Jedogan, Tradisi Unik Kota Serang

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readMay 4, 2022

Ada sebuah tradisi yang unik di Kota Serang — Banten setiap kali menjelang hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, yakni Jedogan. Kata ini diambil dari bahasa Jawa Serang (Jaseng) yang berarti berhimpitan atau berdesakan, tapi bisa juga diartikan diam, tidak bergerak. Aplikasi bahasanya biasanya seperti, “ woy ngajedog bae sira” (woy diam/mager aja kamu). Oiya momennya sudah lewat, tapi tidak ada salahnya sih ditulis disini. Karena belum tentu semua orang tahu dan tetap menarik untuk diulas.

Diadakan disepanjang emperan dengan jarak kurang lebih 200–300 meter, lebar 10 meter, dan dipadati oleh ratusan orang. Bisa dibayangkan bagaimana macet, sesak dan berisiknya. Jalan ini biasanya disebut pasar Royal (lebih tepat sih namanya gang. Pada malam itu jalanan akan ditutup dan hanya diperbolehkan jalan kaki, sedangkan kendaraan total tidak bisa melintas sejak sore hari. Entah mulai sejak kapan tradisi ini dimulai, yang pasti ada ungkapan dari orang-orang lokal Serang mengenai tradisi ini, “ ore apdol lamun malem takbiran ore jedogan lurrr “ (tidak afdol kalau pas malem takbiran tidak ada jedogan bro).

Aje Ngaku Wong Serang, Durung Jedogan ning Royal

jangan mengaku sebagai orang Serang kalau belum ikut Jedogan di Pasar Royal

Barang yang dijual banyak dan bermacam ragam di pasar dadakan ini. Beberapa media menyebutnya bazaar murah. Tapi yang paling umum adalah pakaian dan aksesorisnya (sendal, sepatu) dari anak-anak hingga dewasa. Kenapa ramai? Karena disini pedagang berlomba “banting harga” sampai batas paling murah. Bahkan teman saya dulu pernah cerita kalau dapat sendal lebaran harga 5 ribu rupiah. Cuma karena saking ramenya, hanya ada sebelah kiri, dan butuh perjuangan untuk mencari sebelahnya lagi. Bahkan kalau beruntung kamu bisa dapat baju baru dengan harga 20 ribu lho. Dan 50 ribu untuk 3 pcs baju. Murah beud…

Kalau yang pernah saya baca di salah satu artikel media massa daerah suasana jedogan itu justru meriah, dan kita akan dapat menangkap berbagai macam aroma yang berbeda, mulai dari bau wangi, apek, bau keringat hingga bau ketiak. Campur jadi satu. Namun kesemuanya itu tidak dapat menyurutkan semangat mereka untuk berburu barang bagus tapi murah pada malam tersebut. Pantang mundur demi bisa lebaran.

Saya sendiri selaku warga pendatang (perantau) sekaligus naturilisasi akibat pernikahan dengan warga lokal belum pernah ikut jedogan. Pertama adalah kalau lebaran ya waktunya mudik. Kedua saya tidak suka keramaian. Ketiga, istri saya akan marah kalau saya beli barang-barang murah.

Kalau di daerahmu ada momen unik apa menjelang lebaran?

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on May 4, 2022.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress