Mendefinisikan Bahasa : Pola Dualitas

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa
Published in
4 min readNov 30, 2020

Komponen bahasa yang paling kecil adalah bunyi. Dalam Linguistik, bunyi dibagi ke dalam dua kelompok yang saya yakin pembaca sudah kenal: vokal dan konsonan. Untuk mengenal lebih jauh soal bunyi dalam bahasa, mari kita lihat gambar di bawah.

IPA Vowel Chart
bunyi vokal yang dapat diproduksi manusia

Gambar diatas adalah kumpulan bunyi vokal yang berhasil diidentifikasi dari sekian banyaknya bahasa natural (bahasa manusia).

Bagaimana cara membacanya? Pertama, kalau diperhatikan baik-baik, bentuk dari bagan di atas tampak seperti bentuk di dalam mulut manusia. Di atas kita melihat dua ekstrim: front (depan) dan back (belakang). Di sebelah kiri, adalah seberapa terbuka mulut saat menghasilkan bunyi konsonan dengan dua ekstrim: close (tertutup) dan open (terbuka) . Jadi, bunyi /a/, misalnya dihasilkan saat mulut terbuka lebar dan lidah berada di bawah. Bunyi /i/ dihasilkan saat posisi mulut tertutup dengan lidah berada di bawah, dan seterusnya untuk bunyi vokal yang lain.

Sekarang, mari kita beralih dari bagan vokal ke bagan konsonan di bawah ini.

IPA Consonant Chart
Bunyi konsonan yang dapat dihasilkan oleh manusia

Gambar diatas menunjukkan kumpulan bunyi konsonan yang dapat dihasilkan oleh manusia.

Bagaimana cara membacanya? Kolom di atas (Bilabial, Labiodental, dst) adalah tempat dimana suara dihasilkan. Bilabial, misalnya, berarti dwi (Bi) bibir (labial). Suara Bilabial dihasilkan ketika bibir atas dan bibir bawah saling bersentuhan. Lalu, di sebelah kiri, adalah bagaimana udara dilepaskan. Plosive, misalnya, berarti melepaskan udara sepenuhnya dalam satu tarikan napas.

Sekarang, coba anda bunyikan suara /p/. Rapatkan bibir anda, dan keluarkan udara secara sekaligus. Anda mungkin menyadari pipi anda akan menggembung jika anda menahan udara dalam mulut anda saat akan mengeluarkan bunyi /p/.

Yang lebih menarik, coba anda lakukan bunyi nasal, yang artinya udara dikeluarkan melalui hidung. Coba anda bunyikan suara /m/, /n/ dan /ɳ/ (seperti suara /ng/ dalam kata ngantuk). Saat anda membunyikan, suara-suara tersebut, coba tutup hidung anda. Anda pasti kesulitan menghasilkan ketiga suara tersebut saat hidung anda tertutup. Itulah mengapa kadang ketiga bunyi diatas kadang sulit dihasilkan atau kadang berubah bunyinya ketika anda terserang flu atau pilek.

Dua bagan diatas, bagan vokal dan konsonan, dihasilkan oleh asosiasi yang disebut IPA (International Phonetic Association). Kedua bagan sangat membantu ahli bahasa yang meneliti bidang Fonetik/Fonologi, karena siapapun dapat membaca simbol-simbol yang merepresentasikan bunyi dalam bahasa apapun selama Ia bisa membaca simbol-simbol dalam bagan vokal dan konsonan.

Satu hal yang harus diperhatikan adalah bunyi tidak mewakili huruf. Pembaca pasti sadar saya menggunakan lambang // ketika menulis bunyi. Hal ini dilakukan untuk membedakan antara bunyi dengan huruf. Kenapa? Karena terkadang huruf tidak dibunyikan sebagaimana digambarkan dalam bagan IPA. Misalnya bunyi /p/ dan huruf p. Dalam bahasa Indonesia, huruf p lebih sering dibunyikan dengan bunyi /p/. Tetapi, dalam bahasa Inggris, huruf p kadang tidak dibunyikan, misalnya dalam kata pneumonia dan psychology.

Jadi, ini semua maksudnya apa?

Kita kembali sejenak ke tulisan sebelumnya. Chomsky mengatakan bahwa bahasa adalah kumpulan kalimat yang jumlahnya terhingga atau tak hingga, yang masing-masing kalimat memiliki panjang yang terhingga yang terbuat dari elemen-elemen yang jumlahnya terhingga. Bunyi adalah salah satu elemen yang dimaksud

Kumpulan fonem dalam Bahasa Indonesia
Kumpulan Fonem Indonesia[1]

Simpelnya, bunyi itu ibarat potongan lego. Potongan lego dalam bahasa Indonesia ada 33 jenis (sejauh yang diidentifikasi dan dideskripsi). Potongan lego yang jumlahnya 33 ini bisa membentuk kurang lebih 110.538 kata menurut KBBI, dan besar sekali kemungkinan angkanya lebih dari ini karena ada kata-kata yang tidak masuk ke dalam KBBI, dan besar sekali juga kemungkinan kata-kata ini bertambah seiring trend baru atau teknologi baru muncul, dan besar sekali kemungkinan jumlah kata ini bertambah karena (masukkan alasan kemungkinan menambahnya kosa kata dalam bahasa Indonesia di masa depan disini).

Intinya, 33 potongan lego ini memungkinkan orang Bahasa Indonesia membuat kata yang jumlahnya tidak terhitung.

Dalam Linguistik, konsep ini kemudian dikenal dengan nama Pola Dualitas.

Pola Dualitas adalah fitur bahasa dimana penutur menggabungkan unit yang tidak bermakna untuk membuat sesuatu yang bermakna. Pola Dualitas adalah ciri yang membuat bahasa manusia unik.

Orang bilang 0 ditambah 0 tetaplah 0. 0 diikuti oleh angka 0 tetaplah 0, betapa banyak angka 0 yang anda tambahkan. Bunyi individu dalam bahasa itu ibarat 0, tidak memiliki makna apapun. Tapi, dalam kasus bahasa, sebuah bunyi (0) bisa diikuti dengan bunyi (0) yang lain untuk membentuk sesuatu yang bermakna, dalam kasus ini kata.

Coba perhatikan kembali gambar diatas. Di kolom phoneme adalah daftar-daftar bunyi dalam bahasa Indonesia. Di sebelah kanannya, adalah kolom word, dan diikuti phoneme sequence. /s/ dalam kolom phoneme tidak memiliki makna apapun. Tetapi, /s/ dalam kolom phoneme sequence bergabung dengan phoneme yang lain (/a/ dan /y/) untuk membuat sesuatu yang bermakna, yaitu kata ‘saya’.

Pola Dualitas sangat identik ketika ahli bahasa membicarakan soal keunikan bahasa manusia. Bagaimana maksudnya?

Singkatnya, sejauh ini masih belum ditemukan hal serupa dalam bahasa selain bahasa manusia. Ilmuwan masih belum bisa menemukan atau mengidentifikasi potongan lego dalam bahasa hewan yang kemudian dapat digunakan oleh hewan terkait untuk membentuk unit makna yang lebih besar.

Referensi:

[1] Lestari, D. P., Iwano, K., & Furui, S. (2006, August). A large vocabulary continuous speech recognition system for Indonesian language. In 15th Indonesian Scientific Conference in Japan Proceedings (pp. 17–22).

--

--

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa

Senang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru dan mengonsumsi anime dan manga dengan porsi yang wajar.