Brainwriting, Metode Seru Yang Menciptakan Ide Untuk UX Writer

Ori Rinaldi
lp-productdesign
Published in
4 min readFeb 9, 2022
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

UX Writer merupakan sebuah profesi yang dituntut untuk kreatif. Maka dari itu, metode untuk meledakkan kreativitas seperti brainwriting akan sangat membantu.

Selama ini, mungkin kita sering mendengar istilah brainstorming. Ini juga merupakan sebuah metode melipatgandakan kreativitas.

Tetapi, sementara brainstorming efektif pada kelompok kecil dan memiliki beberapa kelemahan, brainwriting lebih efektif bagi seorang UX Writer

Terus, seperti apa sih brainwriting itu sebenarnya? Apa kelebihannya dan bagaimana cara menggunakannya dalam UX Writing?

Apa Itu Brainwriting?

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Brainwriting adalah sebuah metode merangsang kreativitas dan mempercepat proses inovasi dengan cara menulis. Pada intinya memang mirip seperti brainstorming, hanya saja peserta menyuarakan idenya melalui tulisan.

Bernd Rohrbach, seorang agen marketing profesional dari Jerman tercatat mempublikasikan teknik brainwriting 6–3–5 yang terkenal di 1968. Hingga kini, berbagai variasi teknik brainwriting banyak digunakan di dunia bisnis, marketing, hingga penulisan.

Di bidang UX Writing, brainwriting menjadi sebuah cara untuk menghasilkan ide-ide secara masif guna menemukan kata atau kalimat yang diinginkan.

Misalnya, ketika ingin memunculkan tagline yang sesuai dengan voice dan tone dari sebuah brand. Anda bisa membentuk tim, menciptakan ratusan ide dalam hitungan menit, dan menyeleksi yang terbaik untuk menghasilkan tagline paling sesuai dengan metode ini.

Tujuan dan Kelebihan Brainwriting

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Tujuan penggunaan metode ini sangat jelas, yaitu menghasilkan sebanyak mungkin solusi dan menemukan solusi terbaik dalam waktu yang terbatas.

Sementara ada banyak metode penciptaan gagasan lainnya (seperti brainstorming), brainwriting memiliki keunggulan tersendiri.

Keunggulan pertama adalah kebebasan.

Brainwriting memfasilitasi pemilik gagasan untuk mengeluarkan ide-idenya secara bebas. Dalam artian bebas dari nyinyiran atau penghakiman baik verbal maupun nonverbal, juga bebas dari self censor karena mengkhawatirkan reaksi orang lain.

Selain itu, brainwriting juga lebih efektif dalam mengakomodasi kelompok besar dan menghindarkan pemusatan ide pada yang “bersuara paling keras di ruangan”.

Secara singkat, kelebihan dari brainwriting vs brainstorming dapat terangkum dalam tabel berikut.

Kapan Perlu Memakai Brainwriting?

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Meski brainwriting memiliki sejumlah kelebihan, namun tentunya ada beberapa kondisi di mana anda tidak harus menggunakan metode ini.

Metode ini sendiri cocok untuk menghasilkan ide pada kelompok besar dengan berbagai level posisi serta dalam waktu yang terbatas. Adapun dalam kelompok kecil 2–3 orang yang posisinya setara dan waktu yang lapang, brainstorming bisa jadi pilihan utama.

Menerapkan Brainwriting dalam UX Writing

Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Untuk lebih memperjelas tentang keterangan di atas, akan lebih baik dengan menerapkan contoh brainwriting secara langsung yang pernah diterapkan di Lion Parcel.

Kita ambil contoh kasus di atas, yaitu bagaimana menggunakan brainwriting untuk membuat tagline BisaBelanja. Prosesnya akan mengikuti langkah berikut:

Pertama, siapkan sticky notes langsung atau online dengan Miro. Setiap anggota memiliki sticky notes warna masing-masing.

Brainwriting : Lion Parcel (Tagline BisaBelanja)

Kemudian, moderator memberikan briefing mengenai proyek ini. Briefing tersebut bisa berisi tentang keterangan brand tersebut, mekanisme pelaksanaan brainwriting, juga obyektif lain dari tagline yang akan dimunculkan di BisaBelanja.

Selanjutnya, moderator memberikan waktu bagi setiap peserta untuk menuliskan 6–7 ide kata atau frasa yang menggambarkan brand tersebut. Berikan batasan waktu 15 menit agar sesi berjalan efisien dan optimal.

Brainwriting : Lion Parcel (Tagline BisaBelanja)

Setelah 5 menit berlalu, mintalah pada setiap partisipan untuk memilih 2–3 ide terbaik menurut pertimbangan masing-masing. Berikan waktu 3–5 menit bagi mereka untuk menyeleksi ide tersebut.

Brainwriting : Lion Parcel (Tagline BisaBelanja)

Terakhir, kumpulkan ide kata yang sudah terseleksi untuk pembahasan paripurna. Cari kesamaan dari ide kata terpilih tersebut dan rumuskan tagline dari ide gambaran brand tersebut.

Brainwriting : Lion Parcel (Tagline BisaBelanja)

Sebagai penutup, brainwriting tetap menjadi sebuah teknik yang efektif dan seru untuk mengumpulkan gagasan. Jika anda berkecimpung di UX Writing, menerapkannya akan menjadi cara yang baik untuk mendorong kreativitas dan inovasi dalam tim.

--

--