Mempertanyakan Konsistensi Yayak Yatmaka

Literasi.co
Literasi
Published in
4 min readFeb 27, 2018
Ilustrasi Oleh Gegen Muhammad

Saya pribadi belum pernah berkenalan secara langsung dengan Yayak Yatmaka, yang konon di zamannya merupakan salah satu pengkritik lantang rezim Orba lewat gambar-gambarnya yang bernas, di dunia nyata. Dalam buku Karikatur dan Politik yang ditulis oleh Agustin Sibarani, sepak terjang Yayak Yatmaka bahkan membuat Ben Anderson menyebutkan bahwa penerus dari Agustin Sibarani adalah Yayak Yatmaka.

Bila diamati, dalam karya-karya Yayak Yatmaka yang berjudul Tanah Untuk Petani Penggarap (2016) dan beberapa gambarnya yang lain bertema petani yang di-upload di laman Facebook-nya, ada hal yang tidak menerus, alias kontradiktif. Kontradiksi ini akan terlihat kalau gambar-gambar Yayak Yatmaka di masa lalu dibandingkan dengan gambar dan poster-posternya beberapa hari ini yang di pasang di laman Facebook-nya di bawah album bertajuk “LAPORAN PADA RAKYAT, 4 TAHUN GANJAR-HERU UNTUK JAWA TENGAH”.

Pada gambar yang sebelumnya, misalnya, terdapat seorang petani yang sedang termenung di atas piring atau mangkuk dengan tulisan “TANAH UNTUK PETANI PENGGARAP?” Atau juga gambar-gambarnya yang lain seperti yang HARI TANI NASIONAL 24 SEPTEMBER dan JURAGAN MAKAN NASI PETANI MAKAN TAHI dengan tebaran kotoran serta cangkul di sampingnya. Saya sebagai seorang penikmat amatir karya-karya Yayak Yatmaka tentu dengan mudah akan menangkap maksud gambar tersebut. Yakni, intinya di hari tani tanggal 24 September para petani sedang dihadapkan pada krisis lahan dan pangan sehingga tak ada lagi lahan untuk digarap oleh para petani. Akibatnya, petani tak ada lagi padi/beras untuk dimasak atau dijual. Sungguh tepat, mengingat semakin menyusutnya lahan-lahan pertanian akibat konversi sawah-sawah menjadi berbagai pemakaian yang lain seperti untuk keperluan pertambangan dan pembangunan rumah/gedung.

Namun, dari gambar-gambar yang di-upload beberapa hari ini berupa ilustrasi yang cenderung mengunggulkan Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) yang sedang bertanding lagi untuk maju sebagai gubernur untuk kedua kalinya, jujur saja, saya agak terkejut. Yayak juga menggunakan infografis untuk pembenaran segala tindak tanduk Ganjar Pranowo selama menjabat sebagai Gubernur Jateng. Kemana keprihatinan seorang pembuat gambar kritis selama bertahun-tahun dalam diri Yayak Yatmaka, sehingga sekarang memproduksi gambar-gambar yang terasa hambar?

Bagaimana tidak hambar kalau kita mengikuti sepak-terjang Ganjar Pranowo selama menjadi Gubernur Jateng. Ganjar Pranowo sejauh ini tidak mampu mengurus kasus-kasus agraria di Jawa Tengah yang bertebaran mungkin sebanyak tahi di mangkuk petani yang digambarkan oleh Yayak Yatmaka di atas.

Ilustrasi dan inforgrafis di dalam album bertajuk LAPORAN PADA RAKYAT, 4 TAHUN GANJAR-HERU UNTUK JAWA TENGAH di atas yang terlihat pada Facebook Yayak Yatmaka secara khusus mengabarkan kebaikan, dan karena itu merupakan dukungan kepada, Ganjar Pranowo. Bagi saya tujuannya cukup jelas, supaya Ganjar Pranowo menjadi gubernur lagi, alias lanjut dua periode. Meski album itu menunjukkan banyak kontradiksi dengan karya-karya Yayak Yatmaka sebelum-sebelumnya, gambar-gambar dan ilustrasi-ilustrasi tersebut memiliki banyak penggemar, bila dilihat dari beberapa jumlah like Facebook dan komen mendukung yang muncul di beranda Facebook-nya Yayak.

