Setelah Akik, Terbitlah Burung Kicau

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
2 min readMay 18, 2015

Pasti masih ingat dengan demam batu akik yang sempat melanda negeri kita?

Yups, hampir semua kalangan, seluruh pelosok selalu dipenuhi dengan pembicaraan batu mana yang paling bagus dan mengkilap. Tidak lupa sembari minum kopi, bergerombol dan sesekali mengelap batu ke kain atau potongan kulit yang dibawanya. Berkah dadakan bagi pengrajin batu musiman.

Namun demam ini mulai mereda. Atmosfer kemilau akik tidak semeriah dulu. Mesin gerinda batu yang dijual tinggi sekarang sudah banyak ditawarkan second dengan harga miring. Pedagang batu tidak buka hingga tengah malam lagi, malah didaerah saya mulai jarang-jarang buka, apalagi akhir pekan. Beberapa teman saya mulai melepaskan koleksi batu akik dari tangan mereka.

Dekat tempat kerja masih ada satu yang buka, pelanggan masih datang itu adalah mereka yang memang menyukai batu lebih dari apapun, termasuk saya. Agaknya memang tidak punya hobi lain.

Yang menarik adalah terkuaknya teori konspirasi bahwa melejitnya harga sebuah batu akik tidak lebih hanyalah sekedar “praktek hitam” cuci uang dan gratifikasi dari sekelompok orang. Ditunjang dengan publikasi seorang kepala negara yang mengenakan sebuah batu akik cantik dari satu daerah di Indonesia. Pasca itu harga jenis batu tersebut melonjak berkali lipat, hingga sekarang.

Gratifikasi dan praktek cuci uanglah yang membuat harga sebuah batu akik menjadi mahal luar biasa

Lalu apa yang terjadi kalau musim batu akik sudah tidak ada?

Ada sebuah testimoni menarik yang menyebutkan banyak toko batu akik sudah beralih fungsi menjadi toko burung. Menariknya lagi warung sego pecel langganan saya tiba-tiba berubah menjadi toko burung pula. Meskipun akhirnya juga gulung tikar, alasan yang beredar sih persaingan bisnis menggunakan sihir, penjual langganan saya kalah.

Saya sendiri pernah pelihara burung kenari jenis starblue, lovebird warna ijo dan perkutut lokal.

Aku sudah menulis artikel ini sejak tahun 2015, dan sekarang awal 2020. Potensi untuk meramaikan dunia kicau burung sepertinya masih bagus, meski sempat menurun juga. Tapi lomba kicau dibeberapa sudut kota tinggal saya mulai ramai lagi. Biasanya ini akan menular ke beberapa kota besar sekitarnya. Karena pemberitaan sosial media, pencarian bibit-bibit baru dan merebaknya obrolan bapak-bapak mengenai burung.

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on May 18, 2015.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress