Mengeksplorasi Lapisan Psike Manusia — Resensi Buku “Jung’s Map of the Soul: An Introduction” (Murray Stein, 2019)

Fitriani Mutiara
MauBaca.

--

“Psike manusia adalah sebuah wilayah, dunia tak dikenal yang ia (Jung) jelajahi, sedangkan teorinya adalah peta yang ia ciptakan untuk menyampaikan pemahamannya mengenai psike.” — Murray Stein

Pada paruh akhir abad keduapuluh manusia berlomba-lomba meninggalkan terra firma dan mengeksplorasi terra incognita dengan menjelajahi ruang angkasa. Sengitnya persaingan pada Perang Dingin, mungkin membuat manusia terlena dengan penjelajahan eksternal. Namun beberapa dekade sebelumnya, seorang psikiater berkebangsaan Swiss telah melakukan eksplorasi terra incognita ke arah dalam, menuju dunia tanpa substansi fisik.

Semenjak memasuki dunia psikiatri, Jung mencurahkan kehidupannya untuk menjelajahi dunia psike dan berbagi mengenai penemuannya di dalam sana. Sebagai pelopor, Jung berhasil memetakan tempat-tempat penting di kedalaman psike manusia serta memberikan definisi komprehensif mengenainya.

Namun apakah mungkin psike manusia mampu dipetakan? Mungkin kemulukan ilmiah abad kesembilan belas serta kehausan akan pemahaman batin mampu menjadikan Jung sebagai Christopher Columbus dalam psikologi kedalaman, sehingga dia berhasil memetakan fitur-fitur penting di kedalaman sana.

“Saya memusatkan mata pada bagian tengah nyala api, dan saya berusaha menempatkan cermin di sekitarnya untuk menunjukkan api tersebut kepada orang lain. Terkadang tepi di antara cermin tersebut menyisakan celah dan tidak sepenuhnya saling bertaut. Saya tidak bisa mengendalikannya. Pandanglah pada apa yang ingin saya tunjukkan!” — Carl Gustav Jung

Peta psike yang dikemukakan Jung betapa pun kasar, mentah dan ketiadaannya akan batasan yang tegas — sebagaimana usaha para perintis ketika berusaha memetakan terra incognita — tetap merupakan suatu kemajuan bagi ilmu kejiwaan dan anugerah bagi mereka yang ingin menjelajahi psike manusia, tanpa kehilangan arah sepenuhnya.

Buku ini menjelaskan mengenai fitur-fitur penting psike manusia dengan cara intuitif dan imajinatif dan disaat yang bersamaan tetap koheren dan mudah dipahami. Jung memetakan tujuh fitur pada peta psike manusia, yaitu:

1. Permukaan: (Ego — Kesadaran)

Disinilah pusat kendali psike terjadi, apa yang manusia lakukan atau pikirkan berasal dari pusat kendali kesadaran yang bernama Ego. Stein pun membahas bahwa istilah Ego seringkali disalahartikan sebagai kesombongan atau kebanggan berlebihan, sehingga timbul lah penyimpangan makna istilah. Namun bagi Jung, orang dengan Ego yang besar merupakan seseorang yang memiliki kendali besar akan hidupnya dan cenderung bertanggung jawab pada setiap tindak-tanduknya.

2. Ruangan yang Berpenghuni (Kompleks-Kompleks Psikologi)

Pada bagian ini, pembaca dituntun untuk masuk lebih jauh ke dalam alam bawah sadar yang letaknya berada di balik Ego. Tempat-tempat samar inilah yang jarang sekali disadari manusia, namun mengusik kesadaran, membuat manusia kadang berperilaku irasional.

3. Energi Psikis (Teori Libido)

Dalam kamus Jungian, Libido tidak melulu mengenai naluri seksual, melainkan seluruh dorongan energi pada seorang individu. Inilah yang membedakan Teori Libido Jung dengan Freud yang hanya menekankan Libido sebagai fungsi seksual semata.

4. Batas-Batas Psike (Naluri, Arketipe, dan Alam Bawah Sadar Kolektif)

Bagian ini pembaca diperlihatkan akan ambisi Jung untuk memetakan fitur psike hingga bagian terjauhnya, hingga Jung berhasil menemukan kaitan erat antara Naluri dan Arketipe serta Alam Bawah Sadar Kolektif yang menjadi salah satu fitur terdalam dari psike manusia temuan Jung.

5. Yang Diungkap dan Disembunyikan Terhadap Orang Lain (Persona dan Bayang-Bayang)

Stein mengaitkan kontradiksi antara Persona dan Bayang-Bayang dengan fungsinya di masyarakat, dimana Persona adalah ‘wajah’ yang diperlihatkan ke publik, sementara Bayang-Bayang adalah deviasi tersembunyi yang tidak bersesuaian dengan aturan masyarakat.

6. Jalan Menuju Ruangan yang Lebih Dalam (Anima dan Animus)

Bab ini membawa pembaca lebih jauh pada bagian yang lebih primordial, yaitu Anima dan Animus. Jika Persona dan Bayang-Bayang seperti “baik versus buruk”, maka Anima dan Animus adalah polarisasi feminin dan maskulin yang terinternalisasi dalam psike individu.

7. Keutuhan dan Pusat Transenden Psike (Diri)

Bagian ini menjelaskan fitur paling esensial dari keseluruhan visi Jung. Stein menggambarkan Jung berhasil melampaui batas-batas definisi mengenai Diri, kemudian menafsirkan esensinya di luar ranah subjektif. Diri bukanlah subjek melainkan himpunan subjek, objek, Ego dan yang lainnya dalam suatu medan energi dan struktur yang sama.

Ketika semua fitur psike telah dipetakan maka terjadilah proses individuasi. Proses ini bersifat sangat krusial bagi seorang individu untuk dapat menjadi manusia yang solid dan unik, melepas atribut kolektivitas yang membebani. Bekal peta psike-lah yang mengantarkan seorang individu pada proses individuasi, melepaskan dirinya dari proyeksi dan label kolektif. Pada penghujung buku, pembaca akan memasuki bagian metafisis dengan adanya teori sinkronisitas, mengarahkan para pengelana ke arah kosmologi.

Buku ini sangat mudah dibaca karena disusun secara sistematis. Dimulai dari pembahasan yang paling sederhana hingga sinkronitas kosmologis yang sulit dipahami. Walaupun memang cukup sulit mencari makna tegas dari tulisan yang intuitif dan imajinatif. Namun pada akhirnya pandanglah buku ini sebagai peta panduan awal untuk menjelajahi dunia psike yang kaya akan substansi non-fisik.

--

--