Kepada Seniman-seniman Art Jog

Literasi.co
Literasi
Published in
1 min readJun 10, 2016

[caption id=”attachment_4378" align=”aligncenter” width=”901"]

Ilustrasi: Moh. Dzikri Hendika[/caption]

setangkai kembang
layu di tanah di ujung Indonesia

di seberang jalan merah
sepasang kaki tak bersepatu
terinjak krikil tajam, luka
demi sagu
demi papeda

o tanah Papua
lenguh pabrik
dan isak tangis bocah di malam hari
kalah terlumat keramaian malam
kota Jogja yang gelisah basah
tempat di mana seniman-seniman berkumpul
memamerkan karyanya

setangkai kembang
kering di tanah di ujung Indonesia

matahari terbit
embun menyusut
angin datang bersama nyanyian tengah hari dari hutan
di tengah hutan yang di kelilingi para tentara
sepasang kekasih dikubur: semalam terjadi penembakan, lagi

o seniman-seniman art jog
bagaimana kau bisa dengan leluasa omong besar di depan mata telanjang para penikmat seni, sementara ribuan orang-orang Papua tersedu-sedan di tanahnya sendiri?
bagaimana kau bisa tertawa gelak-gelak, sementara orang Papua satu per satu mati sia-sia?

alangkah jahanamnya seniman-seniman itu
bersama darah orang-orang Papua
mereka mendengkur dan bangga
memamerkan karyanya di gedung mewah, megah, ber-AC

setangkai kembang
mati di tanah di ujung Indonesia
bersama orang-orang Papua
yang terkubur di tanah merah

terkutuklah kau seniman-seniman jahanam
tak berhati
tak berperasaan

(Yasir Dayak, 8 Juni 2016, Yogyakarta)

--

--

Literasi.co
Literasi

Media Kooperasi yang diinisiasi oleh Gerakan Literasi Indonesia (GLI)