Women’s Tendencies

Literation Not Bombs
Literation Not Bombs
4 min readJan 27, 2017

Jika tidak dengan mereka (wanita), kemenangan tak mungkin kita capai.

— Vladimir Ilyich Ulyanov

ilustrasi: wikimedia

Wanita dikatakan sebagai kunci kemenangan Uni Soviet pada perang-perang yang dipimpin Lenin. Tidak saja pada perang praktis tapi juga kepada perang nonpraktis yang menjadikan Rusia sebagai poros dunia seperti sekarang ini. Wanita adalah akar dari setiap kehidupan yang ada.

Bagaimana kamu membayangkan papan skateboard bernyawa keluar dari alat kemaluanmu? Wow! Bandingkan saja dengan tinja sebesar gelas yang mungkin pernah kamu keluarkan dari anusmu, sungguh merepotkan bukan? Sehingga hal tersebut menjadikan wanita secara harafiah sebagai makhluk yang sangat pantas diberikan respect besar.

Kendati demikian wanita dijadikan makhluk yang lemah dalam banyak hal oleh mindset dan isu yang tersebar dan disebarkan dalam suatu kelompok masyarakat. Misalkan dalam mengangkat beban berat, perlakuan laki-laki yang mau membantu wanita untuk mengangkat beban berat bukanlah suatu aksi heroik.

Kenapa?

Karena laki-laki memang kuat dan wanita lemah secara fisik. Selanjutnya, dibentuknya undang-undang dan hukum khusus perlindungan terhadap perempuan, tapi tidak ada untuk laki-laki. Laki-laki tidak dilindungi secara khusus karena mereka kuat, tapi tidak dengan wanita, mereka lemah.

Pernah mendengar istilah feminisme?

Feminisme adalah isme dengan dasar meminta persamaan dan kesetaraan antara laki-laki dan wanita. Isme ini sejatinya telah dimulai dari tahun 1880an. Gerakan awal yang cukup terkenal adalah gerakan dari kelompok Womens Social and Political Union di Britania Raya pada abad ke 19.

Kala itu wanita kebanyakan menjadi buruh dan dianggap suatu kerugian jikalau wanita berbicara urusan politik. Karena ketika seorang wanita berbicara politik, wanita akan berpotensi untuk meminta hak berada di parlemen.

Pasalnya, wanita dirasa sudah cukup diwakilkan oleh laki-laki yang mempunyai ikatan dengan mereka.

Ialah — Emmeline Pankhurst — pemimpin gerakan yang dikenal sebagai “Suffragette”. Sebuah gerakan wanita pekerja yang meminta hak-hak baru yang dianggap tidak rasional. Malas bercerita terlalu panjang, silakan nonton filmnya berjudul “Suffragette”.

Kita tidak akan berbicara feminisme, karena sekiranya bukan bidang dan hak seorang laki-laki jarang mandi untuk membahas feminisme secara mapan. Hanya saja isu yang marak tentang wanita menjadikan laki-laki gagah tersebut menjadi riang gembira untuk membahas wanita dan soal kewanitaan.

Sepakatlah ketika dikatakan setiap manusia dikeluarkan dari dalam perut seorang wanita. Tapi tentu tak ada batasan untuk membahas wanita itu sendiri, lain hal batasan itu akan terpaksa ada ketika kamu membahas Tuhan. Membahas Tuhan akan menjadikan orang-orang hebat yang saleh membenci dan dengan senang hati membunuhmu. Aduh, saleh sekali!

Sudahlah, mari selesaikan pembicaraan tentang Tuhan sebelum para bigot tersebut membommu.

Ada hal yang unik ketika wanita meminta persamaan dan kesetaraan dengan laki-laki. Pada satu sisi wanita menyatakan bahwa ia kuat dan mampu sama dengan laki-laki. Namun, di sisi yang bersebrangan ia meminta haknya disamakan karena ia tak mampu sama dengan laki-laki.

Semisal ketika undang-undang yang dibahas sebelumnya, tentang perlindungan terhadap wanita. Wanita meminta perlindungan dari negara, karena apa?

Kaarna merasa tak sanggup melindungi diri sendiri. Teringat seorang pernah berkata “…….akhirnya yang terjadi adalah wanita selalu defense dan laki-laki selalu offense, kenapa tidak wanita saja yang offense? atau qounter attack?” nah lo!?

Lalu, ada affirmative action kuota 30% di parlemen yang gagal pada pemilihan 2014 lalu. Upaya yang tercantum dalam UU No 8 Tahun 2012 ini menerangkan bahwa wanita adalah sama bagusnya dengan laki-laki dalam hal politik dan harus berada di parlemen.

Namun, dalam sisi lain affirmative action ini menerangkan tentang ketidakmampuan wanita untuk bersaing dengan laki-laki. Untuk memenuhi kuota tersebut wanita harus dibantu, dan ada pushing decision agar wanita mana saja tanpa memperhitungkan kualitas atau kelayakan harus diusahakan naik pada parlemen. Ho’oh, iya begitu…

Berikutnya sangat banyak wanita yang mendeklarasikan diri mereka sebagai pribadi yang lemah. Lihat saja berapa banyak wanita yang menyerahkan diri mereka untuk diketahui orang lain ke pada akun quote semisal prestige holoc atau kepada quote dan bacaan yang disuguhkah turu liye, dwitasosro, boy cedera yang begitu mendayu-dayu lalu membuat wanita yang membacanya memiliki perasaan senasib dengan apa yang ditulis.

Bahwa aku memang wanita yang lemah, aku adalah sendu yang takkan mampu bertahan, aku adalah daun yang tak pernah membenci angin. Hiuuuh

Cukuplah tiga itu saja, karena orang beragama percaya bahwa Tuhan menyukai angka ganjil. Bukan karena juga percaya, tapi ini sebagai usaha agar tidak dibom setelah pernyataan yang ada di atas tadi.

Sebagai penutup, akan diakhiri dengan beberapa kutipan dari buku “Larasati” oleh Pramoedya Ananta Toer. Meskipun rada tidak nyambung, bebas dong menuliskan apa saja, loh ini opini kok mbak e.

“Indahnya dunia ini jika pemuda masih tahu perjuangan!”

“Mereka berjabat tangan, seperti gunung berjabatan dengan samudera. Mereka hanya dua gumpal daging kecil, tetapi jiwanya lebih besar dari gunung, lebih luas dari laut, karena kereka ikut melahirkan sesuatu yang nenek-moyangnya dan bangsa-bangsa lain tidak atau belum melahirkannya: kemerdekaan.”

“Di dunia ini, Ara, hanya sedikit saja orang yang penting.”

“Ada yang membunuh. Ada yang dibunuh. Ada peraturan. Ada undang-undang. Ada pembesar, polisi, dan militer. Hanya satu yang tidak ada: keadilan.”

“Kalau mati dengan berani; kalau hidup dengan berani.”

“Dia seniman, hidup hanya di alam perasaan.”

--

--