Mendefinisikan Bahasa: Studi Tentang Makna

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa
Published in
6 min readDec 7, 2020

Seperti yang semua orang tahu, kata dan kalimat memiliki makna.

Bagaimana kita tahu makna sebuah kata? Tentu saja dengan mencari kata tersebut di dalam kamus. Gampang, kan?

Dictionary opened
Semua makna kata ada di dalam kamus. Atau tidak?

Tunggu dulu. Bukannya kamus itu dibuat oleh orang juga? Lalu bagaimana cara orang yang membuat kamus mencari makna kata yang akan dimasukkan ke dalam kamus yang akan digunakan oleh kita untuk mencari makna kata yang sedang kita cari? Apakah ada kamus untuk para pembuat kamus?

Saya kurang yakin apakah kamus demikian itu ada atau tidak. Tetapi yang jelas, para pembuat kamus memiliki caranya sendiri untuk mencari makna sebuah kalimat. Mereka tentunya harus paham dengan Semantik.

Semantik adalah bidang studi dalam Linguistik yang mempelajari tentang makna kata dan kalimat. Mungkin anda berpikir bahwa Semantik akan memberikan gambaran tentang pertanyaan terbesar umat manusia: Apa makna hidup? Sayangya, Semantik tidak akan memberikan jawaban yang anda harapkan seperti kalimat-kalimat motivasi yang dijadikan foto sampul orang-orang untuk laman media sosialnya. Tetapi, Semantik tertarik untuk melihat apa yang makna dari kalimat ‘Apa makna hidup?’. Pertanyaan tersebut bisa dibuat lebih spesifik dengan menanyakan apa makna ‘hidup’ dalam kalimat tersebut? Apa makna ‘makna’ dalam kalimat tersebut? Seperti yang kita tahu, kedua kata tersebut memiliki lebih dari satu makna. Mungkin anda sekarang menyadari bahwa Linguistik memiliki kebiasaan untuk membuat semua yang tampak simpel menjadi ribet.

Jadi bagaimana Linguistik mempelajari makna?

Pertama, makna dalam Linguistik secara dasar terbagi ke dalam dua jenis: makna penutur dan makna kata. Makna yang dipelajari Semantik adalah makna kata.

Bagaimana Semantik mempelajari makna kata?

Dalam Semantik terdapat dua konsep dasar yang sangat penting: sense dan reference. Sense adalah gambaran yang dimiliki seseorang di dalam pikirannya tentang sesuatu, sementara reference hubungan antara sense dengan objek di dunia nyata. Sebagai contoh, misalkan anda sedang menyebrang jalan dan tiba-tiba ada orang berteriak dari belakang anda, “Awas ada mobil!”. Sebelum anda melihat mobil yang sedang melaju ke arah anda, anda pasti punya bayangan tentang sebuah mobil. Inilah yang dimaksud dengan sense. Anda kemudian menoleh ke arah mobil yang sedang melaju ke arah anda. Bertemunya sense dengan objek mobil yang sedang melaju ke arah anda itulah yang disebut dengan reference.

Objek yang ditunjuk oleh reference tidaklah selalu bersifat fisik. Sebuah kata bisa saja tidak memiliki objek fisik dalam dunia nyata. Sebut saja seperti konsep abstrak (imut, lucu, keadilan, kedamaian, dll) dan preposi (di, ke, dari, dll).

Greyish cat with yellow eyes hiding under the blanket
Apakah kucing ini anda anggap imut? Atau lucu?

Lalu, bisa saja satu sense memiliki banyak objek yang ditunjuk. Bayangkan anda menemukan sekumpulan anak kucing yang sangat menggemaskan. Anda kemudian berkata, “Kucingnya lucu banget yah.” Kucing mana yang anda maksud? Apakah kucing yang berwarna hitam-putih? Atau kucing yang berwarna abu-abu? Atau mungkin kucing yang berwarna jingga?

Kucing mana yang anda sebut lucu?

Hubungan satu-banyak juga bisa berlaku sebaliknya. Bisa saja beberapa sense merujuk pada satu objek yang sama. Misalkan anda punya kucing. Anda menamainya ‘Loreng’. Tetapi, ibu anda memanggilnya ‘Oneng’ ketika memberinya makan. Adik anda yang masih kecil suka memanggilnya ‘Empus’ saat bermain dengannya. Ayah anda memanggilnya ‘tukang rusak taman’ karena si kucing suka menghancurkan taman depan rumah yang dirawat Ayah. Keempat kata tersebut, Loreng, Oneng, Empus, dan tukang rusak taman, merujuk pada satu objek yaitu kucing anda.

Loreng, Oneng, Empus, dan tukang rusak taman

Sense dan reference adalah dua konsep dasar yang sangat penting dalam Semantik bagi siapapun yang ingin berbicara soal makna. Kedua konsep tersebut dapat membantu seseorang yang ingin mempelejari makna sebuah kata dengan meneliti sense kata tersebut dan melihat reference kata tersebut dengan objek yang dimaksud.

Dari sense dan reference kita bisa mengembangkan alat-alat lain untuk menelaah makna. Mari kita kunjungi beberapa contoh diatas.

Dalam kalimat ‘Awas ada mobil!” misalnya, anggap saja anda yang mengatakan hal tersebut kepada orang yang akan menyebrang. Saat anda mengatakan hal tersebut, bayangan mobil seperti apa yang terlintas di pikiran anda? Atau lebih gampangnya, apa yang membuat sebuah mobil itu disebut mobil? Mungkin anda akan langsung membuka KBBI dan menjawab bahwa mobil adalah “kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesinnya; oto; otomobil”. Tapi bagaimana dengan mobil beroda tiga? Atau bahkan mobil beroda dua? Bagaimana dengan mobil listrik? Atau lebih ajaibnya, bagaimana dengan mobil yang dapat terbang? Apakah truk termasuk mobil? Bagaimana dengan bus? Bagaimana bayangan anda tentang mobil?

Mobil beroda dua yang biasa disebut gyrocar. Apakah anda menganggap ini mobil? Apakah ini bayangan anda tentang mobil?

Dalam Semantik, konsep Ekstensi dan Prototipe dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Ekstensi merujuk pada semua kemungkinan yang dapat dirujuk oleh suatu predikat. Ekstensi dari mobil adalah semua kendaraan yang disebut mobil dan memiliki kemungkinan disebut mobil. Prototipe adalah salah satu objek dari ekstensi sebuah predikat yang dianggap paling tipikal. Ketika berkata mobil misalnya, anda akan langsung membayangkan mobil merk Avanza atau mungkin sebagian akan langsung membayangkan sedan BMW. Kedua konsep tersebut dapat membantu kita untuk mencari apa yang bisa dimaksud oleh sebuah predikat.

Apakah mobil ini cukup tipikal untuk anda?

Sekarang, mari kita kembali mengunjungi sense dan membahas hubungan sense yang bisa muncul.

Hubungan yang pertama adalah Sinonim. Pembaca pasti telah mendenger konsep tersebut. Hubungan Sinonim adalah hubungan dua atau lebih predikat yang memiliki sense yang sama. Misalnya kata ‘kontradiksi’ bersinonim dengan ‘pertentangan’, ‘krusial’ dengan ‘penting’, ‘kuno’ dengan ‘antik’.

Hubungan yang sebaliknya pun dapat terjadi. Jika dua atau lebih kata memiliki sense yang bertentangan, maka mereka memiliki Hubungan Antonim. Hubungan Antonim tidak hanya sekedar ‘Jika tidak X, maka Y’ seperti ‘Jika tidak benar, maka salah’. Misalnya dalam hubungan Antonim antara panas dan dingin. ‘Jika tidak panas, maka dingin’. Apakah pernyataan tersebut selalu benar? Tentu tidak. Bisa saja sesuatu memiliki sifat hangat (tidak panas dan tidak dingin). Cinta dan benci? Anda bisa saja memiliki perasaan biasa-biasa saja pada seseorang, tidak harus memilih antara cinta atau benci.

Teh hangat. Teh yang tidak panas dan tidak dingin.

Makna sebuah kata juga bisa saja menjadi bagian dari makna kata yang lain. Misalnya sense kata ‘merah’ merupakan bagian dari sense kata ‘warna’. Gampangnya, merah adalah bagian dari warna, namun tidak semua bagian dari warna itu adalah merah, misalnya oren. Atau kata ‘kucing’, misalnya. ‘Kucing’ adalah bagian dari ‘hewan’. Jadi ketika ada seseorang yang menyukai kucing, bisa dikatakan bahhwa dia juga menyukai hewan. Tetapi, ketika orang mengatakan dia menyukai hewan, belum tentu dia menyukai kucing. Bisa saja orang tersebut menyukai serigala kutub.

Serigala Arktik adalah hewan

Begitulah beberapa cara Semantik mempelajari sebuah makna. Alat paling sederhana dalam Semantik adalah konsep sense dan reference yang dapat melihat konsep atau bayangan yang dimiliki oleh manusia dan hubungannya dengan objek di dunia nyata. Dari kedua konsep tersebut, kita dapat mengembangkan alat-alat lainnya untuk melihat hubungan-hubungan antara satu kata dengan yang lainnya.

--

--

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa

Senang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru dan mengonsumsi anime dan manga dengan porsi yang wajar.