Lingkaran Solidaritas
Jurnal Lingkaran Solidaritas
2 min readDec 1, 2017

--

Memahami Materialisme Dialektika

Gambar diatas merupakan fase-fase, yang secara material digunakan untuk mengungkapkan sebuah fenomena. Pertama terkait perubahan sistem penindasan, dari feodal yang memiliki beberapa elemen yang senantiasa berubah. Secara perspektif mengenai pola-pola terbentuknya masyarakat feodal, hingga bergerak kepada persoalan kapitalisme, hingga ide mengenai masyarakat komunis. Semua bergerak, kontradiktf, hingga menunjukan negasi ke bentuk terbaru.

Lalu saya coba merefleksikan dalam persoalan hidup. Saya mempunyai anggapan jika mengarungi hidup memang lah tak semudah cocotnya motivator atau birokrat hingga akademisi bacot. Dia hanya ngecompros, lalu tak pernah mengungkapkan arah gerak, mengapa terjadi fase kehidupan. Lah hidup juga tak semudah doa, lalu diem selesai. Mengutip kata bapak paling ditakuti di dunia, yang kini ramai dijadikan merchandise. Karl Marx dalam eleven theses on Feurbach, mengatakan:

The philosophers have only interpreted the world, in various ways. The point, however, is to change it.

Seorang Filsuf hanya mengintepretasikan dunia dalam jalan yang berbeda-beda. Nilai yang didapatkan ialah bagaimana mengubahnya (lihat dunia). Begitulah ungkap Marx dalam tesisnya yang maha dahsyat. Bukan perkara soal revolusi, atau perubahan radikal tatanan hidup manusia. Namun dapat diartikan jika suatu hal kecil tidak akan berubah, kecuali kita mengubahnya.

Manusia lahir di dunia atas dasar materi, secara organik memiliki kemampuan kognitif untuk mengenal dunianya. Konstruksi alam pikiran tidaklah berasal dari genetik, namun bagaimana dia mengetahui dunia. Cara pandangnya, melaui ideologi yang didapatkannya. Seperti manusia yang menggunakan logikanya, jelas dia belajar dari pengetahuan yang dia dapat. Dari lingkungannya, manusianya dan kejadian-kejadian yang didapatkan sebagai suatu empirisme.

Materi berperan memicu ide, memunculkan intepretasi soal bagaimana manusia melihat dunianya. Ide ada karena materi yang dirasakannya, dari sensasi hingga menjadi suatu perspektif. Alam bawah sadar manusia juga dipengaruhi oleh gerak mekanik material, sebagai sebuah momen yang tak terlupakan.

Freud berbicara soal primitive drive, dorongan secara sederhana melandasi kehidupan mahkluk. Berdasar pada energi dari manusia, yang berasal dari sisi intrinsik. Secara material ada dan dipengaruhi konstruksi mengapa manusia harus hidup dan mati. Memenuhi hidup adalah kodrat manusia, secara spiritual dimakna mereka harus hidup dan berkembang. Jika Jung lebih ke sisi spiritual internalisasi manusia, Freud lebih ke nafsu manusia. Semua itu juga terkait mekanisasi materi secara intrinsik.

Hidup tidak hanya berbicara soal ide yang menentukan sebagaimana pemikiran Hegel. Namun bagaimana ide sebagai implementasi gerak material. Jika ada suatu penindasan maka itu merupakan gerak-gerak kontradiksi, yang bertolakbelakang dengan hakikat keselarasan alam semesta. Seperti realitas sekarang merupakan pengejahwantahan dari tesis antitesis, bentuk dari negasi ke negasi. Senantiasa berubah dan menyesuaikan sesuai kondisi material.

Begitu pula konstruksi kehidupan manusia, sistem-sistem yang tercipta sangat lekat dengan negasi. Masa feodal menentukan bentuk kapitalisme klasik, hingga menuju kapitalisme modern. Begitulah bentuk dialektika, saling korelasional dalam fase-fase yang membentuk. Materi disini diartikan sebagai apa yang dilihat dan senantiasa bergerak, dalam dinamika kehidupan manusia.

--

--