Pemaksaan Pemagaran di Urutsewu Memakan Korban

Literasi.co
Literasi
Published in
2 min readJul 30, 2015

Teks: Agam Imam Pratama

Foto: Damas Fatchur Rahman

Sampai hari ini konflik agraria di Urutsewu, Kebumen, belum menemui titik terang penyelesaian persoalan. Bahkan akhir-akhir dapat dibilang kembali memanas. Pasca audiensi 8 Juli 2015 kemarin yang tidak menghasilkan titik terang, justru disusul dengan berbagai intimidasi dari pihak TNI AD. Misalnya, hari ini (30/7) justru terjadi pemaksaan pemagaran di Urutsewu.

Berawal dari 29 Juli 2015 dimana sejumlah alat berat, beberapa truk batu, dan sejumlah satuan TNI AD didatangkan ke Desa Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen oleh TNI AD dengan dalih untuk latihan militer. Kedatangan alat-alat berat itu tanpa pemberitahuan ke pemerintah desa dan masyarakat. Pemberitahuan hanya sebatas akan ada latihan TNI AD aja. Ini tentunya memicu reaksi warga yang sampai hari ini masih menolak pemagaran. Walhasil, pada 30 Juli 2015 sekitar 200 masyarakat Urutsewu, khususnya warga Desa Lembupurwo dan sekitarnya berkumpul di lokasi untuk menolak pemagaran.

[caption id=”attachment_3632" align=”aligncenter” width=”960"]

Aksi damai warga Urutsewu, dengan pembacaan doa dan shalawat bersama[/caption]

Aksi penolakan awalnya berjalan damai, bahkan diiringi dengan tahlil dan doa bersama oleh masyarakat di area pemagaran, mulai dari jam 09.00 WIB. Ba’da dhuhur jumlah pasukan TNI AD yang didatangkan terus bertambah di lokasi tersebut. Ini tentunya memperpanas suasana. Pada pukul 13.00 WIB, alat berat dipaksakan untuk merengsek masuk ke lokasi dan memulai penggalian untuk pemagaran dengan pengamanan barikade sepasukan TNI. Warga pun tetap bertahan untuk memblokade usaha pemagaran.

[caption id=”attachment_3633" align=”aligncenter” width=”960"]

Menjelang siang, pasukan TNI tambahan terus didatangkan[/caption]

Walhasil warga yang hanya bermodal tekad kuat untuk mempertahankan tanahnya terdesak oleh ratusan anggota TNI AD yang bersenjata lengkap. Aksi saling dorong dan pemukulan juga terjadi. Ini menyebabkan satu korban luka yakni bapak Rubino (30 tahun) warga RT 02/RW 02 Desa Wiromartan, Kecamatan Mirit. Rubino mengalami luka lebam di tengkuk terkena pukul pentungan TNI AD. Korban yang terpukul oleh TNI AD dan sempat pingsan ini kemudian dibawa ke puskesmas Kecamatan Mirit untuk mendapat perawatan. Aksi kekerasan dan juga jumlah yang tidak seimbang antara masyarakat dan pasukan TNI AD yang didatangkan ini juga pada akhirnya memaksa masyarakat mundur. Sebelum mundur, masyarakat menggelar kembali tahlil dan doa bersama.

[caption id=”attachment_3634" align=”aligncenter” width=”960"]

Rubino (30 tahun), korban luka terpukul pentungan TNI saat aksi saling dorong[/caption]

Yang menjadi ganjil dari pemagaran ini adalah pertama tidak ada lembaga berwenang yang tampak di lokasi, baik pemerintah daerah maupun Badan Pertanahan Nasional (BPN). Bahkan usaha pemagaran dan pengoperasian alat berat juga dilakukan oleh TNI AD sendiri. Pengamanan dari pihak kepolisian pun tak nampak di lokasi. Selain itu, dalih yang dipakai adalah latihan militer. Namun, yang dilakukan adalah pemagaran. Itu pun tanpa ada pemberitahuan sama sekali kepada pihak pemerintah desa dan masyarakat. Disamping itu, ratusan personel TNI AD yang didatangkan dipersenjatai lengkap untuk menghadapi masyarakatnya sendiri, yang seharusnya dilindungi. Widodo Sunu Nugroho, koordinator Urutsewu Bersatu (USB) menanggapi pemagaran yang sampai saat ini masih terus berlanjut, menyampaikan meskipun hari ini penolakan warga dipukul mundur, namun gerakan penolakan pemagaran akan terus dilanjutkan.

[caption id=”attachment_3635" align=”aligncenter” width=”261"]

Blokade warga berhadap-hadapan dengan barikade TNI yang bersenjata lengkap[/caption]

[caption id=”attachment_3636" align=”aligncenter” width=”261"]

Spanduk bertuliskan “Dilarang Masuk Ada Latihan Militer”, alih-alih yang dilakukan adalah pemagaran.[/caption]

30 Juli 2015

--

--

Literasi.co
Literasi

Media Kooperasi yang diinisiasi oleh Gerakan Literasi Indonesia (GLI)