Semua ada Jatah Waktunya

Kepadatan interaksi kita pada berbagai medium membuat seolah diri kita tak punya celah untuk memilih. Memilih aktivitas atau memilih peran secara sadar.

Noor Hafidz Priatna
danget_on
2 min readNov 9, 2020

--

Tiap detik yang kita lalui seolah mengalir begitu saja tanpa kesempatan diri tuk memilih apa yang perlu dan tidak perlu. Padahal, berbagai dimensi peran punya nilai tanggung jawabnya sendiri-sendiri.

Peran sebagai hamba Allah, peran sebagai anak, peran sebagai, orang tua, peran sebagai anggota masyarakat. Semuanya, seolah menuntut kita pada waktu-waktunya.

Namun, arus lingkungan sekitar pada ruang nyata maupun maya yang begitu deras berpotensi membuat kita terhanyut. Kita menjadi begitu sibuk dalam berbagai kesempatan. Di kantor, di kendaraan, bahkan di rumah.

Bukan salah kita kala kita terpaku pada layar di berbagai kesempatan. Bagaimanapun, ponsel membukakan kita akses pada berbagai bentuk hubungan pada saat itu, di manapun fisik kita berada.

Internet menghubungkan kita dengan sebagian aktivitas harian kita. Namun, sayangnya, kita tak jarang begitu terhanyut sehingga pada beberapa kesempatan, kita mengamini bahwa ponsel dengan internetnya, "mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat."

Waktu kita di rumah, anak, apalagi masih balita menarik-narik atau menyambut penuh keriangan, namun mata kita masih terpaut pada mereka yang jauh di sana. Membuat anak yang sedang menyentuh kita, bergelayut pada celana Ayah sepulang kerja mungkin merasa tak dianggap.

Padahal, kita sedang di rumah.

Waktu kita di rumah, istri yang padanya sudah tertumpuk beribu kata tuk dibagi, tak menemukan muaranya sehingga mungkin tiba-tiba memunggungi Ayah semalam itu.

Padahal, kita sedang di kamar.

Waktu kita bekerja, notifikasi di ponsel tak kuasa kita tolak tuk sekadar sejenak memeriksanya. "Barangkali ada informasi menarik nih," pikir kita. Membuat setumpuk pekerjaan tak terselesaikan karena lima belas menit itu kita sempat "terganggu".

Padahal, kesuksesan masih jauh di atas sana.

Waktu kita bangun tidur, menautkan diri pada Sang Khaliq adalah penguat kesadaran kita. Namun, justru nyala ponsel begitu menggoda.

Padahal, kita baru bangun tidur

Tak masalah dan siapapun tak menyalahkan karena ada konsekuensi tuntutan zaman dan lingkungan. Namun, kita semua seyogyanya menyadari, setiap peran, ada tanggung jawabnya tuk kita penuhi. Semua punya jatah waktunya.

--

--

Noor Hafidz Priatna
danget_on

Konten bisa jadi merupakan link affiliate ke website yang sedang saya bangun, https://danget.online/