Pembenci Kebijakan Perusahaan

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readFeb 15, 2020

Beberapa rekan kerja didalam kantor, kalau dipikir-pikir adalah sekumpulan generasi milenial. Aku menyebutnya begitu, karena tidak terlalu paham pembeda antara generasi-X atau generasi apalah itu. Yang pasti mereka lebih muda dariku. Belum menikah dan gaya bicara khas anak Jakarta. Sebagian besar memang berasal dan tinggal di Jakarta.

Untuk urusan pendidikan dan pengetahuan umum, aku akui mereka jagonya. Wajarlah masih muda, pikirku. Tapi umur memang akan berdampak terhadap ego, tata krama dan tindakan keseharian. Kalau dibanding dengan aku yang sudah berumur. Ya masih dapat dikatakan lebih sopan aku

Beberapa waktu belakangan ini perusahaan tempat kami bekerja mengeluarkan kebijakan baru. Tapi kalau bagiku yang sudah 10 tahun bekerja disitu, ini bukanlah kebijakan baru. Namun kebijakan ini seperti pembaharuan ( update) dari kebijakan lama yang sudah hampir usang dan dilupakan oleh sebagian besar karyawan, terlebih anak-anak baru tersebut.

Nah, yang paling kurang sreg menurut pandanganku adalah gaya pembahasan mereka terhadap kebijakan-kebijakan tersebut. Tanpa mempertanyakan apakah ada alasan historis dibalik ini semua. Pokoknya kalau tidak sesuai dengan kebiasaan dan keinginan mereka itu salah. Manajemen pusat adalah biang masalah karena membuat kebijakan yang membuat mereka susah. Mulai dari pemotongan insentif apabila telat masuk kerja lebih dari 3 kali, tidak masuk tanpa keterangan, pulang cepat dari waktu yang seharusnya, hingga larang membawa kendaraan mobil kedalam area pabrik karena kurangnya lahan parkir. Kawasan yang notabene merupakan kawasan berikat, tidak sembarangan orang boleh masuk. Dengan jumlah karyawan super padat sehinga menyulitkan lalu-lintas dalam pabrik.

Bagiku inilah kesalahan besar. Paling mudah adalah begini, kita kerja sama orang kemudian orang tersebut membuat persyaratan aneh-aneh yang (mungkin) kurang masuk diakal. Apa yang akan kamu lakukan? Pertama, lakukan dengan ikhlas. Atau kedua, pergi dan jangan kembali lagi. Terserah pilih yang mana. Nggak perlulah ngedumel toh itu persyaratan sudah di-sah-kan

Sebuah kebijakan, bagaimanapun , akan memiliki dua dampak secara bersamaan. Sudah lumrah bahwa kebijakan pasti akan membuat kesulitan bagi sebagian kecil kelompok tapi kalau dilihat secara makro maka kemaslahatan orang banyak tentu harus lebih diutamakan. Kebijakan perusahaan juga pasti sudah dipikirkan matang, dan melalui perundingan beberapa pihak.

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on February 15, 2020.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress