Andil Media Dalam Perang Rusia — Ukraina

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readMar 30, 2022

Invasi negara Rusia ke Ukraina sejak bulan lalu memang tidak mengejutkan. Akumulasi masalah dan konflik yang sudah cukup lama diantara keduanya akhirnya memuncak dan diputuskan berperang, meskipun pihak Rusia selalu meng-klaim ini adalah invasi wilayah karena tidak menyerang warga sipil dan hanya usaha demiliterisasi saja.

Yang menjadi unik dalam konflik bersenjata dua negara ini adalah munculnya dua kubu pendukung. Ada pendukung Rusia dikarenakan tokoh Putin yang memang kharismatik, dan kemudian dicocokan dengan hadits Nabi terkait perang akhir zaman, yakni pasukan Rum yang berasal dari Timur.

Kubu lainnya adalah pendukung Ukraina. Bagaimanapun perang ataupun agresi tetaplah menyengsarakan rakyat, baik terlibat atau tidak, diserang atau tidak. Kebebasan menjadi terbatas dan kehidupan tidak lagi akan menjadi sama. Belum lagi masalah trauma dan kehilangan anggota keluarga karena terpisah akibat konflik.

Photo by Kevin Schmid on Unsplash

Yang akan menjadi fokus tulisan ini adalah alasan yang secara tidak langsung melatarbelakangi munculnya kedua kubu ini, Pendukung Rusia vs Pendukung Ukraina.

Secara pribadi aku menilai bahwa ini semua diawali dengan sumbangsih dan andil besar oleh media massa, khususnya media mainstream surat kabar, situs berita besar dan televisi. Namun jangan lupa disisi lain, kita punya media baru yang cukup berpengaruh dan (dinilai) dapat diandalkan untuk masa sekarang, yakni media sosial (twitter, facebook, tiktok, instagram). Kalau media mainstream terlihat seperti pendukung Ukraina, dan ini akan diamini oleh mayoritas penikmat berita bagi mereka yang sedikit anti media sosial, atau katakanlah sudah generasi Baby Boomers. Sedangkan media sosial akan lebih banyak menjadi pendukung Rusia, melalui cuitan dan berita dari masyarakat lokal yang berada di daerah konflik secara langsung, ini dianggap paling mewakili tanpa tendensi dan campur tangan politis apapun.

Media mainstream menciptakan pendukung Ukraina, dan media sosial menciptakan pendukung Rusia secara militan

Apakah ini berarti buruk? Tentu tidak. Ini malah membuktikan bahwa masyarakat (atau netizen) sudah pintar untuk memilah dan memilih berita yang akan dia konsumsi. Ini termasuk satu dari 9 elemen jurnalistik yang memang memandang bahwa pembaca berita sudah mengerti apa yang dia mau. Justru artinya ini menjadi tantangan bagi media mainstream untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat berita.

Plus apakah media mainstream bisa menjadi lebih netral daripada berita amatir yang dibuat dan di-share oleh netizen. Atau apakah media mainstream mampu untuk menutup celah keberpihakan terhadap kepentingan segelintir orang dalam membuat dan menyebarkan berita?

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress