Mengakhiri 2020 Dengan Berkontribusi Pada Alam

COVID-19 adalah sesuatu yang berada di luar kendali kita, tapi kita selalu memiliki kendali atas pilihan untuk bisa mengakhiri tahun 2020 dengan baik atau tidak.

Fiona Evangeline
LindungiHutan
5 min readJan 12, 2021

--

Tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah bagi kebanyakan orang. Ketika pandemi COVID-19 pertama kali melanda Indonesia pada bulan Maret, semua orang terpaksa menghentikan atau membatalkan kegiatan mereka untuk sepanjang tahun. Pemerintah pun mengadakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mengurangi resiko penularan virus tersebut.

Pelaksanaan PSBB membuat orang-orang harus melaksanakan sebagian besar kegiatan mereka seperti bekerja dan sekolah dari rumah secara daring, tapi tidak semua orang betah apabila diminta untuk berbulan-bulan melaksanakan aktivitas mereka dari rumah. Mereka perlu beradaptasi dengan berbagai kebiasaan baru dan hal ini memiliki potensi buruk bagi kualitas kesehatan mental, seperti rasa kesepian akibat mengisolasi diri, burnout, depresi, dan rasa cemas yang berlebih. Menurut sebuah studi baru oleh Morbidity and Mortality Weekly Report menunjukkan bahwa gejala depresi 4 kali lebih tinggi dan gangguan kecemasan 3 kali lebih tinggi pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019.

Naura Ambareswari sendiri merasa bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang membuat banyak orang merasa tidak berdaya dan tidak bahagia. Mahasiswi jurusan Psikologi di University of British Columbia ini mengatakan bahwa teman-temannya kerap kali bercerita tentang bagaimana kesehatan mental mereka menurun selama pandemi COVID-19 berlangsung. Walau begitu, Naura tetap ingin mengakhiri tahun 2020 secara positif. Oleh karena itu, ia membuat kampanye “Let’s End 2020 with Trees” di LindungHutan sebagai bentuk kontribusi positif bagi diri sendiri dan alam.

Awal Mula Kampanye “Let’s End 2020 with Trees

Banner Kampanye Alam “Let’s End 2020 with Trees!”

Naura pertama kali terinspirasi untuk melakukan kampanye ini setelah mendengar cerita teman-temannya mengenai bagaimana mereka merasa tidak berdaya dan tidak bahagia akibat berbagai perubahan yang harus mereka lalui selama pandemi COVID-19.

Setelah mendengar berbagai kisah dengan sudut pandang negatif mengenai tahun 2020, Naura memutuskan bahwa ia tidak ingin mengakhiri tahun 2020 dengan sudut pandang serupa. Sebagai aktivis dan pecinta lingkungan, ia memutuskan untuk memulai sebuah kampanye di LindungiHutan.

“Pada kampanye ini, orang-orang bisa memilih untuk berdonasi atau gabung aksi sebagai relawan untuk menanam pohon di lokasi,” ujarnya. Naura berharap, melalui kampanye ini, donatur dan relawan dapat mengakhiri 2020 dengan perasaan positif karena telah berkontribusi bagi alam.

Naura memilih Desa Bojong di kota Garut sebagai lokasi penanaman kampanyenya. ia mengungkapkan bahwa ada sebuah alasan personal dibalik pemilihan Garut sebagai lokasi penanaman untuk kampanyenya. “Keluarga nenek dan kakek aku tinggal di Garut, sehingga aku ingin bisa berkontribusi bagi alam di kampung halaman aku,” ungkapnya. Walau begitu, keberadaan keluarga tidak menjadi satu-satunya alasan mengapa Naura ingin berkontribusi bagi alam di kota tersebut.

Di Garut, ada banyak lahan “tidur” yang selama ini tidak produktif dan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertani pada saat musim hujan. Menurut Naura, langkah paling cermat untuk mengatasi permasalahan ini adalah menggunakan lahan-lahan tersebut secara efektif sehingga meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat Garut.

Dengan bantuan dari LindungiHutan, Naura memutuskan untuk menanam pohon alpukat pada lahan tidur di kawasan Desa Bojong. Proses pembibitan hingga masa panen pohon alpukat tidak membutuhkan waktu lama, sehingga cocok untuk mencegah pertumbuhan gulma di lahan tidur dengan cepat. Terlebih, pohon alpukat cocok untuk ditanam di lahan tidur Garut yang kekurangan pasokan air karena pohon alpukat tidak memerlukan banyak air.

