Berdamai dengan Sampah Plastik dalam Gaya Hidup Masyarakat Urban

Sudah berapa banyak sampah yang kalian sumbangkan bagi negara tercinta?

Sintya Chalifia Azizah
LindungiHutan
4 min readAug 13, 2020

--

Sampah Plastik yang Banyak Ditemukan © Pexels.com
Sampah Plastik yang Banyak Ditemukan di Lingkungan Sekitar © Pexels.com

Yuk, cek dulu aktivitas keseharian Sobat Alam. Masih mengonsumsi botol minum kemasan? Masih jadi pengabdi sedotan plastik? Masih berbelanja dengan bermodalkan kantong sekali pakai? Hmm,.. sudah berapa kali sih membuka bungkus jajan dan cemilan untuk hari ini?

Wah, apabila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan, pasti sudah terbayangkan berapa banyak sampah plastik yang kalian hasilkan untuk hari ini. Satu orang saja bisa menyumbang begitu banyak sampah plastik bagi lingkungan, apalagi di Indonesia yang jumlah keseluruhan penduduknya mencapai lebih dari 260 juta jiwa.

Hal ini sangat bisa dibuktikan karena berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton setiap tahunnya.

Sampah Plastik yang Dihasilkan dar Konsumsi Sehari-Hari © Pexels.com
Sampah Plastik dari Konsumsi Masyarakat Sehari-Hari © Pexels.com

Memang di jaman yang telah berkembang dengan segala tuntutan hidup di dalamnya, sering kali menghadapkan kita semua pada pilihan-pilihan. Pada umumnya, keputusan yang diambil menandakan hal tersebut lebih efektif dan efisien dibanding yang lainnya.

Alasan ini yang juga sering kali membuat masyarakat terpaku pada konsumsi dan penggunaan barang berbahan plastik. Yaa, karena mudahnya bisa disebut itu lebih praktis. Tinggal beli, buka, nikmati, dan buang. Cukup demikian lalu selesai? Jelas tidak. Budaya seperti inilah yang sejatinya berbahaya bagi lingkungan.

Ibarat kata anak muda, diam-diam tapi nyelekit! Padahal sudah jadi rahasia umum rasanya, bahwa plastik tidak mudah terurai di alam. Butuh waktu hingga puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan tahun. Hal ini dikarenakan plastik memiliki rantai karbon yang panjang hingga mikroorganisme pun sulit mengelolanya.

Tidak mengejutkan kemudian apabila sampah-sampah tersebut terus menumpuk, lalu merusak lingkungan, dan menimbulkan pencemaran. Anehnya meskipun fakta telah berkata demikian, namun susah juga rasanya untuk melepaskan diri dari belenggu budaya perplastikan ini.

Berbagai upaya coba dilakukan baik dari motivasi individu, gerakan pemerhati lingkungan, hingga institusi dan pemerintahan. Sampai-sampai nih, baru-baru ini terdengar kabar bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai memberlakukan pelarangan penggunaan kantong plastik per 1 Juli 2020.

Jangan coba-coba menyepelekan yaa, karena ancaman denda yang diberikan bisa mencapai 25 juta rupiah. Nah loh, salah-salah kalau nekat harga kantong plastik yang tak seberapa harus terbayar dengan menguras tabungan yang sudah lama dikumpulkan.

Gaya Hidup Ramah Lingkungan © Pexels.com

Untuk mengatasi permasalahan ini, kunci utama sebenarnya terletak pada perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia. Dari yang semula antipati menjadi lebih peduli, cinta, dan ramah terhadap sekitarnya.

Nah, ada beberapa langkah yang bisa mulai dilakukan dan dibiasakan sejak Sobat Alam membaca tulisan ini:

· Pertama, membawa bekal dan botol minum sendiri dari rumah. Meskipun terkesan merepotkan, namun hal ini sangat bermanfaat khususnya bagi kesehatan tubuh yang akan senantiasa terjaga.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi peluang dalam membeli makanan maupun snacks yang berbungkus plastik dan juga botol air minum kemasan sekali pakai. Bisa juga sebagai sarana diet loh, untuk mencegah keinginan pribadi yang biasanya khilaf ketika pergi ke warung dan supermarket.

Pun ketika niat hati sangat ingin membeli produk coffee shop tertentu, Sobat Alam dapat memilih menawarkan penggunaan botol tumbler pribadi.

· Kedua, menghindari penggunaan sedotan plastik. Ada banyak jenis sedotan ramah lingkungan lain yang bisa digunakan, dari yang berbahan alami seperti kertas dan bambu, hingga yang tahan lama berbahan silikon maupun baja yang tak berkarat (stainless straw).

Tapi, tapi, jangan khawatir bila Sobat Alam belum memilikinya bisa banget kok bilang ke penjual atau pelayan ketika hendak membeli minuman, “Nggak usah pakai sedotan yaa!” dan minum langsung dari gelasnya.

· Ketiga, sejalan dengan aturan Pemprov DKI Jakarta, jangan menerima tawaran menggunakan kantong plastik ketika berbelanja. Selalu sediakan tas versi kalian sendiri yang tahan lama dan bisa digunakan berulang kali. Sekarang banyak aneka warna dan motif tas kain yang bisa dimanfaatkan.

· Keempat, erat kaitannya dengan aktivitas belanja online. Apalagi di masa pandemi seperti ini, dengan mobilitas yang serba terbatas rasanya mata lebih termanjakan ketika menengok barang-barang di marketplace.

Bisa banget loh untung mengurangi penggunaan plastik sebagai pembungkus pengiriman barang dan beralih pada bahan yang lebih mudah diurai seperti kardus. Sama halnya ketika melakukan pemesanan makanan secara online, sekarang terdapat menu tambahan yang disediakan bila pembeli menolak menggunakan sendok dan garpu plastik yang disediakan restoran atau rumah makan.

· Kelima, tanamkan untuk selalu berpikir ulang setiap hendak mengkonsumsi sesuatu. Pstt, daripada menyalurkan uang untuk kesenangan dan hawa nafsu yang berdampak negatif bagi lingkungan, bisa banget loh memilih berkontribusi untuk bumi. Salah satu caranya bisa melalui platform kampanye lingkungan secara digital yang dengan mudah diakses kapan dan dimana saja.

Tentunya tidak ada pembiasaan yang bersifat instan, terlebih untuk menjadikannya sebagai sebuah gaya hidup. Namun bukan berarti seseorang terus terlibat melanggengkan budaya yang justru merugikan. Detik ini, kita dapat memulainya. Demi bumi dan peradaban yang ada di masa mendatang. Salam lestari!

Penulis: Sintya Chalifia Azizah

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Yuk pelihara lingkunganmu dengan ikut menyuarakan kampanye alam yang ada di sekitar lingkunganmu dengan klik tautan berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam!

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

--

--

Sintya Chalifia Azizah
LindungiHutan

A human being | Menulis merendahkan hati agar tidak bengis, menyisakan kebenaran entah dengan menangis atau meringis dan secercah wujud kepedulian yang empiris