Kenapa enggak kepikiran saat Interview Kerja?

Sigit Prabowo
Life at Kemang
Published in
2 min readAug 17, 2017

Interview bisa dibilang momen yang cukup bikin dagdigdug bagi sebagian orang termasuk saya. beberapa kali saya pernah di-interview dan melakukan interview jaman kuliah dulu. alasan sederhana saya waktu itu ikut-ikut interview organisasi adalah melatih komunikasi verbal saya. kebetulan bicara saya agak cepat, dah gitu aja.

kalau interview organisasi saya cukup hafal, paling tidak kita tahu 3 poin, tentang diri kita, organisasi kita dan komitmen kita, sederhananya sih gitu. saya mencoba menulis ulang pengalaman *untuk kali pertamanya* di-interview untuk bekerja. berikut pertanyaan-nya

“Mata Kuliah yang enggak kamu senengi apa?”

pertanyaan ini sebenernya diawali dari pertanyaan sebelumnya “terakhir, IPK-mu berapa?” untuk menjawab pertanyaan ini bisa jadi kamu sudah ngerti trik untuk menjawabnya. kalau saya sih jawabnya jujur waktu itu karena emang saya ga minat mata kuliah itu

“5 tahun kedepan, kamu mau ngapain?”

terbesit dalam pikiran saya waktu itu tumben banget nih ditanya sampe jauh-jauh. padahal saya ga menampilkan wajah wajah futurist, wajah biasa aja. dalam benak saya, saya bekerja untuk belajar, berbagi dan mencari pengalaman. ke depan inginnya tetap bekerja untuk produk sendiri jawaban spontan saya saat itu. doain ya “saya pengen punya produk sendiri”

“Urutkan skala prioritas ukuran standar bekerja!”

to the point saya jawab lingkungan, ini jawaban pertama yang cukup spontan. beberapa kali saya magang, alhamdulillah lingkungannya bagus dan mendukung. sebenernya kalau dibilang lingkungan ga cuma tentang lokasi kantornya, ga macet, ga crowded, ga terlalu jauh, jam kerja, waktu sholat, teman/partner di divisi, tapi juga soal berkembang. seberapa jauh kita bisa berkembang di tempat itu. paling engga, kita masih bisa melakukan hobi yang syukur-syukur bisa dibayar ya kalau engga sih minimal menyalurkan bakat.

Kedua mudah adaptasi, salah satu ukuran saya bisa bermanfaat/kontribusi adalah ketika saya bisa mudah beradaptasi, menyelesaikan task dan menghasilkan karya. ketiga gaji, ya at least imbalan material juga menjadi standar. ya setidaknya tidak kurang, dan ga bikin kita jadi lupa untuk bersyukur.

itulah pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya gabiasa. biasanya ketika saya dulu di-introgasi dalam sebuah wawancara di kampus, pertanyaan terkait kelebihan kekurang diri itu sering sekali ditanyakan. mungkin ini dianggap sesuatu yang beda saat saya diwawancarai. yaiyalah namanya juga baru masuk dunia kerja. bagi saya senjata ampuh terkait alasan apa yang bisa jadi komitmen kamu untuk bergabung adalah “saya mau belajar dan berbagi”

saya berharap tulisan ini akan menjadi pembuka tulisan saya selanjutnya sebagai GENERASI MILENIAL yang sedang menyambut waktu 4 bulan bekerja

Jangan lupa clap, bookmark and share!

--

--