Yakin Pengen Kerja di Startup? Coba Pikir Ulang

Kalo kamu pengen join startup karena keren, gaji gede, jam kerja fleksibel, work-life balance, hits lah.. coba pikir-pikir lagi.

yhy
maukerjaid
4 min readFeb 26, 2020

--

Setelah lulus dari kuliah, atau bahkan sebelum selesai kuliah. Kebanyakan dari kita bakal mikir, mau kerja di mana ya? Biasanya sih, kita udah tau kita pengennya kerja apaan, tapi bagian “di mana”-nya yang sering bikin galau.

Kalo dipikir-pikir, apasih yang kita maui dari kerjaan..

  1. Gaji gede
  2. Tunjangan operasional buanyak
  3. Jam kerja fleksibel
  4. Work-life balance
  5. Punya penghasilan stabil, dan lebih dari cukup
  6. Bisa kerja sesuai passion
  7. Bisa ketemu teman-teman baru yang seru
  8. Bisa liburan minimal 2 minggu setiap tahun

Kalo alasan kamu pengen kerja di startup simply karena alasan-alasan di atas saja, saya sangat menyarankan agar coba buka google, gunakan keyword: kerja di startup, dan mulai baca-baca.

10 tahun lebih saya bekerja dengan berbagai perusahaan dan team, semuanya team kecil, paling banyak 150 an staff.
Mulai dari perusahaan pribadi, perusahaan keluarga yang menganggap dirinya startup, anak perusahaan korporat yang merasa startup, dan beberapa startup beneran. Some of them survive, some stagnant, dan some of them broke.. Dan sampai sekarang pun saya nyaman bekerja di sebuah startup :D

Nah, dari sekian tahun pengalaman saya, dari sekian kolega yang saya temui. Ada hal yang membuat orang merasa nyaman atupun tahan bekerja di startup, salah satunya adalah misi perusahaan.

Benefit yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan startup tidak bisa disamaratakan, karena akan sangat tergantung pada tahap dan kondisi perusahaannya. Tidak ada jaminan startup yang mendapatkan pendanaan bermilyar-milyar bakal survive 3 tahun kedepannya. Dan ini akan berpengaruh pada kebijakan perusahaan dan benefit yang ditawarkan ke karyawannya.

Makanya, kalo kita mikirnya cuman benefit yang bakal kita terima, kita gak bakal bisa survive di perusahaan startup.

Mau Kerja Indonesia — Montly Activity Feb 2020 — GoKart

Yang sebenarnya mesti kita pikirkan masak-masak terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk join perusahaan startup adalah :

1. Misi Perusahaan

Apakah cari untung saja, atau bikin usaha yang cukup menggugah selera target pasar dan kemudian untuk dijual ke perusahaan yang lebih besar, atau memang pengen membuat perubahan yang berimpact baik ke masyarakat?
Di dalam perusahaan startup, semua akan berubah dengan cepat. Ide, kebijakan, sistem manajemen, pola kerja… setiap saat bisa saja berubah. Namun satu yang tetap, yaitu Misi. Makanya kita mesti cek, apakah Misi perusahaan sesuai dengan pandangan hidup kita, lebih baik lagi kalo Misi perusahaan align dengan tujuan hidup kita.

Misal suatu waktu karena belum punya kantor, maka perusahaan membolehkan untuk bekerja fully remote, dari rumah (+ sekalian hemat biaya makan siang, listrik, & internet). Nah setelah punya kantor, biasanya perusahaan akan minta kita untuk ngantor untuk menaikkan produktifitas. Walopun mungkin gak full 5 hari sepekan, ya itu tadi biar hemat listrik, makan siang, & internet :P

2. Orientasi pada result, bukan pada methods

Bagaimanapun, agar bisa tetap menggaji karyawannya startup mesti punya duit, yang biasanya di dapet dari pinjaman modal (investasi), dari investor. Dan investor fokusnya adalah hasil. Karena startup dibangun dari ide yang baru, maka perusahaan harus menemukan sendiri metode yang terbaik untuk perkembangan nya. Jadi, mereka tidak bisa terlalu fixated pada metode yang sudah ada.
Itulah makanya startup tidak akan berpegang pada :

biasanya kalo punyanya segini ya dapetnya cuman segitu,

tapi lebih ke:

gimana ya agar bisa dapet goalnya, walau kita cuman ada segini.

