Konservasi Alam: Merawat Peradaban?

Abiyyi Yahya Hakim
LindungiHutan
Published in
4 min readJan 12, 2021

Dalam setahun berbagai peringatan hari besar bertebaran. Tidak terkecuali dalam isu lingkungan, peringatan demi peringatan kita lewati tiap waktunya, dengan tiap concern-nya, latar belakang, hingga tujuan peringatannya. Pada Agustus ini kita telah sampai lagi pada peringatan kelingkungan lainnya, yaitu Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN). HKAN merupakan peringatan nasional mengenai konservasi alam, yang telah ditetapkan sejak 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebelas tahun HKAN ditetapkan, bukan perjalanan yang pendek untuk kita cukup bisa merefleksikan tujuan HKAN, walaupun belum seperti peringatan kelingkungan tingkat dunia yang telah multi-dekade. Hari Bumi (Earth Day) telah berusia 50 tahun, awalnya merupakan aksi massal menuntut kepedulian terhadap lingkungan di AS. Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) ditetapkan sejak 1972, dua tahun setelah Hari Bumi, seiring dengan dimulainya Stockholm Conference.

HKAN ditetapkan oleh Presiden S.B. Yudhoyono pada 2009, dengan salah satu poinnya adalah menjadikan konservasi alam sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Dan ide penetapan HKAN ini berasal dari ide kristalisasi beberapa peringatan hari besar kelingkungan, yang kemudian diinduksi menjadi konsep bertajuk ‘konservasi alam’. Kesadaran mengenai pentingnya konservasi atau penjagaan terhadap alam dibangun ketika itu.

Tentang Manusia dan Alam

Konservasi alam merupakan bahasan yang luas. Jika kita memaknai penjelasan dari KBBI, konservasi adalah pemeliharaan atau perlindungan. Maka konservasi alam sesederhana pemeliharaan atau perlindungan. Pada manusia yang katanya semakin merusak alam ini, butuh melakukan suatu usaha perlindungan kepada alam. Dan ternyata banyak yang harus dipelihara dan dilindungi, karena kaitan manusia dan alam menyangkut semua aspek kehidupan.

Tentang manusia, karena sudah menjadi common sense bahwa peradaban manusia berpengaruh besar terhadap keadaan alam hari ini. Di satu sisi kita manusia pasti bergantung pada alam, langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi kebutuhan. Namun fakta hari ini menyatakan bahwa alam semakin rusak akibat aktivitas manusia. Karena tentu manusia masih akan hidup hingga masa depan, pemeliharaan alam merupakan keniscayaan yang harus dijalankan, seiring dengan pemenuhan kebutuhan untuk peradaban manusia.

Tentang alam, karena pada ekosistem dunia ini, semua merupakan bagian dari alam. Tidak terkecuali manusia, yang jika kita mengesampingkan ego antroposentrisme, hanya merupakan salah satu bagian integral dari ekosistem. Oleh karena sebagai anggota ekosistem sejatinya mendukung keberlangsungan ekosistem tersebut, manusia harus memikirkan makhluk hidup dan unsur alam lain dalam menjalankan kehidupannya. Sehingga core (inti) dari konservasi alam tetaplah menjaga alam itu sendiri.

Maka tentang manusia dan alam, adalah suatu timbal balik. Dan timbal balik tersebut bisa sangat dirasakan jika keduanya bertemu langsung. Masyarakat adat telah terbiasa dengan hal ini. Namun pada kehidupan modern yang semakin bergerak ke arah kota, terdapat kecenderungan masyarakat kota terpisah dari alam. Hal ini disebabkan salah satunya karena perencanaan tata kota yang belum memperhatikan keselarasan dengan alam.

Kemudian, biasanya peringatan besar HKAN ditandai dengan diadakannya Jambore Konservasi Alam Nasional, setidaknya sejak 2016. Ketika itu dilaksanakan di Taman Nasional Bali Barat, JKAN kemudian selalu diselenggarakan di wadah konservasi alam. Hal ini bisa dikatakan bertujuan untuk mendekatkan manusia dengan alam, agar merasakan hidup bersama alam, tidak hanya masyarakat adat.

