Bancakan, Tradisi Yang Tidak Bisa Aku Ikuti

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readJan 19, 2020

Makan bersama sudah menjadi hal lumrah disini, namanya Bancakan. Tradisi ini seperti sudah menjadi kebiasaan yang “hampir wajib” dilakukan. Mulai dari merapatkan hubungan kekerabatan, mensyukuri lancarnya kegiatan, kadangkala juga ada yang bancakan dengan jadwal rutin perminggu. Ini dilakukan agar satu sama lainnya makin akrab.

Beberapa hari yang lalu, saat aku lagi mudik ke kampung istri karena ada hajatan keluarga juga sempat melakukan tradisi ini. Tapi lagi-lagi aku menolak untuk bergabung cukup melihat dari lingkaran luar saja. Ini karena alasan pribadi yang secara naluri terbentuk sejak kecil. Aku hampir tidak bisa makan bersama dengan orang lain, seperti sepiring berdua atau berbagi makanan. Pun halnya dengan satu gelas diminum beramai-ramai.

Aku selalu berpikir bahwa tradisi bancakan itu jijik karena banyak tangan didalamnya. Feel so disguisting to eat one food with too many hands.

Padahal kalau melihat menunya itu sangat menggugah selera. Ikan laut segar yang dibakar (rumah dekat dengan dermaga penangkapan ikan), nasi hangat dan sambal tomat. Kalaupun terpaksa bancakan di perumahan, biasanya aku akan minta duluan sebelum dihidangkan di alas daun, atau kalau bancakan di office aku selalu bawa nasi dan tupperware sendiri.

Apakah aku anti makan bersama? Tentu saja tidak. Sebenarnya aku sendiri sering masak dirumah, kemudian makan bersama, tapi dengan catatan, tidak memakai tangan dan tidak didalam satu wadah yang sama. Kecuali dengan orang-orang tertentu, misalnya Ibu atau istriku, ini jelas aku makan lahap.

Setelah sempat searching jujur aku heran juga ternyata bancakan ini memang lazim di daerah Jawa Barat. Menurut filosofinya, bancakan sering dilambangkan sebagai ucapan rasa syukur memperingati kelahiran anak. Keluarga yang ingin melakukan selamatan/syukuran tentu akan memasak nasi, lauk dan sayuran dalam porsi besar. Mereka akan duduk bersama secara melingkar dan makan dalam satu nampan besar. Dalam bancakan tidak ada batasan, karena semua dianggap memiliki status yang sama. Ini menunjukkan cerminan semangat gotong royong dan kerukunan. Tapi meskipun begitu, aku tetap tidak pernah mau ikut makan bancakan ini.

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on January 19, 2020.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress