Mendefinisikan Bahasa: Universal Grammar

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa
Published in
5 min readDec 31, 2020

Ketika melihat seorang bayi, pembaca mungkin berpikir betapa ̶m̶e̶n̶y̶e̶b̶a̶l̶k̶a̶n̶ ̶d̶a̶n̶ ̶b̶e̶r̶i̶s̶i̶k̶n̶y̶a̶ lucu dan imutnya makhluk satu ini. Tetapi, pembaca mungkin tidak atau belum pernah membayangkan bahwa bayi tersebut adalah salah satu mesin komputasi yang memiliki kemampuan kognitif yang sangat besar.

Photo by Peter Oslanec on Unsplash

Apakah betul seorang bayi memiliki kemampuan kognitif yang luar biasa? Dari sisi Linguistik, ya. Kemampuan belajar bahasa seorang bayi masih terus menjadi perhatian utama ahli bahasa yang meniliti bidang pemrolehan bahasa pertama.

Untuk menjelaskan itu semua, kita harus membahas beberapa hal.

Apakah pembaca ingat pertama kali pembaca berbicara? Bagaimana dengan ingatan tentang pertama kali berbicara dalam kaidah tata bahasa Indonesia dan menghasilkan ujaran yang dapat dimengerti oleh penutur bahasa Indonesia?

Mari kita pindah pada bayi di atas.

Pembaca mungkin sudah punya bayi atau mungkin memiliki keponakan yang masih berusia bayi. Apakah dalam periode tersebut pembaca pernah memberi pelajaran bahasa Indonesia atau tentang kebahasaan pada bayi tersebut? Akan luar biasa jika pembaca memberi materi tentang kalimat majemuk bertingkat pada seorang bayi.

Apakah pembaca pernah mengajar seorang bayi dengan buku ini?

Tapi, bukannya ingatan kita yang masih dapat kita akses menunjukkan kita belajar bahasa demikian? Di sekolah kebanyakan dari kita belajar bahasa melalui buku, dengan mengerjakan soal di buku, dan latihan dengan mengulang contoh dari buku.

Tapi tentu saja anda tidak sekolah sejak bayi.

Bagaimana pembaca mempelajari bahasa saat anda belum masuk sekolah dan mengenal istilah kata, kalimat, dan pola kalimat SPOK?

Noam Chomsky memberikan jawabannya terkait kemampuan seorang bayi untuk mempelajari bahasa dengan begitu cepat. Ia mengatakan bahwa manusia secara biologis dan genetik memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa. Ia mendasari argumennya dengan pengamatan yang sangat simpel: seorang bayi tidak mungkin telah mendengar seluruh kalimat yang dapat dikonstruksi dalam suatu bahasa. Lingkungan tempat bayi tumbuh dan berkembang pun tidak sepenuhnya memberikan gambaran tentang bahasa sekitar yang benar. Terkadang kita membetulkan kalimat kita sendiri seperti, “Menurut kamu, kita mesti pulang ka— kita pulang sekarang aja yuk mending.”. Chomsky menyebut argumennya ini sebagai poverty of stimulus (kemiskinan stimulus)

Singkatnya, seorang bayi dapat menguasai bahasa ibunya walaupun input yang diterimanya tidak lengkap dan ataupun sempurna.

Seorang bayi di Indonesia dapat menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya, begitu pula dengan bayi di Jepang dengan bahasa Jepang, dan bayi lain di belahan dunia lain dengan bahasa ibunya sendiri. Melihat fenomena ini, Chomsky kemudian mengatakan bahwa seorang bayi adalah seorang universalis dari segi bahasa. Seorang bayi dapat memperoleh bahasa ibunya tergantung bahasa apa yang digunakan di lingkungannya. Kemampuan universal seorang bayi untuk mempelajari bahasa ini kemudian diberi nama Universal Grammar (Tata Bahasa Universal).

Fenomena seorang bayi sebagai seorang yang universalis dalam segi bahasa juga terdokumentasi dalam beberapa penelitian: salah satunya adalah yang dilakukan oleh Dr. Patricia Kuhl. Penelitian Dr. Kuhl mengamati pemahaman konsonan /r/ dan /l/ pada bayi Amerika dan Jepang. Kedua konsonan tersebut dapat dikatakan sangat umum dalam bahasa Inggris. Tetapi, dalam bahasa Jepang kedua konsonan tersebut terdengar sama. Studinya menunjukkan bahwa dalam usia kurang dari 6 bulan, bayi Amerika dan Jepang dapat membedakan kedua bunyi tersebut. Tetapi, begitu sudah menginjak usia 6 bulan atau lebih, kedua bayi tersebut kemudian menunjukkan performa yang berbeda. Bayi yang lahir di Amerika dan memiliki bahasa inggris sebagai bahasa ibu, menunjukkan peningkatan dalam memahami perbedaan antara bunyi /r/ dan /l/. Bayi yang lahir di Jepang dan memiliki bahasa Jepang sebagai bahasa ibunya ditemui menurun dalam kemampuan mengidentifikasi perbedaan antara bunyi /r/ dan /l/.

Studi ini kemudian menjadi salah satu bukti yang cukup kuat tentang adanya Tata Bahasa Universal. Ketika seseorang lahir, mereka adalah universalis dalam segi bahasa. Seiring mereka berkembang, mereka menjadi ‘spesialis’ dalam bahasa ibunya.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana seorang bayi mempelajari bahasa ibunya?

Noam Chomsky memaparkan idenya tentang Language Acquisition Device (Alat Pemrolehan Bahasa). Alat Pemrolehan Bahasa (ALP) adalah yang menyimpan semua kemungkinan tata bahasa yang kemudian. Ketika seorang bayi mendengar ucapan atau perilaku bahasa di lingkungannya, ALP akan kemudian mencocokkan ucapan/perilaku bahasa tersebut dengan tata bahasa yang sesuai, misalkan tata bahasa Indonesia.

Berdasarkan ide tersebut, seperti yang sudah dipaparkan di artikel tentang sintaksis, Chomsky mengatakan kalau tugas ilmu Linguistik adalah untuk menemukan struktur dari ALP ini. Setiap penemuan terkait struktur tata bahasa ALP ini berarti satu langkah menuju pemahaman kita terhadap kemampuan manusia dalam menggunakan bahasa.

Ide Chomsky yang terdengar intuitif dan menakjubkan ini bukannya tanpa kontroversi.

Salah satu kritik yang paling penting untuk Tata Bahasa Universal dan ALP adalah tidak ada cara bagi para ilmuwan untuk menguji hipotesis Chomsky. Geoffrey Sampson mengatakan bahwa Tata Bahasa Universal hanya menunjukkan generalisasi dari deskripsi tata bahasa yang sudah ada, bukan tentang kemungkinan apa yang dapat dilakukan dalam suatu tata bahasa. Kritik juga muncul dari penelitian yang menunjukkan bahwa seorang bayi mempelajari bahasa melalui metode generalisasi dan distribusi ketimbang suatu mekanisme yang bekerja untuk mencocokkan satu ujaran dengan satu tata bahasa dalam ALP. Terkait dengan pernyataan Geoffrey, satu-persatu sifat universal dari Tata Bahasa Universal juga mulai berjatuhan seiring munculnya temuan yang menunjukkan sebaliknya, salah satu yang paling populer dan masih terus berlanjut adalah sifat rekursi yang dibahas dalam artikel tentang sintaksis dengan temuan dalam bahasa Piraha.

Walaupun banyak mendapat kritik, dan salah satu yang bisa dianggap paling keras bagi hipotesis saintifik yaitu tidak dianggap saintifik, ide Chomsky tentang Tata Bahasa Universal masih terus bertahan. Salah satu bidang yang masih terus mengamini ide Chomsky adalah bidang yang terkait tentang Kecerdasan Buatan dan Pemrosesan Bahasa Alami.

Dari ide Chomsky, lahir struktur-struktur simpel yang dapat menghasilkan model bahasa yang sangat besar, seperti Aturan Struktur Frasa. Beberapa ilmuwan juga mengatakan bahwa kebenaran ide Chomsky bisa dibuktikan dengan mengkomputasikan model pemrolehan tata bahasa.

Steven Pinker, penulis buku The Language Instinct, memberikan pandangannya terkait Tata Bahasa Universal. Ia mengatakan bahwa Ia melihat ide Chomsky tentang kemampuan seorang bayi untuk mempelajari bahasa sebagai inti dari ide Chomsky. Ia mengatakan jika kita berhasil membuat model komputasi pemrolehan bahasa, memasukkan kalimat dan biarkan komputer menemukan pola tata bahasa terkait, maka kita akan semakin dekat menuju pemahaman tentang kemampuan manusia mempelajari bahasa.

Ide Chomsky sangatlah kontroversial, tetapi setidaknya idenya membuka diskusi dan debat tentang keajaiban manusia untuk memperoleh bahasa.

--

--

Lutfhi Variant Hanif
BahasBahasa

Senang menghabiskan waktunya untuk mempelajari hal-hal baru dan mengonsumsi anime dan manga dengan porsi yang wajar.