Bertualang Menuju Alam Bawah Sadar (Resensi Buku “Memories, Dreams, Reflections” — Carl Gustav Jung, 2019)

Fitriani Mutiara
MauBaca.
3 min readAug 29, 2020

--

“Kesendirian dan kesepian ini bukanlah karena tidak ada seorang pun yang mau menemani saya, melainkan karena saya tidak mampu mengomunikasikan sesuatu yang saya anggap penting, atau karena saya mempertahankan suatu pendapat yang tidak bisa diterima orang lain. Kesepian ini berawal dari mimpi-mimpi masa kecil saya, dan mencapai puncaknya pada saat saya sedang memikirkan alam bawah sadar. Jika seseorang tahu lebih banyak dari orang lain, ia akan kesepian.” — Carl Jung

Hal menarik dari autobiografi Jung yang berjudul Memories, Dreams, Reflections adalah nuansa kesendirian nan imajinatif yang mendalam. Buku yang menceritakan tentang pengalaman hidup serta pemikiran Jung ini dikemas dalam balutan petualangan yang mengusik pemikiran tentang psike manusia. Jung sebagai tokoh sentral, memiliki sekelumit pertanyaan yang membuatnya terjebak dalam kebingungan, dan dibuku inilah kita bisa tahu bahwa Jung sepanjang hidupnya terus berupaya menjawab berbagai pertanyaan tersebut sekaligus menyembuhkan trauma masa kecilnya.

Selain nuansa keterisolasian, hal menarik lainnya pada autobiografi Jung adalah pemberian makna pada istilah-istilah tertentu, yang jika dibicarakan secara umum akan punya arti yang cukup berbeda. Contoh saja ‘ego’, yang seringkali digunakan untuk mendeskripsikan kebanggaan berlebihan pada diri seseorang, dimaknai Jung sebagai diri seorang individu, sehingga tidak ada makna baik maupun buruk pada istilah ini. Atau istilah ‘self-centered’ yang bermakna peyoratif malah menjadi positif, maka jika seseorang dikatakan ‘self-centered’ sesungguhnya orang tersebut memiliki ketahanan diri yang kuat dan tidak mudah goyah terhadap gangguan eksternal.

“Di malam berbadai saya bermimpi diikuti sesosok bayangan hitam. Ketika terbangun, saya baru menyadari bahwa sosok tersebut adalah hantu brocken yang merupakan bayangan saya sendiri dari kabut yang berputar-putar, tercipta melalui pantulan dari nyala api yang saya bawa. Namun api kecil itu adalah kesadaran saya, pengetahuan adalah satu-satunya harta karun yang saya miliki, dan terbesar. Meski jauh lebih kecil dan rentan dari kekuatan kegelapan, dia tetap saja cahaya, satu-satunya cahaya yang saya miliki.” — Carl Gustav Jung

Autobiografi ini didominasi oleh kisah perjalanan Jung dalam dunia psikiatri dimana dia bertemu dengan banyak pasien dan beragam kasusnya. Jung yang pada awalnya memilih psikiatri dengan setengah hati, malah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan ilmu psikiatri yang pada saat itu didominasi psikiatri klinis tanpa unsur terapeutik. Keputusan inilah yang menjadi pemicu petualangan Jung mengeksplorasi alam bawah sadarnya. Pembaca pun akan dibawa berkeliling ke dalam luasnya psike manusia serta hubungannya dengan Tuhan dan semesta.

Buku ini sangat menarik karena membahas konfrontasi seorang psikiater dengan alam bawah sadarnya secara intens. Berbagai interpretasi terkait dengan mitologi, agama, sastra dan ilmu pasti yang menyertai penglihatan Jung dan para pasiennya pun turut menyemarakkan dunia alam bawah sadar tanpa batas. Sayangnya tidak semua pembaca dapat menceburkan diri begitu saja ke dalam dunia Jung yang imajinatif dan terisolasi dari pemahaman awam mengenai kejiwaan.

Pada akhirnya buku ini adalah untuk para pengembara yang berusaha mencari pengetahuan mengenai psike manusia melalui perjalanan hidup seorang psikiater yang mengisolasi dirinya sendiri.

--

--