Mengapa Karyawan Terbaik Memilih Resign Dari Pekerjaannya

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readJan 22, 2020

Tulisan ini terinspirasi dari artikel yang aku bookmark entah kapan, judulnya Why the Best Leaders Lose Great Employees. Dan kenapa juga artikel tersebut jadi menarik ialah karena aku pernah diposisi tersebut, bukan jadi the Leaders melainkan hanya seorang Employees (dan tanpa embel-embel great).

Dalam artikel tersebut menyebutkan bahwa pada dasarnya sebuah perusahaan punya kemampuan untuk membuat kebijakan yang dapat membuat pekerja tetap happy, produktif dan menghasilkan profit untuk perusahaan. Namun bila perusahaan menemukan bahwa tingkat turn over yang tinggi dari pekerjanya, ini harus cepat diselesaikan dan dicari akar masalahnya.

Banyak faktor yang mendasarinya. Salah satunya adalah komunikasi, dan justru yang menjadi bumerang adalah “kebijakan baik” dari leaders. Kesimpulan besar yang didapat adalah pekerja bukan meninggalkan pekerjaan mereka, hanya saja mereka meninggalkan leaders mereka.

Photo by Marten Bjork on Unsplash

People don’t leave jobs, they leave managers

Pengalamanku membenarkan highlight tersebut. Kenapa? Seorang senior dulu pernah berpesan, “Sebenarnya yang disebut bekerja hanya di dua tahun pertama, selebihnya kamu hanya mengerjakan tugas-tugas rutin”. Juga sesuai pengamatanku dalam dua tahun pertamalah kecintaan terhadap pekerjaan terpupuk baik dan terpatri dalam hati. Semua orang hampir mencintai pekerjaannya.

Tidak salah bahwa banyak pekerja yang mengeluh akan “kebijakan buruk” dari tempatnya bekerja. Dimulai dari attitude manajer yang dinilai kurang baik, pembagian kerja yang kurang merata, tidak ada sistem reward and punishment yang jelas, tidak menghargai komitmen, mempromosikan orang yang salah dan sebagainya. Hal-hal ini wajar dapat membuat pekerja angkat kaki. Sebab selain gaji yang memadai, tidak jarang pekerja yang cukup puas dengan rasa nyaman ditempat kerja.

Yang menarik adalah hasil studi yang menyatakan justru “kebijakan baik” yang membuat pekerja resign mendapat porsi yang sedikit lebih tinggi. Dimulai dari manajer dengan kepemimpinan yang cakap (good manager with great leadership), memberi training skill yang cukup, kemudian memberikan tantangan tugas yang justru menempatkan pekerja menjadi seseorang yang kuat dan memiliki “pangsa pasar” sebagai pekerja hebat oleh perusahaan lain.

Apakah ini salah? Tidak juga. Karena good manager akan tetap dibutuhkan. Dan ingat bahwa sistem manajemen yang baik akan tetap berguna untuk menarik calon pekerja berbakat di kemudian hari, meskipun (mungkin) mereka ditakdirkan untuk tidak bisa stay as long as you expected before.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress