Kenapa Belajar Kaligrafi?

Dimas Fakhruddin
Letter Talks
Published in
5 min readJul 19, 2017
brush calligraphy by me (Dimas Fakhruddin)

Lagi-lagi kalimat “kalo kamu udah niat, pasti ada aja kok jalannya”, emang bener. Terbukti lagi di kehidupan saya beberapa hari yang lalu.

Jadi gini, saya sekarang lagi ada di fase nyusun proposal dan konsep buat tesis. Saking hecticnya sampe males mau ngerjain. Namanya juga mahasiswa tingkat akhir. Kalian lo juga gitu pasti. Ya kan? Ya kan? :P Terus, waktu buka yutub dengan alasan ‘ngumpulin mood’, tiba-tiba muncul link video ini di home yutub saya. And it’s like, WOW! Waksi iki! Sebenernya saya terhitung telat nyumet video ini. Tapi gapapa lah, saya soalnya pendukung garis keras peribahasa “lebih baik terlambat daripada tepat waktu tapi gak dapet apa-apa”. Ehe.

Setelah nyumet video ini, saya dapet banyak insight lagi soal kaligrafi yang kebetulan emang jadi topik utama tesis saya. Dan buat kalian yang lagi mencoba mendalami kaligrafi, khususnya kaligrafi barat, video ini harus kalian tonton. Berikut beberapa poin yang saya dapet dari video interview mas Ian sama paklik Paul.

Di awal video, paklik Paul langsung bilang gini,

“…the thing about calligraphy is you need to think about what is your idea of calligraphy. Because what you might think calligraphy is, might not be what calligraphy actually is.”

Paklik juga menambahkan kalo kaligrafi itu bukan cuma tentang menulis indah, tapi kaligrafi-khususnya kaligrafi barat-itu tentang sebuah tradisi yang berumur 2500th lebih. Dan setiap serratus tahun, setiap era, akan menghasilkan gaya tulisannya sendiri. Abad ke-8 dengan Carolingian script. Era Medieval dengan black letter. Era Renaissance dengan gaya italic. Munculnya copperplate di abad ke-16. Semua itu ada sejarahnya masing-masing tentang kenapa bisa muncul gaya tulisan seperti itu.

“knowing what you’re going to do is important”

Penting banget. Soalnya gini, banyak temen-temen yang mulai belajar kaligrafi Cuma karena sekarang lagi ngetren. Efeknya, banyak yang belajarnya gak maksimal, banyak yang kurang peduli sama proses mendalami basic di awal-awal. Efeknya, hasil karyanya gak bisa maksimal, atau di tengah jalan tiba-tiba males ngelanjutin lagi, pindah haluan lagi. Ibaratnya, yang dipelajari itu hanya di permukaannya aja. Tapi sebenernya kalo mau lihat lebih dalam, kaligrafi itu dualeeeemm bwangeeet. Itulah kenapa kamu perlu menentukan dulu model script atau model tulisan apa yang mau kamu pelajari pertama kali.

Apa mau belajar traditional calligraphy atau modern calligraphy dulu?

Katakanlah kamu pingin belajar brush calligraphy, nah itu termasuk dalam modern calligraphy. Kalo brush calligraphy, harus paham juga tipe brush seperti apa yang mau pertama kali dicoba, yang ujungnya filament atau spongy? Kalo mau belajar blackletter, mau belajar yang mana dulu? Fraktur, Rotunda, Schwabacher, Textura? Begitu juga dengan style yang lain. Sampai sedetail itu yang harus kita pahami sebelum mulai belajar.

“find the right script, find the right tools”

Memang, alat-alat kaligrafi di Indonesia belom begitu lengkap seperti yang ada di luar sana. Tapi minimal, kalo mau belajar tentang brush calligraphy, sudah banyak toko-toko online/offline yang jual. Kalo mau belajar blackletter misalnya, karena alatnya (flat pen) mahal, bisa pake dobel pensil dulu. Banyak tutorialnya di yutub kalo mau nyari. Tapi tools itu emang penting banget buat kaligrafi. Karena berbeda alat yang dipake, beda juga hasil akhirnya. Tinggal gimana tujuan belajar kaligrafi yang akhirnya menentukan seberapa besar niat kita mendalami hal ini. Kayak yang Paklik bilang diawal tadi.

