Hiatus Mitigasi Sampah Plastik saat Pandemi

Apakah pandemi mengurangi kebiasaan pemakaian plastik sekali pakai? Atau malah menumbuhkan kebiasaan tersebut?

Abiyyi Yahya Hakim
LindungiHutan
5 min readJul 28, 2020

--

Kantong Kresek — European Parliament, Flickr.com

Plastik dan sampahnya telah umum dianggap sebagai masalah bagi lingkungan. Segala penggunaan barang dan perkakas yang berbahan plastik saat ini berusaha dikurangi dalam beberapa sektor, demi menjadikan suatu aktivitas atau kegiatan lebih ramah lingkungan.

Sejak ditemukan pada abad ke-19 dan kemudian mulai banyak digunakan sejak PD II, plastik menjadi populer dan seakan mengubah manusia. Bahan yang elastis dan antibasah membuat plastik cocok digunakan untuk banyak hal karena sangat memudahkan. Jadi, adanya plastik menjadi bagian dari alat tujuan Revolusi Industri: meningkatkan efisiensi.

Namun ternyata plastik yang mengubah manusia ini membuat manusia terlena. Senada dengan banyak temuan Revolusi Industri yang menghasilkan percepatan emisi gas buang, plastik yang kemudian berakhir di tempat pembuangan (sampah), memperlihatkan wajah plastik tersebut, yaitu sulit terurai. Ditambah, kebanyakan plastik digunakan manusia hanya sekali, lalu dibuang, menambah jumlah sampah plastik. Dengan manajemen sampah yang kurang baik, kebanyakan sampah plastik dunia berakhir di lautan.

Plastik saat Pandemi

Ilustrasi Plastik Sekali Pakai — unep.org

Dunia bukan sedang baik-baik saja ketika penyakit akibat virus Corona ini merebak dan menjadi pandemi. Krisis iklim makin parah dan makin banyak menampakkan dampaknya, dengan terjadinya anomali iklim hingga bencana di berbagai wilayah dunia. Daruratnya iklim dunia sampai membuat UN Environment Programme menyarankan istilah climate emergency dibandingkan climate change.

Namun hiatusnya aktivitas manusia karena physical distancing sempat membuat beberapa keadaan lingkungan lebih baik, seperti polusi udara dari kendaraan yang berkurang, membuat emisi cukup berkurang, dan udara terlihat lebih bersih. Beberapa sungai di Italia juga terlihat lebih bersih saat penerapan lockdown, juga udara di India. Situasi ini sempat mendapat perhatian masyarakat dunia. Walaupun pada akhirnya, menurut ilmuwan maupun masyarakat umum, keadaan akan kembali lagi begitu manusia keluar dan kembali beraktivitas.

Namun hal tersebut tidak terjadi pada permasalahan sampah plastik. Pada masyarakat yang sedang menuju kebiasaan dan budaya bebas plastik (sekali pakai) ini, mendadak ditakutkan oleh virus jika memakai barang pakai ulang, sehingga dalam beberapa aktivitas, penggunaan barang berbahan plastik kembali digunakan. Bahkan, tujuannya memang untuk dipakai sekali, karena untuk mencegah penyebaran virus.

Seperti laporan Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta pada pertengahan Juni 2020, setelah Jakarta melewati tiga periode saat pandemi (imbauan physical distancing pra-PSBB, masa PSBB, masa PSBB transisi), tren jumlah sampah yang tertimbun mengalami penurunan, dari 9.300 ton ke 6.300 ton. Namun yang menarik, komposisi sampah plastik justru meningkat.

Banyak hal bisa menjadi faktor, akibat masyarakat yang berdiam di rumah saja. Selain ketakutan adanya virus jika memakai barang pakai ulang, tren belanja dalam jaringan (daring) di wadah e-commerce juga memengaruhi kenaikan penggunaan maupun produksi sampah plastik di masyarakat. Seperti data dari Pusat Penelitian Oseanografi saat melakukan penelitian tentang pengaruh PSBB di Jabodetabek, didapatkan kenaikan kebiasaan belanja daring, dan 96% barang belanjaan tersebut dikirim dengan disertai plastik dan bubble wrap.

