakan, manfaatnya menurut Fadel mengundang produk peluang lebih besar untuk diterima di berbagai elemen stakeholder. Selain meningkatkan brand awareness, kisah yang baik juga berdampak positif terhadap nilai jual brand itu sendiri, terlebih jika ingin mendatangkan sejumlah investor tertarik untuk menggelontorkan dananya. Wow! Hukum Newton III terbukti lagi untuk kasus ini, aksi yang baik menimbulkan reaksi yang baik pula.

Ternyata 3 Hal Ini Buat Fadel Bersyukur Ada di Telkom!

Usut punya usut, Fadel merasa dirinya mendapat tim yang suportif untuk pekerjaannya, khususnya DMM. Dia juga mengaku senang dengan atasannya yang bukan menjadi sosok boss melainkan seorang leader yang membantu tumbuh kembang Fadel selama ini. Terakhir, dia berkata “Alhamdulillah masih digaji tiap bulan,” sambil tertawa. Sontak peserta workshop juga ikut tertawa.

Tentu Fadel hanyalah manusia biasa — pun penulis dan pembaca. Namun, apa yang dialami menjadikannya luar biasa. Rahasia bersyukur itu secara sadar mengajak kita untuk lebih semangat dengan segala kesempatan, di depan mata maupun tak kasat mata.

Satu kata dari penulis untuk perjalanan panjang Fadel Nelsmana:

Impressive!

Norwegia memiliki tangga kayu terpanjang di dunia. Terletak di Flørli, lebih dari 100 tahun silam tangga ini dibangun mengikuti alur pipa pembangkit listrik tenaga air, mengarah ke atas gunung. Anak tangganya berjumlah 4.444, jarak tempuh sekitar 2.247 kaki, setara mendaki Menara Eiffel lebih dari 2,5 kali.

Dapatkah Anda membayangkan mendaki 4.444 anak tangga, berumur satu abad lebih, dan dari kayu? Bagaimana perasaan Anda saat itu?

Licin, berangin, mesti dingin. Sudah tahu, tapi banyak yang mau. Wanita dan pria, tanpa pandang usia, menguji nyali di tangga curam nan seram ini. Bunyi kayu tak buat semangat mereka layu. Peminatnya sangat tinggi dan prima, percaya puncak menunggu dengan pemandangan yang tidak perlu dijelaskan saksama. Terlihat seperti ada jutaan Fadel di sana — haus akan tantangan dalam mengejar impian.

Wacana di atas mengingatkan bahwa masing-masing dari kita juga punya tangga, tanpa harus menjadi Norwegia. Tangga kehidupan, tangga atas apa yang kita citakan. Jumlah anak tangganya belum tentu 4.444, bisa lebih bahkan kurang, namun sama menjadi jalan juang. Penulis misalnya, tangga yang sedang dipijak adalah sebagai pemagang di Leap Telkom Digital. Perhatian, bimbingan, dan penugasan yang ada membuat tangga penulis berubah — granit, marmer, atau apalah itu, pokok bukan kayu lagi. Butuh lebih banyak predikat selain senang, sayang, serta ratusan sinonim lainnya guna deskripsikan pengalaman magang ini. Pesat meningkat dalam eksplorasi bakat. Siapa sangka menjadi intern di BUMN bisa secanggih ini?

Tambahan, artikel ini menjadi tulisan storytelling pertama penulis, buah workshop yang diproduksi DMM waktu itu. Terima kasih dari penulis untuk Mbak Hezra, Mbak Muly, Mas Fikri, dan Mbak Sherly, telah meluang waktu berbagi kekayaan. Panitia pula, telah menjamin laksana kegiatan.

Consistency is the key.

--

--