Literation Not Bombs
Literation Not Bombs
3 min readNov 6, 2016

--

Literation Not Bombs

Berdasarkan hasil studi “Most Littered Nation In The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat 60 dari 61 negara soal minat baca.

Studi ini dilakukan sejak tahun 2003 hingga 2014 bekerja sama dengan para peneliti sosial — menempatkan negara negara nordic sebagai 5 besar — peringkat 1 Finlandia, kemudian secara berurutan disusul Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia .

Kendati minat baca Indonesia berada di peringkat 60, dalam hal infrastruktur penunjang budaya baca itu sendiri, Indonesia berada di peringkat 34 mengungguli negara eropa seperti Jerman, Portugal.

Artinya masyarakat di Indonesia memiliki cukup penunjang berupa perpustakaan, buku, hingga mobil perpustakaan keliling.

Terlihat sekali bahwa infrastruktur tidak menjamin meningkatnya minat baca masyarakat.

Infraatruktur yang mencukupi tidak akan berarti banyak terhadap minat baca masyarakat sebelum adanya niat dari individus itu sendiri memaknai pentingnya membaca.

Idealnya, kebiasaan membaca diajarkan sejak dini — lama kelamaan membaca itu sendiri menjadi kebiasaan hingga kebutuhan — kebiasaan membaca tersebutlah yang akhirnya menjadi budaya nantinya. Setelah itu barulah kita bisa menjadi bangsa maju, salah satu standar negara dikatakan maju ialah: Budaya Literasi.

Sebelum hasil survey “Most Literred Nation In The World” diumumkan, pada tahun 2012 berdasarkan data dari UNESCO minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, data itu menunjukkan angka minat baca orang Indonesia hanya 0,001 artinya setiap 1000 orang Indonesia hanya ada 1 orang yang benar-benar hobi membaca buku.

Tak ayal muncul anekdot (lelucon rekaan) di tengah masyarakat digital bahwa: “orang Indonesia lebih gemar membaca broadcast pesan instan seperti WA atau BBM ketimbang mambaca buku”.

Banyak faktor umum (selain niat) yang menyebabkan orang Indonesia sangat malas membaca buku diantaranya: Kurang beragam dan lengkapnya buku-buku di perpustakaan, sedikitnya perpustakaan hingga harga buku yang dirasa teramat mahal oleh masyarakat kelas tertentu.

Untuk menjawab keluhan-keluhan tersebut pemerintah khususnya kementrian pendidikan mengusahakan membuat perpustakaan, pengadaan buku, dan melengkapi infrastruktur yang dirasa perlu. Hingga menteri pendidikan kala itu Anies Baswedan (2012–2016) menganjurkan komunitas-komunitas membaca membasiskan diri terhadap gerakan bukan lagi sebatas program, karena gerakan dianggap akan lebih signifikan daripada program yang bersifat anjuran dan sekedar wacana.

Rendahnya minat baca sangat fatal akibatnya bagi masyarakat kita. Faktanya, ditengah informasi yang serba muda dan berseliweran di era internet saat ini banyak di antara masyarakat kita yang mudah terprovokasi, senang berdebat kusir. Selanjutnya kurangnya apresiasi terhadap literasi membuat sebagian masyarakat dengan mudah mengecilkan kehadiran buku — banyak buku ditelantarkan — bahkan sebagian oknum aparat malah dengan mudah membakarnya, karena masih menganggap ada sebagian buku berbahaya. Ibarat bom yang ditakuti, literasi mulai dijauhi bahkan oleh kalangan intelektual pelajar hingga mahasiswa. Sebabnya yang muncul adalah budaya hedonisme semata.

Berangkat dari keluhan, keprihatinan, serta niat baik LITERATION NOT BOMBS hadir. Dengan slogan “literasi bukanlah bom, bukanlah sesuatu yang harus kamu hindari dan jauhi, literasi sejatinya adalah seni tertinggi” ya, slogan tersebut menunjukkan kecintaan dan mengajak orang untuk kembali menghormati literasi karya-karya dari manusia kreatif dan bagian dari masyarakat yang berbudaya. Sekaligus muncul sebagai tambahan komunitas-komunitas baca yang telah bergerak sebelum LITERATION NOT BOMBS itu hadir khususnya di Kota Padang.

Bagi LITERATION NOT BOMBS, literasi tidak hanya sebatas kepada buku, komunitas ini juga memandang unsur literasi di dalam budaya-budaya seni populer seperti lagu, pertunjukan teater, pameran gambar, hingga film.

Selain menyediakan ruang membaca buku, gerakan-gerakan yang akan dicanangkan nantinya juga berupa; pertunjukan teatrikal, pemutaran film, drama dll.

Semoga ke depannya minat baca masyarakat kita bisa meningkat, Salam LITERATION NOT BOMBS, mari mampir barang secangkir kopi.

Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah — Milan Kudera

Salam.

--

--