Mengenai tren penggunaan plastik dan sampahnya yang meningkat ini, wakil dari Ocean Conservancy, Doug Cress, mengatakan dunia telah mengalami krisis sampah plastik sebelum pandemi, dan kemudian ditambah dengan keadaan pandemi ini. Masker dan sarung tangan medis juga merupakan yang mendapat sorotan. Namun Doug Cress melanjutkan, ia memahami fenomena ini dan menyebutnya ‘pembatalan secara drastis usaha menurunkan sampah plastik’.

Usaha Mengembalikan Kesadaran

Juli merupakan bulan penuh momentum tentang plastik, yang mungkin menjadi salah satu faktor sedang banyaknya pembicaraan mengenai sampah plastik belakangan ini. Setelah di awal bulan diperingati International Plastic Bag Free Day (3 Juli), bulan Juli juga merupakan berlangsungnya kampanye #PlasticFreeJuly, sebuah kampanye gerakan global yang telah diinisiasi sejak 2011 oleh komunitas di Australia Barat.

Momentum yang juga mendapat sorotan adalah berlakunya peraturan penggunaan kantong belanja ramah lingkungan di wilayah DKI Jakarta. Pergub №142 Tahun 2019 itu telah berlaku sejak akhir 2019, dan tidak ada sangkut pautnya dengan pandemi yang muncul kemudian. Sebagai aturan maupun sebagai upaya yang telah lama diperjuangkan, berlakunya aturan ini menjadi momentum untuk mengurangi sampah plastik di Jakarta, setidaknya dalam sektor kantong belanja plastik.

Kantong belanja plastik tentu bukan keseluruhan masalah sampah plastik. Tidak menutup mata adanya tren minuman kekinian yang menghasilkan banyak sampah gelas plastik, juga kemasan sachet plastik yang juga masih menempati salah satu porsi terbesar dalam sampah plastik (PPO LIPI, 2019). Sektor penyumbang lainnya juga signifikan, dan oleh karena itu penyelesaian masalah sampah plastik harus menyeluruh.

Sebuah aksi besar yang dimulai tahun lalu, Pawai Bebas Plastik, juga kembali dilaksanakan tahun ini secara daring. Dengan tuntutan yang masih sama, yaitu mendorong pemerintah menetapkan regulasi penggunaan plastik, memperbaiki sistem Kelola sampah, dan tanggung jawab produsen serta pelaku usaha atas sampahnya; aksi ini dasarnya mengharapkan aktivitas berkelanjutan (sustainable) pada setiap kegiatan masyarakat.

Karena sampah plastik telah terbukti menimbulkan kerugian bagi lingkungan, karena sampah plastik ketika sampai di laut dapat menjerat banyak biota, maka upaya mengendalikan penggunaan plastik oleh manusia adalah mitigasi. Mungkin selama pandemi sempat hiatus, karena berbagai ketakutan virus, namun untuk kehidupan yang berkelanjutan, upaya yang telah diperjuangkan sejak lama harus terus berjalan.

Penulis : Abiyyi Yahya Hakim

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Yuk pelihara lingkunganmu dengan ikut menyuarakan kampanye alam yang ada di sekitar lingkunganmu dengan klik tautan berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam!

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Referensi Tulisan

“Covid-19: saat miliaran masker dan sarung tangan sekali pakai berakhir di laut”. Bbc.com/Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/media-53335064, diakses 18 Juli 2020

“Dilema Pemakaian Kantong Plastik” kompas.id. https://kompas.id/baca/metro/2020/07/02/dilema-pemakaian-kantong-plastik-dan-rasa-aman-saat-pandemi/, diakses 17 Juli 2020

“Sampah Plastik di DKI Jakarta Meningkat saat Pandemi Corona”. Liputan6.com. https://www.liputan6.com/news/read/4283340/sampah-plastik-di-dki-jakarta-meningkat-saat-pandemi-corona, diakses 17 Juli 2020

“Tingkat Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia Hanya 9 Persen” tekno.tempo.co. https://tekno.tempo.co/read/1200615/tingkat-daur-ulang-sampah-plastik-di-indonesia-hanya-9-persen/full&view=ok, diakses 17 Juli 2020

United Nations Environment Progamme. 2018. Single-Use Plastics: A Roadmap for Sustainability.

--

--

Abiyyi Yahya Hakim
LindungiHutan

membaca untuk menulis, mendapatkan untuk berbagi, merasakan untuk menceritakan kembali