Resume Buku “REKAYASA SOSIAL: Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar”

Novi Septiana Pasaribu
Literation Not Bombs
3 min readFeb 26, 2017

Penulis : Jalaluddin Rakhmat

Tahun Terbit : 2000

Tebal Buku : 215 halaman

Penerbit : Remaja Rosdakarya

Tahun Terbit : 2000

ISBN : 979–514–838–9

foto: google

Buku karya Jalaludin ini merupakan kumpulan dari khotbahnya atau nama lainnya kuliah umum kepada mahasiswa yang dituliskan. Seperti buku yang banyak beredar sekarang yang isinya hasil dari tweet atau status manusia di media sosial. Tentu dengan isi yang berbobot.

Dalam bagian pembuka sebelum berbicara apa itu rekayasa sosial, penulis buku mengajak kita untuk membongkar pola pikir yang salah dan mitos, kenapa? Karena hal tersebut akan menghambat rekayasa sosial.

7 kesalahan berpikir yang harus dibongkar:

  1. Fallacy of dramatic instance (Pola Pikir yang menjadikan satu atau dua kasus bahkan condong kepengalaman pribadi sebagai dasar untuk menyimpulkan sesuatu),
  2. Fallacy of retrospective determinisme (pola pikir yang memanfaatkan masa lalu sebagai bentuk kepasrahan),
  3. Post hoc ergo propter hoc (pola pikir dengan pola sesudah ini-karena itu oleh sebab itu)
  4. Fallacy of misplaced concretness (pola pikir yang berusaha mengkonkritkan hal yang abstrak),
  5. Argumentum ad verecundiam (berargumen dengan otoritas),
  6. Fallacy of composition (pola pikir yang meneladani seseorang untuk ke semua orang),
  7. Circular Reasoning ( pola pikir yang berputar-putar ).

Untuk mitos terbagi dua yaitu, mitos sosial yang menyatakan masyarakat itu statis, tidak berubah, stabil dan yang kedua mitos trauma yaitu perubahan itu menimbulkan krisis emosial dan stres mental.

Dalam bab 2, penulis menyatakan setiap perubahan sosial dimulai dengan mengarahkan perhatian kepada perubahan individual yang akan merubah sikap individu. Setelah diterima kemudian pada tingkatan kelompok akan muncul perubahan norma sosial yang menjadi social control.

Perubahan sosial yang terencana (planned social change, social engineering, dll) yang di dalam buku ini disebut sebagai rekayasa sosial.

Sebab terjadi perubahan sosial dikelompokkan kedalam tiga penyebab utama yaitu ide, tokoh-tokoh besar dan social movement.

Pada masa orde baru, bentuk rekayasa sosial dapat sarat terlihat pada development (pembagunan) dan sangat berdampak pada kekacauan pola pikir atau kesalahan pola pikir.

Jalaluddin menawarkan rekayasa sosial atau perubahan setelah masa reformasi. Dimulai dengan strategi perubahan sosial. Ada tiga tawaran yang diberikan yaitu revolusi, strategi persuasif, dan normative reeducative.

Menurut penulis rekayasa sosial ada kerena adanya permasalahan sosial dan tidak menutup kemungkinan permasalahan individu akan menjadi permasalahan sosial. Sehingga harus ada pembedaan yang jelas antar permasalah sosial dengan permasalahan individu. Permasalahan sosial adalah keadaan buruk yang hanya bisa diperbaiki dengan tindakan kolektif.

Untuk memudahkan memahami antara permasalah sosial atau permasalah individu penulis memberikan pisau analisa. Membedah permasalahan sosial dan permasalah individu dimulai dengan menemukan cause (sebab) kemudian impacts (sebab).

Ketika sudah memahami permasalah sosial, langkah-langkah atau solusi yang ditawarkan Jalaluddin dengan rekayasa yang sudah direncanakan yaitu aksi-aksi kolektif, teknik-teknik pengembang masyarakat, gerakan sosial dan revolusi.

Perubahan sosial tidak serta merta terjadi. Ada 3 sumber perubahan sosial atau penyebab perubahan sosial: poverty (kemiskinan), crimes (kejahatan), dan konflik.

Penulis memparkan perubahan sosial juga menjalani prosesnya. Ada 3 faktor menurut penulis yang berkenaan dengan proses perubahan sosial yaitu sejauh mana ide mempengaruhi perubahan sosial, peranan tokoh-tokoh besar dalam masyarakat dan peranan gerakan sosial dan revolusi menimbulkan perubahan struktur sosial dan norma sosial.

Selain membahas membahas tentang rekayasa sosial atau perubahan sosial dan langkah-langkahnya, Jalaluddin juga memberikan gambaran watak yang terbentuk diakibatkan rekayasa sosial pada masa orba yang sampai sekarang watak itu masih ada dan watak ini akan menghambat rakayasa sosial atau perubahan sosial versi penulis.

Watak ini disebutnya dengan Homo Orbaicus. Sumber watak homo orbaicus: sikap terhadap pekerjaan, struktur psikologis, sikap terhadap lingkungan fisik, harapan, ambisi dan aspirasi.

Buku karya Jalaluddin ditutup dengan satu bab yang menbahas tentang revolusi. Dimulai dengan pergertian revolusi, bagaimana jalannya revolusi, teori-teori tentang revolusi dan mazhab-mazhab revolusi yang melingkupi: behavior, psikologi, struktural dan politik.*

(*) Dibawakan oleh Novi Septiana Pasaribu pada diskusi bedah buku Jumat 24 Febuari 2017 di Lab. Fisik, Geografi, Unimed.

--

--