Museum Tanjung Pandan

Pranacaraka
Marcapada
Published in
4 min readApr 7, 2017

Kepulauan Bangka Belitung terletak di Selat Karimata yang merupakan peralihan Laut Cina Selatan dengan Laut Jawa. Jalur tersebut merupakan jalur yang sangat strategis untuk para pedagang Malaka dan Jawa, hingga berbagai negara lain.

Hal tersebut dibuktikan oleh sebuah mercusuar kuno di Pulau Lengkuas yang menjadi penerang di sekitar pesisir pulau. Pantai di bagian utara Pulau Belitung dipenuhi oleh karang-karang, sehingga keberadaan mercusuar tersebut sangat berguna untuk mencegah kapal menepi di sekitar situ.

Tentunya tidak sedikit kapal-kapal mengalami gangguan di tengah perjalanan yang melalui perairan di sekitar Bangka-Belitung, sebelum akhirnya mercusuar tersebut didirikan. Hal ini semakin diperkuat oleh banyaknya temuan “harta karun” yang tenggelam di bawah perairan di sekitar Bangka Belitung.

Harta Karun Bawah Laut

Hasil penemuan bawah laut yang tertua terdapat di sebuah situs yang dikenal sebagai Kapal Karam Belitung (Belitung Shipwreck). Kapal karam ini merupakan kapal dhow Arab yang berlayar dari Afrika ke China sekitar tahun 830 Masehi. Kapal ini telah berlayar ke China dan hendak kembali. Tanpa sebab yang jelas, kapal tersebut karam di sekitar Belitung.

Diorama kapal karam.

Kecelakaan yang dialami kapal tersebut memberikan setidaknya dua informasi penting untuk para arkeolog, yakni bentuk dari kapal dhow Arab serta artefak dari Dinasti Tang. Informasi tersebut melengkapi runtutan sejarah perdagangan antara Tiongkok dengan Timur Tengah.

Almari yang berisi koleksi keramik dari Tiongkok dan Arapaima yang diawetkan.

Upaya eksplorasi artefak bawah laut pun dilakukan secara terus-menerus guna menguak rahasia jalur perdagangan pada masa itu. Kebanyakan, barang-barang yang ditemukan adalah keramik, perkakas dari logam, dan gerabah. Selain itu, ditemukan pula fosil hewan, senjata, hingga batangan emas murni.

Sebagian dari harta karun bawah laut tersebut kini disimpan sebagai koleksi Museum Tanjung Pandan.

Bangunan Museum

Museum Tanjung Pandan menempati gedung eks kantor NV Billiton Maatschappij, yang juga pernah beralih fungsi menjadi tempat tinggal Kepala Penambangan Timah Belitung di jaman Belanda.

Pada mulanya, museum ini bernama Museum Geologi yang didirikan atas prakarsa Dr. Chaerul Saleh yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan Republik Indonesia kepada perusahaan penambangan timah di Belitung, Bangka dan Singkep.

Mandat untuk mendirikan museum dilaksanakan di bawah pimpinan Dr. R. Osberger — seorang geolog asal Austria yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Dinas Eksplorasi dan Geologi Perusahaan Penambangan Timah di Belitung. Pada mulanya museum direncanakan akan dibangun di Kelapa Kampit. Akan tetapi, untuk mempermudah akses bagi para pengunjung, Ir. MEA Apitule — Direktur Utama Penambangan Timah Belitung mengubah rencana pembangunan museum menjadi di Tanjung Pandan.

Koleksi Museum

Di bagian pelataran depan museum, pengunjung dapat melihat senjata-senjata seperti meriam, kereta angkutan barang produksi Ransomes Sims & Jefferies — yang kemungkinan digunakan untuk mengangkut timah, serta Prasasti Timah bertanggal 23 Juni 1923.

Ransomes Sims & Jefferies, mesin industri jaman dulu.
Prasasti Timah di depan museum.

Koleksi harta karun bawah laut disimpan di dalam gedung museum, lengkap dengan keterangan mengenai temuan keramik dari Dinasti Tang (618–907), Dinasti Sung (960–1279), Dinasti Ming (1368–1644), dan Dinasti Yuan (1279–1368).

Di bagian lain dalam gedung juga terdapat diorama harta karun kapal dagang yang pernah tenggelam di sekitar perairan Bangka Belitung. Tercatat setidaknya ada beberapa kapal yang pernah tenggelam di perairan Indonesia bagian barat, antara lain: Kapal Diana (Inggris), Kapal Tek Sing dan Turiang (Cina), Kapal Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Kapal Don Duarte de Guerra (Portugis), dan Kapal Ashigara (Jepang).

Terdapat beberapa lemari yang menyimpan batu-batu alam, senjata, dan fosil hewan; serta beberapa maket yang menggambarkan penambangan timah jaman dulu.

Koleksi berbagai macam jenis batu.
Batu Satam, salah satu komoditas unggulan dari Belitung.

Di bagian belakang museum, terdapat area sangat luas yang difungsikan sebagai kebun binatang mini. Berbagai macam unggas, ikan dan reptil dipelihara di area kebun binatang. Di antara kandang-kandang hewan, terdapat wahana main anak-anak sederhana. Dengan demikian, selain memperhatikan peninggalan sejarah, pengunjung juga dapat menikmati keanekaragaman hayati bersama keluarga.

Salah satu burung koleksi museum.

Museum Tanjung Pandan

Jl. Melati no. 41 A,
Kecamatan Parit, Kabupaten Belitung, Propinsi Bangka-Belitung.

(0627) 1922968

Koordinat: -2.7402239,107.6283819

Usai mengunjungi museum, saya pun mencoba beberapa kuliner khas Belitung. Yang terkenal antara lain: Kedai Kopi Kong Djie, Mie Belitong Mak Jannah, dan Rumah Makan Timpo Duluk.[]

--

--