Bahasa dan Kebohongan

Penanda Kebahasaan Sebuah Kebohongan

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa
5 min readMar 9, 2021

--

Photo by Ashkan Forouzani on Unsplash

Sains telah banyak memberikan pengetahuan tentang bagaimana kita bisa mendeteksi sebuah kebohongan. Misalkan, gestur menyentuh hidung, atau gerakan mata ke arah kanan yang berarti seseorang sedang mengakses otak bagian kanannya yang digunakan untuk membuat kebohongan adalah beberapa contoh dari tanda-tanda yang dapat menunjukkan seseorang sedang berbohong atau tidak. Tetapi, kebohongan tentu tidak hanya dapat dideteksi dari gestur semata; penggunaan bahasa dapat membantu kita untuk semakin dalam mendeteksi sebuah kebohongan.

Linguistik sebagai ilmu yang mempelajari bahasa juga telah banyak memberikan sumbangsih dalam membantu kita mendeteksi kebohongan. Berikut adalah 5 linguistics cues atau penanda kebahasaan yang dapat membentu kalian mendeteksi sebuah kebohongan.

  1. Pernyataan Negatif
Photo by Kat J on Unsplash

Pernyataan negatif disini memiliki arti pernyataan yang menunjukkan keengganan terhadap suatu objek, orang atau pendapat, seperti penolakan, pernyataan yang meremehkan, dan pernyataan yang menunjukkan suasana hati yang negatif. Vrij (2008) mengatakan seseorang yang berbohong sering merasa bersalah atau terkadang takut ketahuan. Rasa bersalah dan ketakutan adalah emosi negatif dan dapat bocor secara lisan oleh pembohong yang membuat komentar negatif.

Dalam bukunya, Vrij memberi contoh melalui pernyataan Nixon terkait skandal Watergate. Nixon mengatakan, “I am not a crook.” (Saya bukan bajingan) ketimbang “I am an honest man.” (Saya orang yang jujur) atau pernyataan dengan perasaan positif lainnya.

De Paulo dan Lindsay, et al, (2003) juga menunjukkan hasil dimana seorang pembohong cenderung memberikan pernyataan-pernyataan yang bersifat negatif. De Paulo dan Lindsay juga menunjukkan dalam temuan mereka kalau emosi negatif yang dialami seorang pembohong juga dapat membuat mereka memberikan jawaban yang tidak jelas dan tidak masuk akal.

2. Penggunaan Kata Yang Bersifat Umum

Umum berarti tidak spesifik. Misalnya, ‘selalu’ adalah contoh kata yang umum, dibandingkan 2 kali sebulan, atau frekuensi lainnya, yang bersifat spesifik. Kata ganti orang seperti ‘semua orang’, atau ‘tidak semua orang’ bersifat umum, dibandingkan kata ganti spesifik, seperti ‘saya’, ‘kamu’, dan lain-lain. Contoh dalam percakapan bisa seperti:

A: Apakah Anda merokok?
B: Tidak ada orang yang merokok di keluarga saya.

Vrij mengatakan kalau seorang pembohong memiliki dua pilihan: berbicara atau tidak. Pilihan tidak berbicara dapat dianggap sebagai suatu hal mencurigakan, tetapi kalau berbicara sembarangan juga akan membuat kebohongan terbongkar. Maka dari itu, menurut Vrij, seorang pembohong akan mencoba mengeneralisir pernyataannya (seperti ,”Semua orang melihatnya,”, “Tidak ada siapapun yang melihatnya”, “Setiap hari, korban melakukan X”, dan lain-lain) untuk berbicara sambil memberikan detil sesedikit mungkin agar kebohongannya tidak terbongkar.

Berkaitan dengan poin nomor 1, seorang pembohong mungkin juga merasa bersalah dengan apa yang Ia lakukan. Hal ini membuat dirinya ingin terlepas dari hal yang Ia lakukan. Vrij mengatakan seorang pembohong dapat melakukan hal ini dengan tidak merujuk pada dirinya sesering mungkin dan merujuk pada orang lain yang bersifat umum, seperti semua orang, orang-orang di daerah A, dan lain-lain, ketimbang merujuk pada dirinya sendiri secara spesifik.

