Benarkah E-Toll Memudahkan?
E-Toll adalah sebuah kartu elektronik yang digunakan untuk membayar biaya toll, meski dewasa ini semua kartu pembayaran elektronik memiliki fungsi yang sama. Penggunaannya cukup ditempelkan (tap) kurang lebih 4 detik, lebih cepat dari pembayaran manual. E-Toll digunakan karena lebih efektif mengurangi biaya untuk mengumpulkan, menyetor dan melakukan penyimpanan uang hasil pembayaran toll.
Tapi benarkah E-Toll memang memudahkan?
Selalu ada dua perspektif yang dapat dilihat dari sebuah ide, positif dan negatif. Tapi bukan benar atau salah, karena perspektif tidak bisa diadu, mungkin bisa didebat tapi bukan untuk mencari siapa pemenangnya.
Sisi positif dari kartu pembayaran elektronik (selanjutnya disebut E-Toll) banyak, mulai dari kemudahan dan kecepatan pembayaran. Orang tidak lagi takut untuk membawa pecahan uang, dan juga tidak perlu lagi repot menghitung kembalian receh bahkan memikirkan kembalian yang nominalnya kadang ganjil. Beberapa komunitas kemudian melakukan inisiatif untuk membuat desain atas kartu ini, bisa dibilang kartu e-toll sekarang bisa menjadi identitas personal yang lebih prestise. Penggabungan antara fungsi dan nilai estetis itu memang selalu lebih unggul.
Sisi negatif juga ada. Pertama, orang dipaksa untuk membeli kartu elektronik. Untuk beberapa orang ini adalah hal yang kadang memberatkan dilihat dari seringnya akses. Kedua, (kadang) sulitnya akses top-up. Benar bahwa top-up bisa dilakukan hampir disemua tempat, bahkan menggunakan digital perbankan. Tapi masalahnya adalah jaringan dibeberapa area belum tercover dengan baik. Pengalamanku pernah hampir disatu kota, ketika kepepet karena lupa isi sebelumnya dan harus melewati jalan toll ditambah kesulitan karena akses jaringan internet yang mendadak mati. Mulai dari telepon genggam hingga merchant toko retail.
Idealnya memang harus ada “sistem cadangan” untuk model pembayaran ini, khususnya di jalan toll yang notabene tidak memiliki banyak pilihan. Seperti bisa melakukan pembayaran dengan kartu lain. Sekarang masih harus pakai kartu yang sama antara masuk dan keluar, padahal kartu yang lain masih ada banyak saldo. Kemudian bisa dipikirkan satu jalur khusus untuk orang yang kehabisan saldo, manusiawi bila ada kelupaan isi kartu. Ini harus dimaklumi dan fasilitasi. Terlepas dari pemaksaan publik agar kita memiliki warga yang disiplin dan taat aturan.