Karena gini, misal kamu gak suka salah satu jenis tulisan, gak suka blackletter misalnya, mungkin itu karena kamu gak tahu tentang sejarahnya gimana. Menurut Surianto Rustan (2011) gaya blackletter awalnya muncul untuk menghemat media/kertas yang digunakan pada waktu itu, makanya bentuk tulisannya berdempetan dengan kontras yang kuat antara tebal dan tipisnya. Karena berdempetan itulah hasilnya terlihat gelap, berat dan hitam. Disitu awalnya kenapa disebut blackletter. Di dalam blackletter pun, masih banyak lagi turunannya. Semacam gaya textura, rotunda, fraktur, dan itu semua muncul di tahun yang berbeda-beda dan dengan sejarah tersendiri.

Style script sebenarnya berubah setiap 20–25 tahun. Hal ini muncul karena memang banyaknya master penmanship, istilah untuk seseorang yang telah menguasai teknik menulis, dan mereka pada akhirnya mengembangkan teknik penulisannya sendiri. Bisa kita lihat ke style copperplate. Banyak master yang mengembangkan gaya penulisannya hingga akhirnya diadopsi orang banyak. *saya kurang tahu siapa aja namanya, hehe*

“knowing what you’re doing really helps you to work on you’re doing.”

Sekali lagi, hal ini yang sering dikatakan berulang-ulang sama Paklik Paul dan Om Ian. Karena memang realitanya sekarang kayak gitu. Banyak yang karena awalnya hanya mengikuti tren, akhirnya berakhir sebelum dia bener-bener bisa dan menguasai salah satu style. Kalo semisal kamu sudah tau kamu mau belajar kaligrafi ini untuk apa dan tujuannya apa, kamu pasti investing your love into the work, kamu bakal total menikmati setiap prosesnya, menikmati setiap pekerjaanmu.

Kemarin ada yang tanya ke saya, kalo mau nulis pake brush itu enaknya nulisnya cepet atau lambat? Saya jawab untuk pertama kali, nuliso pelan-pelan, nikmati dan pahami setiap tarikan garis yang kamu buat. Karena inti dari brush calligraphy dan juga style lainnya adalah gimana caranya mengontrol brush atau nib yang kamu pake. “Calligraphy is about writing slowly”, kata Paklik Paul. Saya mengamini itu.

Kaligrafi bukan hanya sekedar tentang menulis indah, tapi lebih dari itu. Kaligrafi itu tentang menghargai sejarah, tentang kesabaran dan totalitas dalam berkarya. Jadi kalo sekarang kamu lagi stuck atau bingung kok saya ngene-ngene ae ya, kok saya gak berkembang ya. Mungkin sekarang waktunya kamu cari tahu kamu sebenernya mempelajari kaligrafi itu untuk apa. Juga coba mulai nyumet video-video interview senior-senior kaligrafer buat dapet semangat baru lagi.

Yang paling penting, cari informasi tentang kaligrafi yang bener-bener akurat. Kalo cari tutorial, cari tutorial yang bener-bener sesuai dengan rootsnya, sesuai dengan seharusnya. Jangan cari yang abal-abal. Cari bukunya, atau tanya ke temen yang emang udah bener-bener jago dan udah duluan terjun di bidang kaligrafi. Karena, sekali lagi kata Paklik di interview ini,

“a lot of information out there and not all of it is good information”

Segitu dulu yang bisa saya ceritakan tentang video interview ini. Semoga bisa membantu ya rek. Tapi sekali lagi, jangan 100% percaya tulisan saya, saya gak menjamin itu benar atau salah. Semuanya murni pendapat pribadi saya. Syikat!

— — —

Video interview Om Ian Barnard dan Paklik Paul Antonio Scribe : [LINK]
Instagram Ian Barnard : @ianbarnard
Instagram Paul Antonio Scribe : @pascribe

--

--

Dimas Fakhruddin
Letter Talks

I share stories through letters. A Lettering Artist and graphic designer | IG : @dimazfakhr_