Member-only story
PROSA
Bahasa yang Hilang
Ada makna yang hanya bisa dibaca dengan jiwa
Kekasih yang tak pernah selesai kutuliskan,
Ada banyak hal yang ingin kusampaikan padamu, tetapi selalu terasa mustahil. Kata-kata hanyalah kulit luar dari rasa. Ia terlalu sempit untuk menampung luasnya cinta, terlalu kaku untuk menggambarkan getar halus yang hanya hati yang bisa mengenali.
Apa gunanya aku berkata “aku mencintaimu,” bila kalimat itu tak pernah bisa benar-benar menyentuh kedalaman yang sesungguhnya?
Bahasa sering kali berhenti di permukaan, sementara kita hidup di lapisan yang lebih dalam.
Kau tahu, ada detik ketika aku menatapmu, dan seluruh bahasa yang kupelajari hilang begitu saja. Yang tersisa hanya keheningan, tetapi di dalamnya ada makna yang lebih jujur dari seribu kalimat.
Mungkin cinta memang diciptakan bukan untuk diucapkan, melainkan untuk dirasakan.
Kita terbiasa menagih penjelasan dari kata, padahal cinta justru melampauinya. Ia hadir dalam cara kau tersenyum tanpa sadar, dalam kesabaranmu mendengar, dalam diam yang terasa penuh alih-alih kosong.
Barangkali itulah bahasa sejati, bahasa yang tak pernah masuk ke buku tetapi tetap bisa dibaca oleh jiwa.

