Terjebak di Kacaunya Dunia Paralel

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
3 min readMay 10, 2022

Tulisan ini akan mengulas film Doctor Strange, in The Multiverse of Madness dari sudut pandangku. Soalnya kemarin aku menontonnya di studio IMAX Summarecon Mall Serpong. Dan filmnya bagus secara ide, ditambah grafik yang memukau. Saya sebagai penggemar ilmu ghaib kadang suka membayangkan andaikata cara kerja sihir itu begitu, penuh dengan sinar warna-warni lengkap dengan percikan-percikan kembang api ketika bertabrakan. Sekilas saya teringat film Tutur Tinular versi layar lebar ketika nonton film Dr Strange ini. Agak berbeda ketika nonton film Marvel lain seperti Iron Man, Thor maupun Black Panther.

Berdasarkan beberapa informasi film ini merupakan salah satu film yang banyak ditunggu lho, antusiasme penggemar memang terlihat gak cuma di luar negeri. Di Indonesia yang kebetulan waktu rilisnya bersamaan dengan libur lebaran buat cari tiketnya susah, selalu sold out hanya dalam beberapa jam. Dari situs Prambors FM ditulis kalau film Dr Strange ini sudah memecahkan rekor Fandago yakni penjualan tiket tercepat di tahun 2022. Tiket terjual lebih banyak dalam 20 jam dibandingkan film Batman (DC).

Film ini diawali dengan matinya Dr Strange yang awalnya dikira mimpi ternyata adalah salah satu bagian dirinya di dunia lain (paralel). Kemudian ternyata tokoh cerita utama yakni America muncul, dan disadari bahwa ternyata semua yang terjadi bukanlah mimpi atau khayalan melainka kehidupan lain di dunia sebelah. Total dunia paralel yang disebut Multiverse bukan Metaverse ya meskipun konsepnya mirip ini adalah 73 dunia berdasarkan penjelasan dari America yang ternyata memiliki kemampuan super berupa pindah alam (dunia) dalam Multiverse.

Tanpa disangka, musuh utama adalah Wanda. Padahal dia merupakan salah satu anggota Avengers yang sudah menarik diri dari dunia per-hero-an setelah mengalahkan Thanos dan mengorbankan Vision. Dalam film ini Wanda menemukan kitab DarkHold yang merupakan ilmu sihir kegelapan dan terpengaruh olehnya. Wanda terjebak dalam angan-angan dan ke-halu-an nya sendiri untuk hidup normal seperti manusia selayaknya.

Yang menjadi menarik, menurut saya pribadi adalah adalah pemisahan antara ilmu gaib/mistis ( mystical power) dengan ilmu sihir ( witch craft). Padahal kalau di Indonesia itu artinya sama lho. Ilmu gaib/mistis diwakili oleh Dr Strange dan Ilmu Sihir diwakili oleh Wanda Maximoff.

Kelebihan film ini menurutku sih lebih kepada efek visualnya yang aduhai. Kemudian bagaimana cara menyambungkan dari satu scene kepada film lainnya di MCU. Kemudian penjelasan fiksi yang sangat masuk akal, padahal ya cuma skenario film tapi kalau diseriusin kok banyak benernya di dunia nyata. Aneh sih. Hampir semua adegan adalah kelebihan dalam film ini.

Kelemahannya menurutku sih cuma satu yakni di cerita akhirnya. Kenapa sih Wanda kalahnya hanya karena sadar, dan bukan karena hebatnya kekuatan Dr Strange. Ini sedikit mengecewakan sih. Kemudian difilm ini juga ada scene tentang LGBT, ya meskipun adegannya cuma jalan tapi tetap saja kurang normal. Serta menyisipkan tentang lembaga Iluminati. Meskipun temanku bilang “wah masa iluminati lawak gitu, gampang matinya,”. No bukan tentang itu. Justru mereka ingin menggambarkan bahwa iluminati itu dibentuk untuk kebaikan dunia, isinya orang pintar dan kaya, kemudian tidak bisa melawan kejahatan yang besar. Itu tuh mereka pengen dianggap kalau sebenarnya iluminati itu cuma lelucon, padahal aslinya ya ada, besar dan berkuasa. Kebalikan dari film tersebut sehingga akhirnya orang-orang nanti nggak alergi lagi dengan iluminati. Ini bahayanya.

Diakhir film ada credit scene yang menandakan akan ada kelanjutan film dari Dr Strange, yakni munculnya kembali Wanda (versi lain) dari dunia Multiverse. Dan perubahan Dr Strange berupa mata ketiga di dahinya (jadi inget Dajjal ya). Mereka akan melakukan perbaikan dunia akibat inkursi yang disebabkan perpindahan manusia antar dimensi. Untuk film sekelas Marvel paling tidak kita harus menunggu 2–3 tahun untuk menikmati film terbarunya. Semoga masih ada rezeki, aamiin.

Originally published at http://biamdenatura.wordpress.com on May 10, 2022.

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress