Menangkis Kabut di Igirmranak

Catatan Perjalanan ke Desa-desa di Wonosobo

Shirvano Consulting
Life at Shirvano
2 min readMar 28, 2019

--

Ditulis oleh Rizkiana Sidqi

Pada hari minggu yang lalu (24/03), beberapa perwakilan dari Shirvano Consulting (Erik Erfajar, Fadhila, Dwiani, dan Afna) berkesempatan untuk mengunjungi salah satu desa di Wonosobo, Desa Igirmranak. Berada di ketinggian ±1.800 mdpl membuat desa ini senantiasa diselimuti kabut. Pun saat tim kami kesana, perjalanan diselimuti dingin sejuk udara dingin nan menenteramkan. Bagai permata yang masih belum digali, desa ini menyimpan sejuta atraksi alam dan budaya.

Desa ini terletak di jalur pendakian Gunung Prau yang belum mainstream dilalui oleh para pendaki dibandingkan jalur pendakian lainnya. Puncak Bukit Roto Dowo, adalah salah satu atraksi alam yang hanya bisa dinikmati jika kita melewati jalur tersebut.

Belum cukup di sana, desa ini juga memiliki budaya permakultur yang sedang dikembangkan. Selain itu, desa ini juga akan mengembangkan Rumah Dieng sebagai bentuk pelestarian budaya Dieng dan Rumah Kentang sebagai bentuk pengolahan kentang yang menjadi komoditas utama petani di Igirmranak.

Dokumentasi Igirmranak oleh Tikasari Afnani

Selain itu, desa ini juga menyelenggarakan acara tahunan untuk menghormati bumi pertiwi. Bernama Merti Bumi, acara ini selalu menjadi momen bagi warga setempat untuk menciptakan rasa syukur terhadap kekayaan alam yang diberikan oleh Allaah. Selain itu, Merti Bumi juga membentuk kesadaran gotong royong warga melalui kegiatan penyusunan gunungan hasil bumi. Acara yang berlangsung tiap bulan September ini juga menjadi wajah promosi Igirmranak sebagai salah satu desa lestari Wonosobo. Tarian Merti Bumi juga turut meramaikan acara tahunan ini. Hasil kolaborasi antar masyarakat dan maestro seni tari mewujudkan tarian tradisional yang khas dari Desa Igirmranak.

Kesadaran akan inklusivitas juga ditemukan di desa ini. Seperti halnya dalam mempersiapkan pentas Tari Merti Bumi, sang maestro mampu melatih para penari menggunakan bahasa isyarat. Hal ini menunjukkan desa ini bahkan memberikan panggung bagi para difabel untuk menunjukkan bakatnya pada seni tari. Di samping itu, bisnis produksi rumah kentang yang menjadi salah satu produk unggulan di desa ini juga akan mempekerjakan masyarakat yang difabel atau para lansia yang sudah tidak memiliki kekuatan untuk berkebun di ladang.

Segala yang kami temukan di Igirmranak ini hanya segelintir dari potret desa-desa di Indonesia dengan sejuta potensi yang belum dioptimalkan untuk menyejahterakan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Apabila bukan kita, maka siapa yang akan mewujudkan hal tersebut?

--

--