pria lemon

magfira
Mari #NulisRandom2015
1 min readJun 2, 2015

--

Aku mengingatmu, Pria Lemon. Betapa jernihnya matamu di tengah asap yang membumbung di angkasa. Rambut jeramimu yang mencuat mengikuti keegoisan angin. Jaketmu yang kauberikan padaku untuk menghalangi hujan menyentuh kepalaku. Doa yang kaubisikkan pada udara ketika aku memintanya sebagai keberuntungan menuju kehidupan selanjutnya.

Dulu, kaulah pahlawanku. Sekarang, kaulah penjahatku.

Kau tak mengingatku. Aku tahu soal itu. Aku tak melihat matamu melebar atau mulutmu membulat sebagai tanda rekognisi. Hanya sebuah delikan dan bibir tertutup rapat, enggan mengutarakan koneksimu terhadap korban kasus pembunuhan yang kutangani.

Di arsipku, namamu adalah Snicket. Apakah namamu juga Snicket lima puluh tahun lalu?

Aku tidak akan menanyakannya. Bagaimanapun juga reinkarnasi bukanlah hal realistis bagi seorang detektif. Sekarang, yang akan kutanyakan adalah bagaimana sidik jarimu ada di gagang pisau yang merenggut nyawa korban? Apa kau yang memakai sampo lemon milik korban? Apakah kau pembunuhnya?

Aku harap tidak. Kaulah pahlawanku.

--

--

magfira
Mari #NulisRandom2015

an indonesian lost in this certain intersection of foreign cultures.