3. Relevansi dan Konsistensi Pernyataan

Photo by Joshua Hoehne on Unsplash

Terkait dengan poin nomor 2, seorang pembohong mungkin akan memberikan pernyataan bersifat relevan, atau to the point. Vrij mengatakan jika seseorang tidak pandai atau ahli dalam merangkai kebohongan, maka ada kemungkinan dia akan berputar-putar dengan memberikan informasi yang tidak relevan untuk tetap berbicara tanpa memberikan detil-detil yang penting. Ketika berbicara pun, seorang pembohong akan cenderung memberi pernyataan yang bersifat umum.

Pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ini, menurut Vrij, akan membantu pembohong untuk mengingat pernyataannya dengan lebih mudah ketika Ia ditanyain lagi tentang pernyataan tersebut. Keberhasilan seorang individu dalam menghasilkan pernyataan yang memiliki informasi yang sama dapat meningkatkan kredibilitas individu tersebut.

Tetapi, keberhasilan mereproduksi pernyataan-pernyataan sebelumnya tidak selalu menjadi ciri jujur atau tidaknya seseorang. Vrij mengatakan jika seseorang terlalu konsisten maka kemungkinan individu tersebut sedang berbohong dapat muncul karena dia hanya mengatakan hafalan atau skrip yang sudah Ia buat sebelumnya. Sebaliknya, tidak selalu konsisten dalam memberikan pernyataan dapat menjadi indikasi bahwa individu tidak berbohong menurut hipotesis repeat versus reconstruct (Granhag, Stromwall, & Jonsson, 2003) dimana seseorang merekonstruksi kejadian ketimbang mengulangi apa yang harus dia katakan.

4. Panjang Pernyataan

Spoorer dan Schwandt (2006) menunjukkan dalam analisis mereka bahwa ada korelasi, walaupun kecil, antara panjang pernyataan dengan usaha untuk berbohong. Hal ini terkait dengan usaha pembohong untuk dapat mereproduksi lagi pernyataan-pernyataan sebelumnya untuk dapat meningkatkan kredibilitasnya, walaupun hal ini tidak selalu benar seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya. Pernyataan yang pendek dan tidak detil tentu akan lebih mudah ketimbang pernyataan panjang dan detil.

5. Konsistensi Antara Dua Individu Atau Lebih

Photo by Sebastian Herrmann on Unsplash

Jika konsistensi pernyataan seorang individu dapat dinilai bagus, hal sebaliknya terjadi ketika melibatkan lebih dari satu individu. Vrij mengatakan konsistensi antara dua individu atau lebih malah dapat menunjukkan adanya kebohongan. Alasannya adalah karena para individu tersebut memiliki kemungkinan untuk membuat persetujuan tentang apa-apa saja yang dapat mereka sampaikan.

Para individu yang pernyataan berbeda satu sama lain malah bisa menjadi ciri bahwa mereka bukanlah pembohong. Vrij mengatakan orang yang tidak berbohong cenderung membuat pernyataan yang subjektif (hipotesis repeat versus reconstruct), sehingga akan sangat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Orang-orang yang tidak berbohong dapat membangun kejadian dengan menggunakan ingatan dan perspektif mereka masing-masing.

Itu dia 5 penada kebahasaan yang dapat membantu kamu untuk menilai pernyataan seseorang. Kebohongan adalah sesuatu yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Kebohongan tidak selalu bersifat buruk, tetapi tahu apa-apa saja yang mungkin menjadi kebohongan dapat membantu kita untuk bisa menjaga diri lebih baik.

Penanda-penanda kebahasaan di atas tidaklah bersifat mutlak. Tetapi, penanda-penada tersebut merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh ilmuwan dan melewati proses pengecekan yang dalam. Jadi, kita setidaknya dapat mempercayai peran penanda-penanda kebahasaan di atas dalam usaha untuk berbohong.

Referensi

DePaulo, B. M., Lindsay, J. J., Malone, B. E., Muhlenbruck, L., Charlton, K., & Cooper, H. (2003). Cues to deception. Psychological bulletin, 129(1), 74.

Granhag, P. A., Strömwall, L. A., & Jonsson, A. C. (2003). Partners in Crime: How Liars in Collusion Betray Themselves 1. Journal of Applied Social Psychology, 33(4), 848–868.

Sporer, S. L., & Schwandt, B. (2006). Paraverbal indicators of deception: A meta‐analytic synthesis. Applied Cognitive Psychology: The Official Journal of the Society for Applied Research in Memory and Cognition, 20(4), 421–446.

Vrij, A. (2008). Detecting lies and deceit: Pitfalls and opportunities. John Wiley & Sons.

--

--

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa

Senang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru dan mengonsumsi anime dan manga dengan porsi yang wajar.