Negara Maritim Hanya Cocok Jika Masyarakatnya Inovatif Jadi Produsen Layaknya Makers

Imanzah Nurhidayat
Maker Indonesia 
Published in
3 min readAug 7, 2014

Menjadi negara maju adalah adidaya aspirasi bagi bangsa Indonesia. Inilah kemenangan sebagai negara adidaya yang dicita-citakan oleh para pahlawan bangsa dan juga menjadi aspirasi luhung rakyat Indonesia. Untuk mencapainya perlu strategi jitu untuk membawa Indonesia menjadi pemenang dalam perekonomian dunia. Adidaya dari aspirasi memang penting untuk memunculkan pilihan-pilihan seperti yang diperlihatkan dalam ilustrasi visual thinking Buku manajemen strategi Playing To Win yang ditulis oleh Roger Martin di bawah ini . Adidaya adalah bentuk aspirasi kuat yang bermental juara.

Sudah sejak lama berkembang aspirasi mengenai strategi bagaimana mungkinnya Indonesia menjadi negara maju dengan menitikberatkan kapasitas dan kemampuan akan transaksi perdagangan lintas pulau dengan moda transportasi laut. Negara kita, Indonesia, gencar dibanggakan sebagai negara maritim dengan sumber daya alam pantai dan pulau yang eksotis nan luas serta menyebar penuh dengan kekayaan maritim yang luar biasa. Jadi, bagaimana mungkinnya Indonesia menjadi negara maju dengan memanfaatkan sumber daya alam maritim ?

Mari kita lihat contoh kemampuan Swiss dalam mengelola sumber daya alamnya. Swiss adalah Negara yang tidak menghasilkan cacao namun penduduknya sangat menggemari coklat dan industrinya berkemampuan tinggi mengolah coklat dengan susu sehingga menjadikan Swiss sebagai Chocolate Country yang berpengaruh terhadap pasar coklat dunia. Swiss memberi contoh strategis bahwa tidak serta-merta sumber daya alam yang melimpah dimajukan dan dijadikan keunggulan suatu negara. Bagi Indonesia sekalipun, untuk menjadi negara maritim selain bertolak ukur dari limpahan kekayaan sumber daya alam maritim di Indonesia namun juga dibutuhkan kapabilitas tinggi menunjang perdagangan maritim sebagai strategi juara sebagai negara adidaya dalam perdagangan global.

Perdagangan maritim membutuhkan kumpulan pilar kapabilitas yang kokoh menopang seperti : riset keilmuan dan pendidikan, ketersediaan material, desain dan pembuatan kapal, jasa-jasa maritim, hingga pembuatan instrumentasi maritim. Industri maritim yang tidak berlandaskan riset keilmuan akan terseok keropos dengan melemahkan nilai tambah industri serta mematikan kreativitas orang-orang yang bekerja di sektor maritim. Bagaimana bisa berharap atas pertumbuhan nilai tambah dari perdagangan maritim jika segala sesuatu ketersediaan material utama dan infrastrukturnya diambil dari produksi negara lain?

Swiss memberikan contoh tepat strategi dalam membuat sendiri produk dari material dan infrastruktur yang tidak tersedia di dalam negerinya. Swiss tidak memilih sebagai Milk Country . Dengan banyaknya pilihan turunan produk dari susu maka Swiss memilih menjadi negara yang berkembang menjadi inovator dengan Milk Chocolate sehingga menjadikannya sebagai Chocolate Country — Negara yang justru melakukan impor cacao.

Indonesia bisa memulai dengan melahirkan banyak pilihan pemanfaatan daya saing dari sektor maritim. Membuat banyak pilihan adalah strategi dalam memilih produk dan jasa turunan maritim yang tepat untuk menumbuhkan lapangan kerja dan meningkatkan kontribusi nilai tambah maritim dalam neraca perdagangan nasional.

Pilihan produk akan semakin banyak jika masyarakat Indonesia tidak dikenal sebagai negara konsumen. Jadilah pegawai yang di waktu luang berganti tangan dingin dengan membuat sendiri alat-alat instrumentasi maritim. Ada banyak sumber referensi dan tutorial untuk membuat GPS secara Do It Yourself (DIY) dimana dalam era Maker Movement ini material dan peralatan pabrikasi sudah tersedia umum dalam partai kecil dengan harga terjangkau yang bisa dikerjakan sambil santap di meja makan di rumah. Lalu lakukan volunteer dengan membagikan ilmu membuat GPS tersebut kepada para nelayan sehingga mereka tidak lagi ragu menggunakan GPS karena selama ini enggan membeli GPS buatan asing yang mahal. Ilmu DIY GPS akan menjadi penghadang nafsu konsumtif para nelayan yang ada juga selama ini membeli GPS.

Sejalan dengan konsistensi dari semangat membikin GPS sendiri maka industri instrumentasi maritim lokal pun dengan cepat akan terbentuk kuat dan berkelanjutan menjadi industri andalan nasional. Pemerintah jangan lagi terikat oleh dogma bahwa nelayan terus diberikan pelatihan dan dana hanya sekedar menahan mereka menjadi nelayan turun temurun melaut mencari ikan di laut hingga jauh yang sekarang sudah sulit menemukan banyak ikan di laut.

https://twitter.com/PORTALKBR/status/497390576879165441

Nelayan adalah Makers, bukan peternak. Kita semua adalah Makers.

We are all born Makers. Kenali aktivitas komunitas Maker Indonesia di http://meetup.com/makerindo

Photo : Indonesian Ship builder (credit : http://ichalisani.files.wordpress.com/2012/06/boatbuilding_panrang_luhuk2.jpg?w=610 )

--

--