Product Management 101: Lean Product Process Continued

Target Pelanggan telah ditentukan. Lalu, tahapan apa yang selanjutnya perlu dilakukan dalam Lean Product Process?

Ria Khairunnisa
Life at Mekari
5 min readFeb 11, 2020

--

Image source: Photo by Sebastian Herrmann on Unsplash

2. Mengidentifikasi underserved customer needs

Setelah sudah menentukan siapa target pelanggan yang dituju, langkah selanjutnya adalah mengetahui underserved customers needs atau kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi. Untuk melakukannya, hal-hal berikut bisa digunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan. Selain itu, contoh dari salah satu produk Mekari, yaitu Jurnal, akan digunakan.

  1. What problem are we solving?

Identifikasi dan perjelas masalah apa yang dialami oleh pelanggan. Contoh dari yang ditemukan untuk produk Jurnal:

2. Define the need for the problem to be solved

Dari permasalahan yang ditemukan, rincilah kebutuhan-kebutuhan apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan diatas. Contoh:

3. Define who is currently solving the problem

Dari masalah pelanggan tersebut, siapa yang menyelesaikan masalahnya saat ini. Bisa jadi kompetitor dari produk atau solusi yang digunakan pelanggan saat ini. Contoh:

4. Define the satisfaction and importance of the need against current solutions

Bagaimana kepuasan pelanggan terhadap solusi yang sudah dijalankan atau ada? Apakah ada gap diantara keduanya? Lalu, mencari tahu apakah kebutuhan yang sudah dirinci sebelumnya benar-benar penting bagi pengguna atau tidak. Kuesioner dibawah dapat membantu untuk menemukan seberapa besar kepuasan dan kepentingan dari tiap-tiap kebutuhan. Hasil dari kuesioner tersebut juga akan membantu dalam proses mapping selanjutnya.

Setelah mendapatkan hasil dari kuesioner mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut, selanjutnya masukkan hasil tersebut ke dalam Importance VS Satisfcation Framework untuk melakukan mapping.

Melakukan mapping terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut akan membantu dalam menentukan kebutuhan apa yang perlu diprioritaskan dan dibuat menjadi bagian dari produk yang sedang dikembangkan. Dari mapping itu, dapat terlihat 3 jenis kebutuhan yang bisa ditemukan:

  • Opportunity: Kebutuhan-kebutuhan yang menurut pelanggan penting, namun kepuasan pelanggan terhadap solusi yang sudah ada dalam memenuhi kebutuhan tersebut rendah. Kebutuhan di kategori ini menjadi prioritas untuk dimasukkan ke dalam produk agar kesempatan untuk mengembangkan produk yang sukses semakin besar.
  • Competitive: Kebutuhan-kebutuhan yang menurut pelanggan penting dimiliki dan pelanggan puas dengan solusi yang sudah ada. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tentu masih bisa dipertimbangkan untuk digunakan di produk yang dibuat, namun akan lebih sulit untuk dijalankan karena tingginya kompetitor dari produk yang dibuat.
  • Not worth going after: Kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting bagi pelanggan. Kebutuhan-kebutuhan di kategori ini lebih baik dihirauhkan karena tidak sesuai dengan apa yang pelanggan cari dari sebuah produk.

3. Mendefinisikan value proposition

Value Proposition dilakukan untuk membuat produk yang dibuat menjadi lebih baik dibandingkan alternatif yang sudah ada. Melakukan VP penting dilakukan agar bisa ditemukan hal apa yang perlu di fokus-kan dan menjadi prioritas dalam produk yang dibuat.

Untuk mendefinisikan value proposition, dapat dilakukan menggunakan beberapa cara:

a. Value Proposition Canvas

b. Kano Model

c. SWOT Analysis

4. Menentukan set fitur Minimum Viable Product (MVP)

Setelah melakukan value proposition, langkah selanjutnya adalah menentukan fungsi-fungsi apa saja yang termasuk dalam Minimum Viable Product (MVP).

Ilustrasi mengenai apa yang dimaksud dengan Minimum Viable Product.

Minimum viable product dilakukan untuk membantu kita dalam membuat produk dengan fitur-fitur yang memang diperlukan saja dan sudah cukup untuk memberikan value bagi target pelanggan. MVP juga dilakukan agar target pelanggan bisa memvalidasi fitur-fitur yang akan dimasukkan apakah sudah tepat atau tidak. Hal yang perlu ditemukan pada tahap ini adalah fitur apa yang bisa menyampaikan nilai tertinggi kepada target pelanggan, namun dapat dilakukan dengan usaha seminim mungkin. Sehingga, kita tahu fitur-fitur apa yang perlu dikerjakan terlebih dahulu. Berikut adalah tambahan mengenai apa yang perlu diperhatikan saat mengidentifikasi MVP:

  • Fokus dalam menyampaikan nilai penting kepada target pelanggan
  • Fokus pada Return on Investment, sehingga cost yang dikeluarkan bisa didapatkan kembali.
  • Kerjakan yang prioritas dahulu.
  • Fitur tak hanya bersifat fungsional, tapi juga delightful bagi target pelanggan.

5. Membuat prototipe MVP

Prototipe merupakan versi sederhana dari produkmu. Pembuatan protoripe akan membantu kita untuk menguji ide dan desain dari produk kita dahulu, sebelum mengeluarkan biaya dan waktu untuk mengembangkan produk aslinya. Membuat prototipe akan membantu kita untuk:

  • Mendapatkan insight langsung dari bagaimana user akan berinteraksi dan bereaksi terhadap produk.
  • Mengidentifikasi masalah usability atau desain sebelum membuat produk asli dari feedback user terhadap prototipe produk.
  • Membuat keputusan tentang fitur dan desain lebih baik berdasarkan pengalaman user.
Paper prototyping merupakan tipe prototipe yang mudah dan sederhana untuk dilakukan.

Pembuatan prototipe dapat dilakukan dalam berbagai cara. Namun, salah satu prototipe paling sederhana dan mudah adalah menggunakan paper prototyping, yaitu dengan menggambarkan fitur-fitur dan desain di atas kertas.

6. Menguji coba dan memvalidiasi MVP ke pelanggan

Langkah selanjutnya adalah melakukan validasi MVP kepada target pelanggan. Yang perlu ditemukan di tahap ini adalah apakah pengguna akan bisa menggunakan produk kita, antara lain kita melakukan usability testing.

Selain itu, penggunaan 5Es berikut akan membantu dalam melakukan validasi MVP kepada target pelanggan:

  1. Effective: Apakah produk berfungsi dengan baik? Tanyakan pertanyaan untuk menggali fungsionalitas dari produk.
  2. Efisien: Seberapa cepat user dapat menggunakan produk? Apakah produk sesuai dengan ekspektasi mereka?
  3. Engaging: Seberapa menarik produk itu menurut user, baik secara visual, desain, dan lain-lainnya?
  4. Error Tolerant: Apakah user berinteraksi dengan produk sesuai dengan ekspektasi? Atau terdapat beberapa eror yang ditemukan?
  5. Easy to learn: Apakah user mudah untuk memprediksi bagaimana penggunaan produk tersebut?

--

--

Ria Khairunnisa
Life at Mekari

Putting unspoken thoughts into words. A mental health advocate.