Nagara Rimba Nusa

Tema HKAN kali ini yang bertajuk “Nagara Rimba Nusa” ini membuatnya menarik, karena tajuk ini adalah judul konsep ibu kota negara (IKN) baru yang kabarnya akan dibangun di sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, sejak akhir 2019. Hanya saja, dikarenakan pandemi Covid-19 menyerang, pembangunan IKN dikabarkan dihentikan sejenak.

Rencana pembangunan ibu kota negara (IKN) baru menuai pro dan kontra yang tidak kecil, namun cukup seimbang. Diskursus IKN berada di antara kesempatan untuk membangun kota ideal, dan permasalahan urgensi serta kemungkinan masalah baru. Indonesia baru pertama kali memiliki rencana pembangunan kota baru dari nol yang sebesar ini, dan dengan gagasan konsep yang ada, dengan memperhatikan alam dan budaya Kalimantan setempat, keselarasan dengan lingkungan merupakan keniscayaan.

Sedangkan pihak kontra mempertimbangkan urgensi pemindahan ibu kota, di tengah masih banyaknya permasalahan yang patut diselesaikan oleh pemerintah. Kemudian, sekalipun konsep yang ditawarkan begitu meyakinkan, implementasinya masih menjadi tanda tanya yang tidak menutup kemungkinan malah akan memunculkan masalah baru, bagi lingkungan maupun sosial dan ekonomi masyarakatnya.

Lalu bagaimana relevansi Nagara Rimba Nusa dalam konteks konservasi alam saat ini? Ketua tim desain Nagara Rimba Nusa pernah mencitrakan, konsep yang tertuang dalam desainnya sangat menggambarkan kebutuhan akan kesadaran kolektif saat ini, yaitu dalam negara Indonesia tentu semua tinggal di nusa (pulau). Kemudian, rimba (hutan) juga dimiliki dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sehingga seharusnya tiap warga Indonesia memiliki kesadaran terhadap pentingnya hutan.

Pandemi Covid-19 sepertinya memberi kesempatan semua pihak untuk memikirkan kembali, dengan menahan pembangunan IKN baru. Namun pada gagasan dan makna, Nagara Rimba Nusa (dengan tidak mengesampingkan desain lainnya yang juga idealis) mungkin jika tidak harus menjadi konsep IKN, dapat menjadi pedoman menciptakan keselarasan manusia dan alam pada kota-kota di Indonesia, di mana selain ada peradaban yang harus dirawat ada alam yang harus dijaga.

Dan pada akhirnya tiap peringatan beserta temanya ialah sekadar pengingat dan penyadar, bahwa kita harus memahami pentingnya hal peringatan tersebut. Kalimat lanjutan tema HKAN: “Merawat Peradaban, Menjaga Alam”. Dengan mengangkat tema yang kontekstual tiap waktunya, momentum menjadi senantiasa relevan. Dalam hal ini, Nagara Rimba Nusa merefleksikan keselarasan yang harus dibangun negara. Pada upaya konservasi, dengan memahami pentingnya rimba dalam kebersamaan nusa.

Pada nilai-nilai universal yang harus dimaknai dalam tiap usaha atau segmen konservasi alam, Nagara Rimba Nusa, sebagai konsep IKN maupun tema HKAN menawarkan keselarasan, antara menjaga kelanjutan peradaban manusia dan terjaganya alam.

Kata kunci: Hari Konservasi Alam Nasional, konservasi alam, Nagara Rimba Nusa

Sumber Gambar

https://www.menlhk.go.id/

Referensi

“11 Tahun Hari Konservasi Alam Nasional”. Tagar.id. https://www.tagar.id/11-tahun-hari-konservasi-alam-nasional, diakses 12 Agustus 2020

“Hari Konservasi Alam Nasional Diusulkan Jadi Hari Besar Nasional”. Kompas.com. https://nasional.kompas.com/read/2008/11/05/13134951/hari.konservasi.alam.nasional.diusulkan.jadi.hari.besar.nasional, diakses pada 10 Agustus 2020.

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2009. Hari Konservasi Alam Nasional. 10 Agustus 2009.

Abiyyi Yahya Hakim, @abiyyi_yh (Instagram), abiyyiyh.blogspot.com (Blogspot)

--

--

Abiyyi Yahya Hakim
LindungiHutan

membaca untuk menulis, mendapatkan untuk berbagi, merasakan untuk menceritakan kembali