Kampanye alam ini berhasil memperoleh 296 pohon dan penanaman pun dilaksanakan pada 26 Desember 2020 lalu. Proses penanaman dibantu oleh GaPALA bersama peserta gabung aksi yang berjumlah 25 orang. “Kegiatan ini dapat membantu pengelolaan lahan di Garut, membantu petani-petani di Garut secara ekonomi, dan menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan serupa,” ujarnya.

Saat ini, Naura masih belum memiliki ide untuk mengadakan kampanye lagi, tetapi ia akan tetap melakukan berbagai hal untuk mendukung perbaikan lingkungan, seperti mengurangi konsumsi daging merah dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Kalau bukan kita, siapa lagi?

Pelaksanaan penghijauan di Garut hasil donasi dari kampanye alam yang terkumpul di website LindungiHutan.com
Acara penanaman pohon hasil donasi yang terkumpul via web LindungiHutan

Indonesia memiliki potensi raksasa lahan tidur seluas 33,4 juta hektare dan dari jumlah tersebut, diperkirakan seluas 9,3 juta hektare sesuai untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pertanian. Sayangnya, hanya beberapa orang─termasuk para petani─yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan ini. Saat melihat kondisi lahan tidur di Garut, Naura mengatakan bahwa ia merasa sedih sekaligus egois. “Di rumah keluarga nenek dan kakek aku, ada banyak pepohonan sehingga tampak rindang, padahal ada beberapa kawasan di Garut yang kondisinya sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Menurut Naura, penyebab dari rasa kurang peduli tersebut adalah edukasi yang minim tentang rasa tanggung jawab terhadap kondisi alam dan betapa pentingnya mengolah lahan tidur agar produktif kembali. Naura berharap, melalui donasi pohon dari kampanye “Let’s End 2020 with Trees”, orang-orang akan lebih sadar dan peduli dengan kondisi alam atau lingkungan di sekitar mereka.

Naura juga ingin mengingatkan orang-orang bahwa alam atau lingkungan di sekitar mereka adalah masa depan mereka melalui kampanye ini. ia melihat banyak anak-anak muda dan sekolah-sekolah bagus di Garut yang belum melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk menghijaukan lingkungan mereka, padahal hanya mereka yang bisa merawat dan menjaga lingkungan di sekitar mereka. “Kalau bukan kita, siapa lagi? Apakah mau menunggu sampai alam sudah sangat rusak? Bagaimana dengan generasi masa depan?” ucapnya.

Awalnya, Naura sendiri takut kampanyenya akan gagal karena tidak ada yang cukup peduli dengan kondisi lahan tidur di Garut untuk melakukan donasi lewat kampanyenya. Lalu, Naura tahu bahwa hasil dari kampanye tersebut─baik tercapai maupun tidak─tetap akan membantu masyarakat dan petani di kota tersebut serta meningkatkan kesadaran orang-orang akan kondisi alam di sekitar mereka.

Tidak ada tindakan yang terlalu kecil

Saat ini, banyak anak muda yang masih ragu-ragu untuk mengambil aksi terkait kondisi alam atau lingkungan di sekitar mereka, tetapi Naura ingin mereka untuk segera mengambil tindakan apabila memang ada keinginan untuk berkontribusi bagi alam. Saat ini, alam justru membutuhkan pioneer-pioneer yang mau bergerak, berkampanye, berdonasi, dan menjadi suara bagi kondisi mereka yang kritis.

“Tidak ada tindakan yang terlalu kecil. Jika anda tahu ada masalah, bertindaklah dan jangan menunggu orang lain. If not you, then who? Ingatlah, ini masa depan kamu juga!” pungkasnya.

Kalau kamu ingin menjadi seperti Naura, kamu bisa membuat Kampanye Alam juga di LindungiHutan. Kalau kamu masih bingung mau mulai dari mana, kamu bisa langsung menghubungi tim LindungiHutan melalui triggers (tombol pesan hijau di bagian kanan bawah halaman situs), media sosial, dan WhatsApp. Tim LindungiHutan akan memberikan berbagai rekomendasi mengenai lokasi penanaman hingga tumbuhan apa yang bisa ditanam di lokasi tersebut.

Awali langkahmu menjadi penggalang yang menyerukan kebaikan bagi alam bersama LindungiHutan!

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak!

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

--

--