Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pengendalian Emisi Karbon

Manusia sebagai makhluk sosial, yang berusaha mengendalikan dampak emisi karbon agar mampu bertahan hidup lebih lama lagi …

Nugroho Ganda Novianto
LindungiHutan
3 min readJul 10, 2020

--

Ilustrasi karbon dioksida — (ANTARA FOTO/Mushaful Imam)

Masyarakat sebagai makhluk hidup sosial secara tidak langsung berhubungan dengan ekosistem lingkungan lain guna mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Dalam kasus ini, emisi karbon sangat mempengaruhi ekosistem lingkungan karena dapat menimbulkan efek yang besar pada keberlangsungan hidup ekosistem lingkungan. Sebagai masyarakat yang tinggal di pedesaan dan harus beradaptasi langsung dengan alam, dampak emisi karbon sangat terasa bagi mereka, apalagi mereka yang memiliki mata pencaharian yang bergantung dengan alam. Banyak mata pencaharian yang bergantung pada alam, misalnya petani, nelayan dan sebagainya.

Perbedaan sistem mata pencaharian dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik di daerahnya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, sistem mata pencaharian pada masyarakat yang tinggal di daerah persawahan dan hutan akan berbeda dengan sistem mata pencaharian masyarakat yang berada dekat laut. Dari perbedaan sistem mata pencaharian yang ada dalam masyarakat dimungkinkan akan terjadi perbedaan dalam struktur sosial yang ada di daerah tersebut dan bagaimana dinamika yang terjadi di sana.

Disini juga perlu edukasi lebih oleh masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dan tetap dapat melakukan mata pencaharian untuk kebutuhan hidupnya. Edukasi seperti rehabilitasi mangrove perlu dilaksanakan untuk masyarakat yang disekitar pesisir laut agar dapat bertahan hidup dan memanfaatkan laut untuk menafkahi rumah tangganya. Seperti pada masyarakat Pulau Tanakeke yang diteliti oleh Heru Setiawan dari Balai Peneliti Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar, mereka meneliti upaya masyarakat Pulau Tanakeke tentang dampak emisi karbon dan rehabilitasi mangrove guna mencegah dampak emisi karbon tersebut.

Kondisi biofisik di Pulau Tanakeke, secara Pulau Tanakeke terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan karena adanya gerakan ke atas dan gerakan ke bawah dari dasar laut karena proses geologi. Setelah berada di permukaan air laut, terumbu karang akan mati dan menyisakan terumbu berbentuk pulau karang timbul. Pulau ini memiliki bentuk luar yang berlekuk-lekuk (menyerupai bentuk jari manusia) membentuk laguna dan teluk. Kondisi ini membuat Pulau Tanakeke kaya akan endapan lumpur yang merupakan habitat yang sesuai untuk mangrove. Terdapat beberapa tipe ekosistem pesisir di Pulau Tanakeke, yaitu ekosistem darat dan ekosistem pantai. Ekosistem darat di Pulau Tanakeke terdiri dari ekosistem savanna, ekosistem hutan campuran, ekosistem sawah (tadah hujan) dan ekosistem kebun campuran.

Ekosistem pantai terdiri atas ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun.

Dari hasil 124 responden yang terdiri atas 90% laki-laki dan 10% perempuan hampir semua responden (98%) merupakan masyarakat asli yang mediami Pulau Tanakeke, sedangkan sisanya adalah masyarakat pendatang. Umur responden dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kurang dari 35 tahun 23,39%, antara 35 sampai 55 tahun 62,10% dan lebih dari 55 tahun 14,52%. Berdasarkan penghasilan per bulan, 19% responden berpenghasilan kurang dari Rp 750.000/bulan, 38% berpenghasilan antara Rp. 750.000 — Rp. 1.500.000/bulan dan 43% mempunyai penghasilan diatas Rp. 1.500.000/bulan. Mayoritas mata pencaharian nelayan adalah nelayan, baik nelayan tambak maupun nelayan tangkap. Sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah petani rumput laut dan pembuat arang.

Tingkat partisipasi masyarakat terhadap rehabilitasi mangrove

Dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove yang termasuk dalam kategori sedang, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat telah memahami dan menyadari pentingnya upaya rehabilitasi mangrove. Persentase tingkat partisipasi kategori rendah yang mencapai 36,6%, dan tingkat partisipasi kategori tinggi yang hanya 16,9% menggambarkan adanya ketimpangan kesadaran masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi mangrove.

Dalam kasus ini, peran masyarakat Pulau Tanakeke dapat menjadi contoh untuk daerah lain dalam hal upaya pencegahan dampak terhadap nafkah rumah tangga di daerah pesisir laut. Salam Lestari!

Penulis : Nugroho Ganda Novianto

LindungiHutan.com merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Yuk pelihara lingkunganmu dengan ikut menyuarakan kampanye alam yang ada di sekitar lingkunganmu dengan klik tautan berikut https://lindungihutan.com/kampanyealam!

Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu!

Referensi Tulisan

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/8565

--

--