Nila Setitik Dalam Gempa Cianjur

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readDec 5, 2022

Warga Cianjur sedang berduka. Beberapa minggu kemarin diguncang bencana gempa bumi yang berhasil meluluh-lantakan banyak bangunan, rumah tempat tinggal, jalan raya dan fasilitas umum yang membuat masyarakat menderita. Banyak korban meninggal, sakit/cedera. Yang selamat hanya bisa bertahan di tempat pengungsian. Tidak bisa berbuat banyak seperti saat biasa. Aktivitas terhambat yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan pokok menjadi berhenti. Namun memang kebutuhan perut tidak bisa ditunda bagaimanapun caranya.

Saat inilah jiwa sosial kita diuji. Membantu sesama tanpa bertanya agama, suku, ras, golongan, afiliasi politik maupun aliran kepercayaan. Bahkan kita tidak peduli apakah orang tersebut jahat atau tidak. Yang kita tahu hanyalah berusaha membantu sebisa kita, mulai dari menyampaikan rasa prihatin, berdo’a dan menyumbangkan sedikit rezeki melalui jalur lembaga yang kelompok yang mengumpulkan dana. Berharap dapat meringankan beban saudara-saudara yang terkena dampak bencana.

Meskipun pada pertengahan jalan mulai ada berita dan isu dari berbagai macam sumber informasi berita mulai dari televisi hingga cuitan twitter dari netizen. Misalnya pencopotan tanda bantuan di tenda agama tertentu, kemudian pemblokiran jalan untuk kendaraan logistik, penjarahan bantuan hingga demo terhadap jenis bantuan tertentu.

Kita hampir tidak pernah tahu kondisi rill di lapangan seperti apa. Bagaimana tekanan psikologi yang dihadapi, ditambah tuntutan rasa lapar dan keamanan untuk diri sendiri dan keluarga, kemudian berkumpul menjadi solidaritas kelompok menjadikan mereka kuat secara anarkhi. Ini memang berbahaya dan tidak dibenarkan. Terlebih kadang informasi sepihak seperti di media berita terkesan berlebihan dan efek buruknya adalah stigma negatif pihak lain terhadap masyarakat terdampak bencana. Ini mengerikan.

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga

Bagaimana bila berita-berita ini memicu pertanyaan kecil di hati orang yang memiliki niat untuk membantu — termasuk saya — seperti, apakah perlu kita membantu mereka? buat apa membantu orang yang banyak menuntut? apa sih maunya, sudah dibantu malah songong.

Padahal bisa saja dari 1000 orang di pengungsian, hanya 10–20 orang yang melakukan aksi penolakan. Dengan adanya stigma buruk seperti ini bukannya malah akan memperkeruh suasana dan menambah penderitaan 980 orang lainnya. Jangan sampai kelompok kecil bedebah ini menjadi nila setitik dalam bencana gempa Cianjur. Dan semoga saja masyarakat masih memiliki rasa simpati dan empati untuk membantu tanpa memperdulikan berita miring tersebut.

Kok nggak sebut Pemerintah? Kita semua tahu bahwa akan sulit berharap pada pihak yang melakukan pesta di GBK dengan biaya mahal disaat ada bencana yang membutuhkan bantuan. Pihak yang tidak memiliki empati bahkan kepada rakyatnya sendiri. Sekian

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on December 5, 2022.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress