Kisah Timun Suri 2022

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
3 min readApr 24, 2022

Seperti yang kita semua tahu bahwa timun suri merupakan buah paling favorit bila bulan Ramadan tiba. Buahnya banyak ditemui di sepanjang pinggiran jalan oleh pedagang buah, pun harganya murah meriah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya seperti apel nanas, semangka, anggur, dan lain sebagainya.

Buahnya unik bentuknya warnanya kuning keemasan, pertanda bila dia matang biasanya sudah terbuka dengan sendirinya, kalau bahasa Jawanya sih mletek. Saya hampir tidak dapat menemukan padanan untuk kata ini, maaf ya.

Mentimun suri (nama lain adalah timun suri, timun betik atau barteh) adalah tumbuhan semusim penghasil buah anggota suku labu-labuan. Buahnya yang setengah masak biasa dijual secara musiman pada bulan puasa (Ramadhan) karena daging buahnya menjadi komponen minuman penyegar untuk berbuka puasa. Timun suri mengandung kalium yang cukup tinggi sehingga sangat bermanfaat untuk menjaga kesegaran tubuh.

Meskipun demikian, timun suri bukanlah tanaman musiman karena dapat ditanam kapan saja. Oiya, Mentimun suri bukanlah mentimun (Cucumis sativus) walaupun bentuk buahnya memanjang dan menyerupai mentimun. Secara morfologi dan sitologi ia tidak sama dengan mentimun. Bentuk daun dan ukuran bijinya lebih mendekati blewah atau melon.

Anehnya di bulan Ramadan tahun ini sepertinya timun suri tidak lagi menjadi favorit untuk berbuka puasa. Entah apa sebabnya. Karena harga timun suri juga tidak terdampak dengan kenaikan harga emas, minyak goreng maupun perang Rusia-Ukraina. Tapi sampai ramadhan hampir berakhir, saya tidak melihat ada kerumunan di depan penjual timun suri ( by the way ini hanya terjadi di lingkungan rumah saya ya) karena entah di tempat lain.

Isi es buah berisi buah semangka, agar-agar, anggur dan melon. Tidak ada timun suri sama sekali.

Saya ingat sekali tahun-tahun sebelumnya setiap mau beli timun suri mesti berebut dulu sama ibu-ibu komplek, sering kehabisan atau bahkan cuma kebagian buah yang belum matang saja. Sampai ketika ingin, tiap ketemu penjual buah di pinggir jalan langsung berhenti buat beli daripada nggak kebagian. Bahkan saya dan istri mencoba membeli es buah di beberapa penjual takjil sepanjang jalan antara rumah dan pabrik tempat kerja. Es buah-nya hanya berisi buah semangka, agar-agar, buah anggur dan melon. Tidak ada timun suri sama sekali.

Apakah hal ini ada kaitannya dengan pembukaan pembatasan mudik ya? Kadang saya menghubungkan hal tersebut. Jadi kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dilakukan seakan terlupakan saking happy-nya orang-orang buat persiapan mudik. Mereka bahagia karena uang THR bisa dipakai untuk beli baju anak-anak yang lebih bagus, dan disimpan untuk foya-foya di kampung halaman.

Sebenarnya hal ini bagus juga sih, karena memang orang akan menilai kesuksesan itu dari seberapa royal ketika lebaran di kampung halaman. Istilah kerennya flexing. Tapi disisi lain kok ya kasihan sama penjual buah timun suri, meskipun mereka juga tidak pernah merasa kasihan kepada saya hehe

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on April 24, 2022.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress