Kenapa bukan untuk saya?

pernah ga merasa hal-hal seperti ini

Sigit Prabowo
Life at Kemang
1 min readMar 7, 2019

--

  • datang ke loket pembayaran tapi pas mau bayar tutup
  • antri atm, pas tepat antriannya, atm kehabisan uang
  • lari-lari dari gate in, pas depan peron stasiun keretanya tutup pintu dan berangkat
  • udah sampe tahap final interview tapi tidak lolos
  • udah masukin wishlist di marketplace, dibeli orang
  • baru selesai memperbaiki issue di github, tapi ditikung pas pull request

itu semua namanya belum rezeki. ya tapi kan (gimana gitu)? coba cek kita pernah ambil semua kebaikan dari kejadian tersebut? atau malah membuat kita terus menerus menggerutu seolah menyalahkan semuanya? memang hal-hal yang kayak gini harus dimulai untuk diterima sebagai sarana meningkatkan skill penerimaan diri. menerima kalau semua skenario itu tidak selalu berjalan sesuai ekspektasi sendiri.

Hidup bersama orang lain, enggak melulu harus saklek sama yang kita inginkan. bisa jadi saat itu kita jadi belajar engga iri, belajar sabar, belajar syukur dan lain-lain.

tulisan ini sangat pendek, kenapa berhubungan sama iri, sabar dan syukur?
coba aja cek aja lagi pas lagi dapet kondisi kayak diatas. kita lebih banyak iri atau lebih banyak menerima? banyak bersyukur atau banyak mengingkari nikmat? ketika hal-hal di atas skenarionya berubah menjadi sesuai ekspektasi kita. apakah kita lebih sering mensyukuri atau diam aja (seolah ini berjalan lancar secara otomatis dan yaudah~)?

mulai aja dulu berucap Alhamdulillah dan Istighfar

Saya berharap tulisan ini akan menjadi pembuka tulisan saya selanjutnya sebagai GENERASI MILENIAL yang sedang belajar hikmah.

Jangan lupa clap, share dan bookmark

--

--