Bahasa Isyarat dengan Keunikannya

Gaung
Gaung
Published in
2 min readDec 12, 2019

Penulis: Fashihatul Lisaniyah

Kita pernah melihat orang-orang berkebutuhan khusus, misalnya orang-orang yang tidak bisa mendengar atau tuli. Ada sebutan istimewa bagi mereka, loh. Orang-orang tuli tidak mau disebut sebagai tuna rungu karena "tuna" berarti sakit, padahal mereka tidak merasakan sakit dalam dirinya sendiri. Tuli adalah anugerah Tuhan yang wajib disyukuri, sehingga panggilan "teman-teman tuli" terasa lebik baik dan istimewa bagi mereka. Teman-teman tuli menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi, yaitu dengan satu gerakan khusus yang dapat mewakili sebuah huruf hingga istilah tertentu. Dalam perkembangannya, bahasa isyarat dengan keunikannya semakin penting untuk dipelajari, bahkan bukan lagi sebagai pembeda antara teman-teman tuli dengan orang normal.

Di Indonesia, bahasa isyarat semakin dikenal dengan siaran-siaran berita yang menyediakan juru penerjemah bahasa isyarat di kanan pojok bawah layar televisi. Pasti sudah tahu, bukan? Mereka menarik perhatian penonton dengan bahasa isyarat yang diperagakannya. Beragam kelompok pemerhati bahasa isyarat juga banyak terbentuk dengan misi agar bahasa isyarat semakin mempererat teman-teman tuli dengan masyarakat umum. Lembaga dan komunitas tersebut sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat di Jakarta Selatan, Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) di Solo, dan Laboratorium Riset Bahasa Isyarat (LRBI) FIB UI.

Salah satu keunikan bahasa isyarat adalah menyebutkan nama isyarat.

Setiap teman-teman tuli memiliki nama isyaratnya masing-masing. Jika orang normal memanggil nama dengan ucapan, teman-teman tuli memanggil nama dengan isyarat satu-dua gerakan sederhana daripada menggerakkan tangan untuk setiap hurufnya. Jika namanya panjang, pasti terlalu mengulur waktu, bukan? Keunikannya adalah jika berkenalan dan berteman dengan teman-teman tuli, mereka akan memberikan nama untuk lawan bicaranya dengan memperagakan tangannya. Nama yang diambil merujuk dari kebiasaan, hobi, atau sesuatu yang mirip dengan seseorang yang diberi nama tersebut.

Selain pemberian nama, ekspresi wajah juga merupakan salah satu keunikan yang sangat berpengaruh dalam bahasa isyarat. Teman-teman tuli sangat memerhatikan ekspresi wajah lawan bicaranya, termasuk memengaruhi mood mereka. Teman-teman tuli juga manusia yang pasti pernah berprasangka. Orang normal jika melihat lawan bicaranya jutek pasti akan suudzon, bukan? Begitu pula dengan teman-teman tuli yang bukan berarti dibedakan, namun harus tetap disetarakan dalam sikap.

Gunakan ekspresi dengan baik kepada mereka ketika bertemu dan saling bertegur sapa.

Oh, iya, orang-orang kidal tidak harus menggunakan gestur tangan sesuai bahasa isyarat yang resmi, misalnya memperagakan sebuah huruf boleh menggunakan tangan kiri atau kanan. Hal yang perlu diperhatikan adalah gerakan dan ekspresinya yang harus benar dan jelas, sehingga teman-teman tuli juga akan lebih mudah paham. Selain itu, perlu diingat pula bahwa bahasa isyarat di setiap daerah kadang memiliki perbedaan tersendiri. Jika ingin menggunakan bahasa isyarat Jakarta untuk berkomunikasi dengan teman-teman tuli di Bali, beritahukan saja kepada mereka. Pasti mereka akan paham.

Satu pesan lagi, Jangan menjauh atau mengasingkan diri ketika bertemu dengan teman-teman tuli. Sapa dan sempatkan untuk berbicara dengan mereka. Mereka pasti akan senang. Jangan takut jika belum bisa bahasa isyarat, tapi justru katakan dengan jujur dan baik. Siapa tahu, mereka justru akan mengajarkan, bahkan memberi nama isyarat yang bagus untukmu. Semoga bermanfaat.

--

--

Gaung
Gaung
Editor for

Media Komunikasi dan Kreasi — Biro pers mahasiswa yang berada di bawah naungan Ikatan Keluarga Sastra Indonesia FIB UI. Alamat surel: media.gaung@gmail.com.