3. Kultur yang terbuka dan siap dengan perubahan

Terdorong orientasi pada result, maka startup diharuskan untuk terus berinovasi. Mencoba metode baru, mengukur hasil, merevisi, begitu berulang-ulang. Dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang semakin membaik dan membaik.
Seringkali saat team membutuhkan, team member juga akan mesti mencoba ke domain baru, keluar dari zona nyamannya. Sesuai kebutuhan team.

Kalo kamu sering denger di startup itu tantangannya seru… ya benar! karena ya kadang bukan cuman di-challenge target yg sesuai skill mu.. tapi kamu juga bisa saja mesti belajar skill baru dengan cepat dan dan dan… dapat target pula dari skill baru tersebut.. :P
Your role might need to change, in order for the team to reach the mission.

3. Drive untuk selalu belajar dan berkembang

Seberapa besar keinginanmu untuk belajar dan berkembang? Kalau kamu sendirian apakah kamu akan tetap berusaha mati-matian agar berkembang sebagai professional?
Tergantung stagenya, kita gak akan selalu nemuin senior yang mau membimbing, mentorin, dan nyuapin kita dengan pelajaran yang kita butuhkan. Apalagi kalo startup nya baru mulai. Kita mesti punya self-driven learning spirit yang cukup besar, sehingga kita bisa berkembang sendiri.
Kenapa ini terjadi, karena startup pada early stages bakal tidak punya struktur yang mateng. Kalo strukturnya kegedean malah justru dipertanyakan, bakal survive lama gak? orang kerja kan butuh bayaran, senior tentu bayarannya lebih mahal daripada junior… kalo seniornya banyak.. nyampe gak modalnya sampai pendanaan berikutnya?

4. Kepentingan User/Customer, baru Team, dan kemudian Individu

Rata-rata startup dibangun atas ide yang baru. Dan karena baru maka hal yang pertama mesti dilakukan adalah membangun kepercayaan dari customer, pengguna, .. juga tentu masyarakat luas sebagai potensi pasar. Ini membutuhkan perjuangan dan waktu. So, sebagai team startup, kepentingan yang mesti didahulukan adalah kepentingan pengguna, baru Team, dan terakhir Individu.

Walaupun begitu, bekerja di startup jelas berbeda dengan bekerja di yayasan sosial. Kita tetap adalah professional dalam satu team yang berorientasi profit, dan kita juga mesti dihargai sebagai professional. Artinya ada batasan-batasan yang memang mesti kita sadari dan pahami. Nah, seberapa jauh kita siap ‘berkorban’ demi misi team startup kita.. kembali kepada keputusan kita masing-masing sebagai manusia dewasa.

So, startup memang bukan untuk semua orang..

Memilih startup maupun korporat, bukan tentang benar atau salah. Setiap orang berhak untuk menentukan jalan hidup masing-masing kan?
Startup akan cocok dengan manusia-manusia yang memang lebih mementingkan idealisme, kepuasan kerja, perkembangan diri yang pesat, ataupun semangat untuk berperan di sesuatu yang baru.
Sedangkan untuk orang lain yang lebih mementingkan ketenangan dan kenyamanan hidup, keluarga, jaminan kerja yang fix, keselarasan pekerjaan-hidup, kultur perusahaan korporat yang sudah mapan dapat menjadi pilihan yang lebih tepat.

Pengen tau lebih banyak cerita dari kami : coba ke lifeatajobthing.
Kalau tertarik join bisa cek disini.

--

--