Sedangkan di sisi lain, Jateng terkenal dengan kasus agraria yang banyak yang sampai detik ini tidak dapat disebut ditangani dengan baik oleh Ganjar Pranowo. Mulai dari Urutsewu, (Surokonto Wetan) Kendal, Batang, Pati, dan Rembang. Bahkan dalam beberapa kasus seperti di Rembang dan Pati, dapat dikatakan bahwa Ganjar Pranowo justru memiliki posisi yang berseberangan dengan para petani yang terlibat dalam gerakan penolakan tambang dan pabrik semen. Bagi saya, Yayak sebenarnya telah melukai hati ibu-ibu Kendeng, dan juga seluruh petani yang tengah dihadapkan pada persolan agraria di Jawa Tengah.

Sebagai seorang kreator gambar lawasan, rasa-rasanya apabila orang sekelas Yayak Yatmaka meng-upload gambar-gambar seperti itu, maka bukanlah tanpa maksud dan tujuan. Dia tentu memiliki tujuan politik. Bagi saya hal ini bermasalah jika dibandingkan pada beberapa gambar Yayak Yatmaka yang lainnya yang pro dengan para petani. Setidaknya itulah yang dapat ditangkap oleh mata dan otak saya yang dangkal ini. Di titik inilah menurut saya konsistensi Yayak Yatmaka sebagai seorang kreator yang dikenal sebagai pembuat gambar kritik sosial dan kritik terhadap pemerintahan perlu dipertanyakan. Dengan kata lain Yayak merupakan seorang kreator gambar, atau jika layak disebut sebagai seniman, yang sedang menjadi kaki tangan pemerintah untuk melanggengkan eksploitasi terhadap alam dan peminggiran para petani secara terang-terangan. Karena gambar yang mempromosikan Ganjar Pranowo yang dibuat oleh Yayak Yatmaka baru-baru ini di album Faebook-nya, jelas kontradiktif dengan cara pandangannya selama ini terhadap permasalah yang melilit petani, misalnya ekspansi PT Semen Indonesia di Rembang yang sedang dengan sekuat tenaga mencoba mengeksploitasi kondisi sosio-ekologis secara besar-besaran di karst di Kendeng, dan juga ditambah dengan berbagai agenda eksploitasi lainnya di Jateng oleh berbagai perusahaan.

Sangat disayangkan, Yayak Yatmaka yang selama ini bisa dikatakan “dibesarkan” oleh isu/konflik agraria, justru tidak terlihat menjadikan isu/konflik agraria itu sebagai pokok bahasan dalam gambar-gambarnya yang dapat dikatakan mempromosikan Ganjar Pranowo itu. Kenapa kira-kira? Apakah lewat ilustrasi dan infografisnya tersebut Yayak Yatmaka dijadikan alat oleh Ganjar Pranowo untuk menarik massa pemilih agar ia menjadi Gubernur Jateng lagi? Saya rasa biar Yayak Yatmaka sendiri yang menjawabnya. Saya sarankan kepada Yayak Yatmaka untuk membaca buku Rembang Melawan: Membongkar Fantasi Pertambangan Semen di Pegunungan Kendeng dan Mitos Tambang untuk Kesejahteran. Kenapa kedua buku itu saya anggap penting dibaca Yayak Yatmaka? Agar Yayak tahu persoalan dan dapat menarik kesimpulan dengan benar sebelum terburu-buru membuat ilustrasi dan infografis yang mempromosikan Ganjar Pranowo. Dalam hal ini tentu saya membuat tulisan ini bukan untuk mendukung Sudirman Said, yang melalui foto yang beredar di media sosial terlihat menanam bawang merah dalam masa-masa ini, sebagai rival Ganjar Pranowo dalam pemilihan gubernur Jateng

--

--

Literasi.co
Literasi

Media Kooperasi yang diinisiasi oleh Gerakan Literasi Indonesia (GLI)