Tri Suaka Itu Cuma Salah Moment

Redha Herdianto
Manuskript
Published in
3 min readApr 30, 2022
Photo by Brent Ninaber on Unsplash

Sedikit berkomentar tentang kasus artis yang sudah lewat beberapa waktu kemarin. Namun ini bukan mendukung atau membela siapapun, dan bukan pula membenci pihak manapun. Saya meyakini bahwa menghina orang lain itu salah. Titik.

Saya cuma mau menyampaikan kalau Tri Suaka dan Zidan itu cuma salah moment. Salah waktu kalau memang (niatnya) mau menghina Kangen Band.

Salah gimana sih?

Awal kemunculan Kangen Band di periode 2007–2009, kalau tidak salah ingat sewaktu album pertama mereka. Lagu ini viral dan diputar hampir di setiap mobil angkutan umum seantero Lampung. Bahkan kabarnya, menurut teman-teman saya yang tinggal di Jakarta, lagunya juga viral di sana. Sampai bis-bis malam menuju Jogja. Saat itu saya memang masih kuliah di Universitas Lampung (Unila), jadi banyak teman kuliah dari luar Lampung sedangkan saya asli Lampung. Sama dengan asal dimana personil Kangen Band dilahirkan.

Saat itu banyak kok teman-teman saya yang mencibir kemunculan Kangen Band. Dianggap alay-lah, Melayu banget-lah, sampai dikatakan terkenal karena sengaja lagunya disebar dengan gratis (aka dibajak) biar viral dan terkenal. Untungnya dulu media sosial tidaklah masif seperti sekarang. Jejak digital dipastikan tidak ada. Zaman itu media sosial yang terkenal cuma Friendster dan Multiply. Belum banyak youtuber apalagi TikTok. Belakangan Facebook muncul tahun 2007 dan orang-orang masih bingung cara menggunakannya, plus ada isu FB adalah buatan orang Yahudi. Dulu begitu.

Mengutip salah satu video Tiktok tentang anak muda zaman itu : senakal-nakalnya kelahiran 80–90an, tidak akan ada jejak digitalnya.

Beruntungnya kami memang tidak ada jejak digital, kalaupun ada itu cuma foto yang kualitasnya VGA. Sinyal handphone saat itu yang paling kencang adalah GPRS, yang hanya dimiliki oleh handphone polyphonic dengan harga diatas 2 juta.

Andai saja Tri Suaka dan Zidan sudah jadi artis coveran zaman itu, mereka akan aman saja. Tapi ya gitu, mereka khan terkenal karena kecanggihan media sosial. Jadi jejak digital mudah ditemukan dimanapun. Akhirnya banyak orang yang share. Ditambah image Andhika (babang tamvan) sudah bersinar, kemudian orang-orang sudah kangen nuansa musik band yang lebih kaya melody ketimbang penyanyi solo hasil keluaran ajang pencarian bakat.

Letak kelucuan yang terakhir adalah teman-teman saya yang dulu mencibir kehadiran Kangen Band berbalik mendukung, dan menghujat Tri Suaka dan Zidan. Bahkan sebelum kasus ini muncul pun mereka sudah asyik mendengarkan lagu-lagu lama Kangen Band, apalagi album barunya dengan personil awal lengkap sudah jauh lebih matang musiknya. Tambah bagus. Tidak ada lagi image Kangen Band adalah band kampung asal Lampung, mereka sudah berubah image lebih baik sebagai band papan atas. Dandanan bukan lagi polem (poni lempar) ala jamet zaman sekarang.

Lagi-lagi moment yang baik dan kekuatan media sosial kembali mendukung kemunculan Kangen Band. Semoga mereka tetap eksis mewarnai dan memberikan inspirasi band-band lama dan baru di Indonesia untuk kembali muncul. Semoga…

--

--

Redha Herdianto
Manuskript

Blogger Pemula | Praktisi K3 | Budak Korporat dari perusahaan Taiwan | Editor Publikasi of Manuskript on Medium | Owner of Lumiere Journey Weblog on Wordpress