Indonesia Green Tech Forum 2021, Upaya Mallsampah untuk Memperkenalkan Beragam Teknologi Hijau Karya Anak Bangsa di Momen Hari Bumi
Makassar, 22 April 2021 — Mallsampah, Recycling platform asal Makassar kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi platform teknologi hijau yang berpengaruh di Indonesia. berkaitan dengan momen Hari Bumi 22 April 2021, Mallsampah menyelenggarakan Indonesia Green Tech Forum, dengan melibatkan berbagai startup teknologi dan stakeholders.
Inisiatif ini diawali dengan kegigihan Mallsampah untuk menghadirkan solusi yang konkrit atas permasalahan lingkungan yang terjadi hari ini. Indonesia Green Tech Forum (IGTF) menghadirkan berbagai narasumber yang terdiri dari akademisi, ilmuwan, praktisi, dan yang tidak kalah penting, Founder dan CEO dari berbagai startup teknologi baik berbadan profit atau non profit.
Adi Saifullah Putra selaku Founder dan CEO Mallsampah mengatakan “Saat ini isu perubahan iklim dan krisis sampah global, tidak lagi terbatas pada diskusi penggiat lingkungan atau akademisi, isu ini seharusnya menjadi bagian penting dari sektor manapun, pemerintah, korporasi, startup teknologi, maupun masyarakat umum, kami percaya transformasi selanjutnya bukan hanya tentang digitalisasi, tetapi juga tentang “keberlanjutan” di semua sektor kehidupan”
Indonesia Green Tech Forum 2021 memiliki tema “Accelerating Transformation to A Sustainable World with Green Technology”. Tema ini sejalan dengan tema Hari Bumi untuk tahun 2021, yaitu “Restore Our Earth” atau Pulihkan Bumi Kita. Mallsampah melihat peluang yang besar untuk memulihkan kondisi bumi melalui teknologi hijau, atau seluruh upaya yang menggunakan teknologi dalam tujuan memperbaiki kondisi bumi saat ini.
IGTF dibuka oleh keynote speaker, Bapak Gita Wirjawan yang juga merupakan Advisor Mallsampah. Dalam pidatonya tersebut, beliau mengatakan bahwa “Inovasi teknologi digital saat ini berkembang dengan sangat pesat. Pengaruh Teknologi Artificial Intelligence, Blockchain, Bioteknologi, Fintech dan sebagainya seharusnya dapat dimanfaatkan oleh anak muda indonesia, untuk membawa kemajuan bagi bangsa, terutama dalam kaitannya dengan krisis iklim. Jika kondisi saat ini tidak berubah, generasi mendatang hanya punya waktu kurang lebih 50–60 tahun dari sekarang, jika dilihat berdasarkan kemampuan bumi kita menampung emisi karbon, harus ada inovasi dan gerakan yang masif dari seluruh stakeholders, termasuk masyarakat, untuk melawan krisis iklim bersama-sama.”
IGTF terdiri dari 3 sesi. Setiap sesi akan diwakili oleh ilmuwan dan beberapa praktisi dari organisasi yang bergerak sesuai dengan tema yang akan dibahas. Sesi 1 dengan tema Climate Tech Startup to Reduce Carbon Emission and Provide Clean Energy for Everyone menjadi pembuka sebagaimana halnya krisis iklim menjadi perhatian utama dunia saat ini.
Jumlah emisi karbon yang terus bertambah di atmosfer mengharuskan kita mencari solusi untuk menyeimbangkan jumlah karbon. Sesi satu diisi oleh Arfan Arlanda, CEO Jejak.in. “Saat ini masyarakat sudah bisa mengkalkulasikan jumlah karbon yang telah dihasilkan dan menggantinya dengan cara menanam pohon melalui aplikasi kami. Pohon tersebut dapat dimonitor pertumbuhannya setiap hari melalui aplikasi yang dapat diakses kapan dan di mana saja.”
Victor Wirawan, CEO Baran Energy juga mengatakan “Indonesia sebagai negara tropis dikaruniakan cahaya matahari yang berlimpah, Teknologi solar panel dan penyimpanan energi matahari dari Baran Energy memungkinkan masyarakat untuk menghemat biaya listrik sekaligus mendapatkan energi bersih.”
Sesi 2 dilanjut dengan tema Clean Tech Startup to Accelerate The Implementation of Circular Economy. Pembahasan di sesi kedua ini sejalan dengan program pemerintah pusat untuk Indonesia bebas polusi sampah di tahun 2025. IGTF menghadirkan berbagai inovasi teknologi hijau untuk mempercepat sirkuler ekonomi diantaranya Surplus, Guna Olah Limbah, dan Sustainable Waste Indonesia.
Dini Trisyanti, Direktur dari Sustainable Waste Indonesia menjelaskan bahwa terdapat empat elemen kunci percepatan daur ulang, yakni pendampingan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan persampahan, skema pembiayaan yang berkelanjutan dan berskala optimal, penciptaan nilai dan pasar, dan pelibatan publik.
Sedangkan sesi 3 dengan tema Global and Local Environmental Policy to Prevent Marine Pollution adalah bentuk kepedulian Mallsampah terhadap Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Sampah plastik yang mencemari laut akan berpengaruh langsung pada keanekaragaman hayati ekosistem laut, sehingga perlu dihadirkan solusi untuk mencegah dan mengatasi polusi laut yang terjadi saat ini.
Prof Jamaluddin Jompa, yang merupakan salah satu narasumber di sesi ketiga mengatakan bahwa “Indonesia berada dalam wilayah Coral Triangle yang memiliki habitat coral dan ekosistem laut yang sangat kaya. Bahkan kita dijuluki sebagai World Marine Biodiversity Hotspot. Namun sayangnya kita merupakan penghasil sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia. Hal ini seharusnya menjadi concern utama banyak pihak. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah National Action yang harus ditangani secara komprehensif, masif, terukur dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh pihak sehingga dapat mencapai target nasional, yaitu mengurangi 70% polusi sampah di laut pada tahun 2025.”
PT Coca-Cola Indonesia sebagai produsen minuman dalam kemasan yang diwakili oleh Public Affairs, Triyono Prijosoesilo mengatakan bahwa Coca-Cola menggunakan framework design, collect, and partner terhadap kemasan produknya. “Kami memiliki program plastic reborn yang bekerja sama dengan startup teknologi di sektor pengumpulan sampah seperti Mallsampah, Gringgo dan CleanUp untuk menciptakan sistem pengumpulan kemasan pasca konsumsi yang efektif dan menggunakan teknologi”.